Kultum Pendek Terbaik Tentang Kita Adalah Budak

Kultum Pendek Terbaik Tentang Kita Adalah Budak

Berikut ini adalah pembahasan Kultum Pendek Terbaik Tentang Kita Adalah Budak yang kami catat dari ceramah singkat yang disampaikan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullahu Ta’ala.

Transkrip Materi Kultum Pendek Terbaik Tentang Kita Adalah Budak

الحمد لله ربّ العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، نبينا محمد وآله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له و اشهد انّ محمد عبده ورسوله، امّا بعد

Ikhwatal Islam A’azzakumullah..

Coba perhatikan, siapa yang menciptakan langit dan bumi ini? Yang menciptakan laut yang bergelombang? Yang menciptakan tetumbuhan? Bahkan yang menciptakan diri kita sendiri? Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan segala sesuatu karena adanya hikmah. Manusia tidak mungkin diciptakan sia-sia begitu saja. Allah berfirman.

 أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian itu sia-sia dan bahwasanya kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al Mukminun: 115)

Ikhwatal Islam..

Sadarkah kita bahwa kita ini adalah hamba Allah? Sadarkah kita bahwa kita ini adalah budak? Budak yang dimaksud artinya seorang hamba, abdun, hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita sangat butuh kepada nikmat-nikmat Allah.

Pernahkah kita berkata: “Saya tidak butuh dengan nikmat Allah barang sekejap mata” Pernahkah kita berkata: “Saya tidak butuh dengan nikmat Allah dan karunia-Nya walaupun hanya sedetik.” Sementara oksigen terus-menerus kita hirup, kita butuh air setiap harinya, kita pun butuh makanan setiap harinya.

Bayangkan apabila kita tidak bisa menghirup oksigen itu, bayangkan apabila air itu Allah jadikan kering kerontang tak bisa minum, bayangkan apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala tahan air hujan sehingga akhirnya kita pun tidak bisa merasakan kenikmatan-kenikmatan. Bayangkan apabila Allah menghentikan buah-buahan untuk tumbuh dan berkembang dan tidak lagi pohon-pohon mengeluarkan buah-buah itu, apa jadinya?

Makanya ya akhi a’azzakumullah.. Kita ini hamba, sadarkah kita bahwa kita ini hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala? Tanyakan kepada diri kita (saya dan Anda), mana yang lebih kita pilih:

  • menjadi hamba Allah
  • atau menjadi hamba-hamba hawa nafsu?
  • atau menjadi menjadi budak-budak dirham, dinar (uang)
  • atau menjadi hamba-hamba manusia yang ternyata manusia tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat, tidak bisa memberikan pahala dan siksa.

Saudaraku..

Kita manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam bentuk yang paling sempurna. Allah mengatakan.

 لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling bagus” (At Tiin: 4)

Akan tetapi ketika kita tidak sadar bahwa kita adalah hamba, bahwa kita ini adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kita menjadi orang yang paling rendah derajatnya.

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

Kemudian Kami kembalikan dia dalam tempat yang paling rendah (yaitu api neraka).” (At Tiin: 5)

Akibat daripada apa? Akibat daripada ia tidak sadar bahwa dirinya adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Anda punya mobil? Anda punya hotel? Anda punya rumah mewah? Anda seorang jenderal? Anda seorang yang punya kedudukan tinggi? Seorang Presiden? Baik, siapa yang memberikan itu semuanya kepada Anda? Kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala mau, Allah cabut kenikmatan itu dari Anda, dari kita semua, saudaraku.

Saudaraku, bagi Allah itu mudah. Berapa banyak kaum yang tadinya diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kenikmatan, sekonyong-konyong adzab Allah menimpa mereka, Allah cabut kenikmatan tersebut akibat daripada maksiat-maksiat mereka.

Saudaraku, betapa kita sebagai seorang hamba harus menyadari, bahwa kita adalah hamba yang diberikan oleh Allah berbagai macam nikmat dan rezeki. Tidak ada yang bisa disombongkan dari kita, kita lemah. Harta yang kita miliki, kedudukan yang kita tempati, kegantengan yang kita miliki, semuanya diberikan oleh Allah. Jadi buat apa kita sombongkan? Kemudian untuk apa kita lakukan? Semua itu akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, saudaraku.

Maka Allah Rabbul Izzati wal Jalallah menyebut hamba-hamba Ar-Rahman dengan pemuliaan. Allah berfirman:

وَعِبَادُ الرَّحْمَـٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا ﴿٦٣﴾

Dan hamba-hamba Ar-Rahman...”

Di sini Allah menisbatkan atau mengidhofahkan “ibaad” (hamba-hamba) ini kepada Ar-Rahman. Ini menunjukkan kepada kemuliaan hamba-hamba Ar-Rahman. Kita tidak ingin menjadi hamba harta, kita tidak ingin menjadi hamba baju, hamba berkedudukan, hamba dunia. Kata Rasulullah:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ، تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ

“Celaka hambanya dinar, celaka hambanya dirham, celaka hambanya baju…”

Subhanallah.. Kita tidak ingin sebagai seorang manusia yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan mulia, lalu kemudian derajat kita menjadi rendah karena kita menghambakan diri kepada makhluk. Tidak, demi Allah. Kita hamba Allah dan kita menjadi bangga dengan kita sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menghambakan diri kepada Allah adalah kemuliaan, saudaraku. Oleh karena itulah Allah yang memiliki kemuliaan. Rasul Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ألِظُّوا بـ ” يَا ذا الجَلاَلِ والإكْرامِ “.

Perbanyaklah dengan mengucapkan: Wahai  yang memiliki keagungan, wahai yang memiliki kemuliaan.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Anda seorang hamba ingin mendapatkan keagungan? Kita sebagai seorang hamba ingin mendapatkan kemuliaan? Ingat, kemuliaan milik Allah. Siapa yang memuliakan Allah, Allah jadikan ia mulia di hadapan manusia. Siapa yang mengagungkan Allah, Allah jadikan ia agung di hadapan manusia.

Lihat para Nabi, agung di mata manusia, mulia di mata manusia. Kenapa? Karena mereka memuliakan Allah, mengagungkan Allah. Lihat para Malaikat, mereka mulia dimata manusia. Siapa diantara kita yang tidak ingin disebut “Anda bagikan Malaikat”? Saya yakin kalau ada orang yang disebut “Anda bagaikan Malaikat” ia akan tersanjung. Kenapa? Karena ia tahu bahwa Malaikat adalah makhluk-makhluk yang senantiasa menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana rasanya kalau Anda dikatakan: “Anda seperti iblis.”? Anda akan marah. Kenapa? Karena iblis memaksiati Allah. Demikianlah orang-orang yang memaksiati Allah, yang tidak sadar bahwa dirinya hamba yang kemudian ia pun bersombong dari perintah-perintah Allah. Allah jadikan ia hina dimata manusia. Allah jadikan ia hina diseluruh makhluk di dunia ini.

Mana yang lebih Anda sukai, nanti pada hari kiamat berkumpul bersama para Nabi dan orang-orang shalih, atau nanti pada hari kiamat Anda berkumpul dengan Firaun, Qorun dan Haman? Pasti anda akan berkata: “Saya ingin berkumpul dengan para Nabi.” Kenapa? Karena mereka orang-orang  yang menaati Allah, yang memuliakan Allah, yang mengagungkan Allah.

Maka saudaraku,  apabila kita sebagai seorang hamba ingin mencari kemuliaan, muliakan Allah. Apabila kita seorang hamba mencari keagungan, agungkanlah Allah, karena Allah lah yang memiliki keagungan, Allah yang memiliki kemulliaan. Sadarilah kita bahwa diri kita adalah hamba. Maka disebutkan dalam sebuah atsar:

رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً عَرَفَ قَدْرَ نَفْسِهِ

“Semoga Allah merahmati seorang hamba yang tau diri, siapa dirinya.”

Kita harus tahu diri kita ini hamba Allah, saudaraku. Kita diciptakan oleh Allah, diberikan berbagai macam kenikmatan oleh Allah, berarti tugas kita adalah bersyukur kepada Allah, berterima kasih kepada Allah dan menyadari bahwasanya kita akan dikembalikan kepada Allah. Kemudian pada hari itu kita akan ditanya oleh Allah tentang perbuatan-perbuatan kita.

Kita diciptakan oleh Allah untuk tujuan yang agung, yaitu ibadah.  Maka mintalah kepada Allah supaya dibantu untuk memperbaiki ibadah kita kepada Allah, makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah bantulah aku untuk senantiasa berzikir kepadamu, untuk mensyukuri nikmatku dan memperbaiki ibadahku kepadaMu.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, shahih)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa bangga dirinya sebagai seorang hamba. Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ

“Aku ini hanyalah hamba.” kata Rasulullah.

فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ ، وَرَسُولُهُ

“Ucapkan saja adalah aku ini hamba Allah dan RasulNya” (HR. Bukhari)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengatakan “aku ini hamba,  hamba”. Subhanallah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, manusia yang paling tinggi derajatnya disisi Allah, ternyata ia tidak malu untuk mengatakan saya hamba Allah. Bahkan para Malaikat pun tidak merasa sombong untuk berkata bahwa mereka hamba Allah. Karena menjadi hamba Allah memang mulia, saudaraku. Sementara mereka yang mencari kedudukan dan menjadi hamba kedudukan, mereka tidak sadar bahwa mereka menghambakan diri kepada makhluk, rendah. Mereka tidak sadar bahwa mereka menghambakan diri kepada harta, rendah.  Mereka tidak sadar bahwa mereka menghambakan diri kepada hawa nafsu, menyesatkan.

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ

Sesungguhnya hawa nafsu selalu menyeret kepada keburukan.” (QS. Yusuf[12]: 53)

Saudaraku..

Maka saya dan kalian semuanya, sadarkah kita bahwa kita hamba? Bila kita menyadari, sadarkah bahwa Allah pencipta kita? Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ قَالَ : رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا

“Siapa yang berucap: Aku ridha Allah sebagai Rabbku.”

مَنْ قَالَ : رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا

“Dan Islam sebagai agamaku.”

وَبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا

“Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai Nabiku.”

وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

“Maka ia wajib masuk ke dalam surga.”

Indah menjadi seorang hamba Allah. Semakin kita menghambakan diri kepada Allah secara sempurna, maka kita akan mendapatkan kesempurnaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga saudaraku, yang sedikit ini mengingatkan kita bahwa diri kita adalah hamba, bahwa kewajiban kita adalah menghambakan diri kita kepada Allah, merealisasikan ibadah itu semuanya kepada Allah. Doa kita hanya kepada Allah, tawakal kita hanya kepada Allah, berharap kita hanya kepada Allah, cinta dan benci kita karena Allah, dan semua ibadah hanya untuk Allah. Allah berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾

Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah penciptaku.’” (QS. Al-An’am[6]: 162)

Subhanallah.. Itulah mereka hamba-hamba yang mulia. Maka jadikanlah diri kita mulia dengan menghambakan diri kepada Allah.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Video Materi Kultum Pendek Terbaik Tentang Kita Adalah Budak

Sumber video: Yufid TV – Ceramah Singkat: Kita Adalah Budak – Ustadz Badrusalam, Lc.

Mari turut menyebarkan link Materi Kultum Pendek Terbaik Tentang Kita Adalah Budak di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: