Menjauhi Dosa-Dosa Besar Dalam Islam

Menjauhi Dosa-Dosa Besar Dalam Islam

Tidak Boros dan Tidak Pelit dalam Berinfak
Takut dan Khawatir dengan Siksa Neraka Jahanam
Menjauhi Majelis Yang Isinya Kebatilan dan Kemungkaran

Artikel tentang Menjauhi Dosa-Dosa Besar Dalam Islam ini  merupakan sifat ‘Ibadurrahman yang kelima. Disarikan dari ceramah agama Sifat-Sifat ‘Ibadurrahman Kitab karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr Hafidzahullahu Ta’ala.

Artikel sebelumnya: Tidak Boros dan Tidak Pelit dalam Berinfak

Pembahasan Artikel Tentang Menjauhi Dosa-Dosa Besar Dalam Islam

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّـهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ

Dan orang-orang yang tidak berdo’a kepada selain Allah (musyrik) dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,” (QS. Al-Furqan[25]: 68)

Maka diantara sifat ‘Ibadurrahman yang paling menonjol yang mereka adalah orang-orang yang bertakwa adalah menjauhi dosa-dosa besar. Dan Allah sebutkan secara khusus dalam ayat ini tiga dosa besar. Karena tiga dosa ini adalah dosa besar yang paling besar dan paling berat tanpa ada pengecualian. Yaitu: menyekutukan Allah dalam ibadah dan do’a, menghilangkan nyawa yang terjaga dan berzina.

Syirik

Maka syirik adalah dosa berkenaan dengan hak Allah yang menjadi kewajiban hamba. Syirik adalah dosa yang tidak akan Allah ampuni bagi siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat darinya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah membuat kebohongan dan mereka melakukan dosa yang besar.” (QS. An-Nisa[4]: 48)

Allah tidak mengampuni dosa kemusyrikan yang dibawa mati, dan Allah mengampuni dosa yang levelnya dibawah kemusyrikan yang dibawa mati. Bagi siapa saja yang Allah kehendaki.

Makna دُونَ yang benar dalam ayat ini maknanya adalah tahta. Karena Allah tidak mengampuni dosa kemusyrikan dan dosa yang selevel dengan kemusyrikan. Semisal kemunafikan dan kekafiran yang bukan kemusyrikan semacam atheis dan yang lain.

Dan siapa yang menyekutukan Allah maka sungguh dia telah berdusta. Semua musyrik itu pembohong, semua musyrik itu melakukan kebohongan. Karena untuk menjadi orang musyrik, maka seseorang harus berbohong tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia katakan ini adalah perantara yang mendekatkan kepada Allah, dia katakan ini adalah anaknya Allah, katakan ini adalah sekutunya Allah, baru dari situ ada kegiatan ibadah kepada selain Allah.

Maka semua orang musyrik itu افْتَرَ (membuat kebohongan). Dan mereka melakukan dosa yang besar. Oleh karena itu jika seorang hamba beribadah kepada Allah semacam berdo’a kepada selain Allah, istighotsah (berdo’a untuk hilangnya susah), bernadzar dan menyembelih serta yang lain kepada selain Allah, maka sungguh dia telah melakukan dosa penghancur yang paling besar, kejahatan yang paling jahat, itulah menduakan dan menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla.

Membunuh

Menghilangkan nyawa yang terjaga, yang tidak boleh diganggu, ini adalah kejahatan yang mengerikan. Maka dosa pembunuhan itu memiliki beberapa kaitan:

  1. Berkaitan dengan orang yang membunuh. Yang dia dzalim terhadap dirinya sendiri dengan melakukan kejahatan ini.
  2. Berkaitan dengan hak orang yang dibunuh atau yang dihilangkan nyawanya tanpa alasan yang benar.
  3. Dosa ini berkenaan dengan keluarga korban.

Oleh karena itu maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

“Kehancuran dunia lebih ringan di sisi Allah dari pada seseorang membunuh seorang Mukmin tanpa alasan.” (HR. Ibnu Majah)

Berzina

Adapun zina, dia termasuk perbuatan keji yang paling jelek, dia adalah dosa yang membuat hati menjadi sakit dan rusak, dia adalah dosa yang menjadi sebab seorang hamba dan masyarakat tertimpa berbagai macam bahaya yang banyak dan beraneka ragam. Ada bahaya rusaknya iman, bahaya rusaknya badan (penyakit aids dan kematian), dan bahaya rusaknya kejiwaan. Karena siapa yang berzina hilang malunya. Maka orang yang berzina kemudian santai-santai saja, bahkan dia membuat video porno atau yang lainnya. Karena rasa malunya sudah hilang.

Adapun bahaya sosial, yaitu kacaunya nasab. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

إِذَا زَنَى الرَّجُلُ خَرَجَ مِنْهُ الإِيمَانُ كَانَ عَلَيْهِ كَالظُّلَّةِ فَإِذَا انْقَطَعَ رَجَعَ إِلَيْهِ الإِيمَانُ

“Jika seseorang itu berzina, maka iman itu keluar dari dirinya seakan-akan dirinya sedang diliputi oleh gumpalan awan (di atas kepalanya). Jika dia lepas dari zina, maka iman itu akan kembali padanya.” (HR. Abu Daud).

Dan Allah serta RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memperingatkan bahaya semua sarana yang mendekatkan kepada zina atau yang menjadi sebab terjadinya zina. Oleh karena itu terdapat larangan seorang laki-laki bersepi-sepi dengan perempuan yang bukan istrinya juga bukan mahramnya. Oleh karena itu terdapat larangan perempuan menampakan sebagian dari perhiasannya, dari badannya, kecuali untuk makhramnya.

Makna منزينتها adalah tempat-tempat diletakkannya perhiasan. Gelang letaknya ada di pergelangan tangan, kemudian ada kalung letaknya di leher, boleh jadi ada gelang kaki letaknya di bagian akhir dari betis, anting-anting di telinga.

Oleh karena itu pada makhram diperbolehkan untuk menampakkan diletakkannya perhiasan. Maka leher ke atas boleh terlihat, kemudian siku ke bawah di situ ada gelang maka boleh terlihat, kemudian bagian bawah betis dan telapak kaki.

Itulah bagian yang boleh dinampakkan kepada makhram dan yang tidak boleh di nampakkan kepada laki-laki yang bukan suaminya, bukan mahramnya.

Demikian juga Nabi melarang wanita keluar dari rumah dalam keadaan memakai parfum. Sehingga laki-laki mendapatkan baunya. Dan Allah perintahkan untuk menundukkan pandangan bagi laki-laki dan perempuan dan aturan Rabb yang lain yang aturan tersebut menjaga masyarakat dari dosa besar zina ini. Dan tidaklah itu semua ditetapkan dalam syariat ini kecuali karena bahayanya zina dan jeleknya dampaknya.

Dan setelah Allah menyebutkan bahasanya ‘Ibadurrahman menjauhi dosa-dosa besar terutama tiga besar ini, maka Allah lanjutkan dengan ancaman bagi siapa saja yang melakukan dosa-dosa ini dengan siksaan yang keras, yang berlipat ganda di neraka. والعياذ بالله

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا ﴿٦٨﴾ يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا ﴿٦٩﴾

Barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat banyak dos, Sehingga akan dilipat gandakan siksaan untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam siksaan itu dalam keadaan terhina,” (QS. Al-Furqan[25]: 69)

Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla mengecualikan dari ancaman yang keras ini siapa saja yang bercepat-cepat dan bersegera untuk bertobat dari dosa besar ini dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya mendapatkan maaf dan ampunanNya ditambah memperbanyak amal shalih dan berbagai macam ketaatan yang mendekatkan kepada Ar-Rahman, supaya terangkatlah derajatnya disisi Allah ‘Azza wa Jalla dan Allah akan ganti kejelekannya dengan kebajikan. Sebagaimana firmanNya:

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَـٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّـهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّـهُ غَفُورًا رَّحِيمًا ﴿٧٠﴾

kecuali orang-orang yang segera bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan[25]: 70)

Dan yang dimaksud dengan يُبَدِّلُ اللَّـهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ dalam ayat ini, ada dua pendapat ahli tafsir tentang maknanya. Makna yang pertama, Allah ganti perbuatan jelek mereka dengan perbuatan baik. Demikianlah orang-orang yang bertaubat, maka berganti perbuatannya dari perbuatan jelek menjadi perbuatan baik.  Kemudian makna yang kedua dan ini didukung oleh satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu tumpukan dosanya Allah ganti menjadi pahala.

Misalnya seseorang mempunyai dosanya sebesar gunung, ketika dia sungguh-sungguh bertaubat dan dia terima taubatnya, maka satu gunung dosa tadi berubah menjadi satu gunung pahala. Dan terdapat hadits shahih riwayat Muslim yang menguatkan makna ini.

Satu hal yang patut untuk kita perhatikan bahasanya kalau kita perhatikan jalan-jalan di dunia ini semuanya dibatasi kecepatannya kecuali jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak di batasi kecepatannya. Namun malah diperintahkan untuk ngebut menuju ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semua jalan, meskipun itu jalan tol, selalu dibatasi kecepatannya, ada peringatan untuk tidak melampaui batas kecepatan, apalagi jalan-jalan kampung. Namun jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak dibatasi kecepatannya bahkan diperintahkan untuk ngebut sengebut ngebutnya. Yang paling hebat adalah yang paling ngebut di jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala dan di jalan menuju taubat kepadaNya.

Catatan Artikel Menjauhi Dosa-Dosa Besar Dalam Islam

  • Disampaikan: Ustadz Aris Munandar Hafidzahullah
  • Ditulis pada: Ahad Malam, 10 Rajab 1440 H di Cileungsi, Bogor
  • Link video kajian: https://youtu.be/nrylQivcduQ (menit 40:50-selesai)

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0