Materi 14 – Tanda Terjangkiti Riya’

Materi 14 – Tanda Terjangkiti Riya’

Ceramah Singkat Tentang Empat Macam Manusia
Materi 6 – Faedah Ikhlas
Muqaddimah 1 Silsilah Amalan Dan Penyakit Hati

Tulisan tentang “Materi 14 – Tanda Terjangkiti Riya’” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

Sebelumnya: Materi 13 – Sebab-Sebab Riya’

Transkrip Materi 14 – Tanda Terjangkiti Riya’

 بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, apa sih ciri-ciri orang yang riya’?

1. Malas beribadah ketika sendiri

Ciri-cirinya di antaranya kalau dia lagi sendiri dia malas beribadah, tapi kalau dia lagi banyak orang dia semangat. Ini kita tidak menuduh orang, tapi kita bicara tentang diri kita sendiri, jangan-jangan kita terjangkiti riya’.

Buktinya kalau lagi banyak orang semangat, tapi kalau lagi sendiri malas. Malas berdzikir kepada Allah, malas baca Qur’an, kalau di depan banyak orang baru kita baca Qur’an, baru kita rajin berdzikir, baru kita masyaAllah, ini tanda-tanda riya’. Kenapa? Berarti ibadah kita dipengaruhi dengan penilaian orang.

2. Semangat kalau dipuji

Kemudian di antara ciri orang riya’ yang kedua adalah semangat kalau dipuji. Kalau dipuji orang, disanjung, maka semangat. Tapi kalau dicela tidak semangat, berhenti, berkurang, mundur sedikit demi sedikit.

Ini menunjukkan kita beramal bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi kita beramal karena pujian. Ketika pujian kita dapat maka kita tambah amal kita. Ketika pujian kita tidak dapatkan justru cercaan dan celaan, maka kita berhentikan amal kita. Ini tanda-tanda bahwasanya kita beramal shalih bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi karena pujian dan menghindari cercaan.

3. Tidak pernah mengecek niat

Di antara tanda-tanda kita terjangkiti riya’ yaitu kita tidak pernah mengecek niat kita. Tidak pernah mengecek sama sekali, tidak pernah kita mengecek sebelum kita beramal, tidak pernah kita ngecek ditengah kita beramal dan tidak pernah kita ngecek di akhir kita beramal.

Seorang berusaha mengecek niatnya sebelum beramal agar dia bisa berusaha untuk tidak riya’. Tapi kalau dia tidak pernah ngecek, bisa jadi dia terjerumus dalam riya’ tapi tidak dia sadari.

Baca juga: Khutbah Jumat – Niat Lebih Unggul Dari Amal

Makanya di antara orang yang terjerumus kepada riya’ adalah tidak pernah ngecek amal dia. Padahal amal bisa dicek.

Oleh karenanya dikatakan kepada Nafi’ bin Jubair Rahimahullah:

ألا تشهد الجنازة ؟

“Apa kau tidak menghadiri jenazah, tidak melihat jenazah, tidak ikut menguburkan jenazah?”

Maka kata Nafi’ bin Jubair Rahimahullah:

كما أنت حتى أنوي

“Tetap di tempatmu sampai aku niatkan dulu.”

Jadi dia tidak langsung jalan, tapi dia niatkan sebentar dulu. Setelah dia berpikir sebentar, merenungkan sebentar, dia mengatakan: “Ayo kita jalan.”

Ini menunjukkan bahwasanya seorang yang ikhlas, maka dia perhatikan niatnya. Seseorang perlu mengecek niatnya. Kita ini tidak tahu niat kita berubah-ubah. Kalau hati tidak pernah kita cek, kita merasa kita nyaman-nyaman saja, kita merasa kita ikhlas terus. Ternyata ada udang di balik batu. Hati-hati.

Kita cek, benarkah niat kita ikhlas, perlu kita ingatkan sebelum beramal. Terkadang ketika sedang beramal kita ini ikhlas atau tidak, perlu dicek. Karena terkadang kita lepas ngomong tanpa disadari ternyata kita terjerumus dalam riya’.

Jadi kalau orang tidak pernah cek niatnya, ini jangan-jangan dia terjerumus dalam riya’.

Lihatlah perkataan Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, beliau berkata:

ربما أحدث بحديث ولي فيه نية

“Terkadang aku ingin menyampaikan sebuah hadits (yaitu hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) dan aku memiliki niat yang benar untuk menyampaikan hadits tersebut.”

Dia menyampaikan hadits Nabi kan dakwah berarti, dan dia merasa niatnya sudah benar, dia sudah cek. Dia mengatakan: “Bisa jadi aku menyampaikan satu hadits dan aku memiliki niat yang benar.”

فإذا أتيت على بعضه تغيرت نيتي

“Tatkala aku menyampaikan sebagian hadits tersebut, tiba-tiba niatku berubah.”

MasyaAllah dia sadar niatnya sedang berubah.

فإذا الحديث الواحد يحتاج إلى نيات

“Ternyata satu hadits saja terkadang butuh beberapa niat.”

Sama seperti seorang penceramah. Bisa jadi dia ceramah di tengah-tengah dia semangat karena banyak orang, karena orang terpesona dengan apa yang dia sampaikan, tiba-tiba niatnya berubah dan dia tidak sadari. Mungkin awal ceramah dia ikhlas, di tengah ceramah dia sudah riya’, terkadang dia sebutkan amal dia, orang semakin memujinya dan mengelu-elukannya, dia terjebak.

Seorang kalau tidak pernah cek niatnya, sangat mudah dia terjerumus dalam riya’ dan itu bahkan tanda bahwasanya dia terjerumus dalam riya’.

Makanya seorang waspada. Kalau dia ada tanda-tanda dia riya’, maka segera dia perbaiki dirinya agar tidak terus terjebak dalam penyakit riya’ yang berbahaya yang menggugurkan amal shalihnya.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Perhatian Materi 14 – Tanda Terjangkiti Riya’

⚠️ Note: Kalau team UFA merevisi audionya, insyaAllah catatan ini juga akan direvisi sesuai dengan audio yang baru.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: