Motivasi Menulis “Pentingnya Berdakwah Melalui Tulisan”

Motivasi Menulis “Pentingnya Berdakwah Melalui Tulisan”

Kultum Singkat Tentang Shalat Berjama’ah
Ceramah Singkat Tentang Pernikahan: Menikah Untuk Apa?
Motivasi Istiqomah Setelah Ramadhan

Motivasi menulis ini membahas tentang Pentingnya Berdakwah Melalui Tulisan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

Motivasi Menulis Dari Ustadz Firanda

Para Asatidzah dan juga para Thullab yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alhamdulillah pada malam ini kita berkumpul di tempat yang berkah ini dalam rangka untuk saling nasihat-menasihati. Dan insyaAllah pada malam ini kita akan menyinggung sedikit tentang pentingnya berdakwah melalui tulisan.

A. Pentingnya Berdakwah

Adapun pentingnya berdakwah, maka terlalu banyak dalil yang menunjukkan akan keutamaan berdakwah. Di antaranya adalah dalam ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّـهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٣٣﴾

Dan perkataan siapakah yang lebih baik dari orang yang menyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?” (QS. Fushshilat[41]: 33)

Jawabannya tidak ada, perkataan yang terbaik adalah perkataan para Dai yang menyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang mengingatkan umat untuk mengagungkan Rabbul ‘Alamin (pencipta alam semesta ini), yang mengingatkan umat bahwasanya kehidupan dunia hanyalah sementara, yang mengingatkan umat bahwasanya akhirat adalah tujuan (kehidupan yang abadi), yang mengingatkan umat untuk mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka tidak ada perkataan yang lebih indah, tidak ada perkataan yang lebih baik dari perkataan para Dai.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّـهِ…

Dan perkataan siapakah yang lebih baik dari orang yang menyeru kepada Allah?

Jawabannya tidak ada, perkataan Dai adalah perkataan yang terbaik.

1. Tugas para Nabi

Oleh karenya Nabi/para Anbiya, apa sih pekerjaan para Anbiya? Pekerjaan mereka berdakwah. Tugas mereka adalah menyampaikan risalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka adalah para Dai.

Demikian juga para pengikut Anbiya yang sesungguhnya adalah para Dai. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Yusuf Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ هَـٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّـهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّـهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿١٠٨﴾

Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Ini adalah jalanku, aku adalah seorang Dai menyeru ke jalan Allah.'” (QS. Yusuf[12]: 108)

Nabi disuruh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menegaskan akan hal ini, menjelaskan dengan tegas.

هَـٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّـهِ

“Ini adalah jalanku, Aku menyeru kepada Allah.”

عَلَىٰ بَصِيرَةٍ

“Diatas ilmu.”

أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي

“Aku dan orang-orang yang mengikutiku adalah para Dai.”

Oleh karenanya, para pengikut Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sesungguhnya adalah para Dai.

Ayat ini mengingatkan kita bahwasanya setiap pengikut Nabi berusaha untuk menyeru apa yang diserukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Setiap pengikut Nabi berusaha untuk masuk dalam rel dakwah. Dengan cara apapun, yang penting dia berusaha untuk mendakwahkan syariat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memotivasi umatnya untuk berdakwah.

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat.”

2. Dakwah adalah ibadah praktis

Dan dakwah merupakan amal ibadah yang sangat mulia dan sangat praktis, sangat mudah menjadikan seseorang mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Tadi hadits yang telah disebutkan oleh Al-Ustad. Bahwasannya:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menyeru atau menunjukkan kepada kebaikan, maka bagi dia pahala orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)

Hadits ini adalah hadits yang agung.

Kita hidup di atas muka bumi ini waktu kita cuma sebentar, umur kita tidak panjang, terlalu banyak cita-cita yang belum tentu bisa kita raih cita-cita tersebut. Betapa banyak proyek-proyek yang belum selesai sementara pemilik proyek tersebut sudah meninggal dunia. Betapa banyak orang bercita-cita membangun sesuatu maka dia meninggal sebelum selesai bangunnya tersebut dan ditempati oleh orang lain.

Oleh karenanya umur yang singkat ini, kita berusaha untuk bisa meraih pahala sebanyak-banyaknya. Kemampuan kita beramal terbatas, uang kita untuk berinfak terbatas, kebutuhan sangatlah banyak. Di antara amalan yang singkat yang mendatangkan pahala paling banyak adalah berdakwah.

Bayangkan kalau ada seorang yang tidak shalat kemudian kita dakwahi. Seminggu dia belum mau shalat, dua minggu dia belum mau shalat, setelah sebulan dia mau shalat. Orang ini kemudian dia shalat seumur hidupnya gara-gara dakwah kita, dia shalat selama 40 tahun misalnya kemudian dia meninggal dunia. Maka selama 40 tahun, pahala shalat dia mengalir kepada kita. Bukan kita yang shalat, tapi dia. Kita cuma mengajak dia shalat. Setelah itu dia shalat selama 40 tahun, masyaAllah seluruh pahala dia juga mengalir kepada kita. Kita cuma capek sebulan dapat pahala shalat selama 40 tahun. Apalagi orang yang baru kita dakwahi sehari dua hari kemudian dapat hidayah.

Ada orang yang terjerumus kedalam kesyirikan, memakai jimat, percaya kepada dukun, kita dakwahi dia. Kita tahu keutamaan tauhid sangatlah besar. Diantara keutamaan tauhid adalah Allah mengampuni dosa-dosa orang yang bertauhid tersebut. Dalam hadits Qudsi Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ! إنَّك لَوْ أتَيْتنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُك بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam, kalau engkau mendatangiKu dalam kondisi membawa dosa sebesar bumi ini dan engkau tidak berbuat syirik kepadaKu sama sekali, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan pula sebesar bumi ini.” (HR. Tirmidzi)

Terus kita dakwahi orang ini, maka dia pun meninggalkan kesyirikan. Dia mendapatkan pahala janji ampunan Allah bagi orang ini. Kita pun mendapatkan janji pahala ampunan tersebut. Karena dengan sebab kita mengenal tauhid, kemudian setelah itu dia hidup diatas tauhid, dia meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Kita yang mendakwahi dia juga mendapatkan pahala.

Dan demikianlah para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala..

Terkadang kita tidak punya duit, maka kita pun mendakwahi orang yang kaya supaya dia berinfak. Maka tatkala dia berinfak, kita juga dapat pahala berinfak. Terkadang kita memotivasi seseorang untuk belajar, menuntut ilmu. Kemudian orang ini pun menuntut ilmu, belajarlah dia. Kemudian jadikan dia seorang Ustadz, kemudian dia berdakwah. Maka kita dapat pahala dari seluruh amal yang ia lakukan. Karena dengan sebab kita dia semangat menuntut ilmu untuk menjadi Dai.

Oleh karenanya para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Saya katakan, diantara amal yang paling terbaik adalah berdakwah. Karena orang yang mendapatkan hidayah gara-gara kita, pahala dia akan lari kepada kita. Bagaimana kalau seorang Dai berdakwah kemudian yang mendapatkan hidayah 100 orang, yang mendapatkan hidayah 1000 orang, kemudian yang mendapatkan hidayah sampai jutaan orang. Maka berapa banyak pahala yang akan dia raih.

3. Nabi adalah pengajar yang pertama

Dari sini para ulama mengatakan, mengirim pahala kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah bid’ah. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak perlu dikirimi pahala. Karena semua umat Islam yang beramal shalih pahalanya otomatis lari kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pahalanya otomatis mengalir kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena Nabi adalah pengajar yang pertama. Seluruh amalan para sahabat, seluruh amalan para Tabi’in dan seluruh amalan kaum muslimin sejak zaman Nabi sampai hari kiamat semua pahalanya mengalir kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena dialah pertama kali yang menunjukkan kepada kebaikan.

Oleh karenanya tidak perlu kita bilang: “ilaa hadhratin Nabi shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Al-Baqarah..” Tidak perlu. Karena ketika kita membaca Al-Baqarah, pahalanya sudah sampai kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena seluruh kebaikan yang kita lakukan pahalanya mengalir kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

4. Keutamaan para sahabat

Demikian juga dari sini kita mengetahui keutamaan para sahabat. Terutama Abu Bakar Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, orang dewasa yang pertama kali masuk Islam. Dan betapa banyak sahabat-sahabat mulia yang dijamin masuk surga masuk Islam gara-gara Abu Bakar Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu. Dari sini kita tahu bagaimmana mulianya para sahabat, karena generasi setelah para sahabat yang beramal shalih pahalanya juga mengalir kepada para sahabat.

Sampai-sampai banyak ulama yang menyatakan bahwasanya tidak mungkin seorang Tabi’in (secara person) lebih mulia dari sahabat. Karena sahabat lah yang menyampaikan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka adalah generasi pertama yang bedakwah dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka yang dikatakan oleh Allah (dipuji) karena dakwah mereka. Kata Allah:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

Kalian adalah umat terbaik yang Allah keluarkan bagi manusia.”

Kenapa? Karena mereka memiliki sifat:

تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ

 “Kalian menyeru kepada kebaikan dan kalian mencegah dari kemungkaran.” (QS. Ali-Imran[3]: 110)

Yang itu adalah dakwah. Karena hakikat dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan kalian mencegah dari kemungkaran.

Oleh karenanya adik-adik harus berbahagia dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena adik-adik menempuh jalan yang terbaik, menuntut ilmu. Ini adalah jalan yang ditempuh oleh para Dai. Orang yang menjadi Dai harus belajar. Tidak mungkin menjadi Dai tanpa belajar. Kalau menjadi Dai tanpa belajar, tentu akan menjadi Dai yang sesat dan menyesatkan.

Oleh karenanya adik-adik yang datang dari jauh dan belajar di sini, belajarlah yang serius. Berletih-letihlah terlebih dahulu tatkala belajar, akan dimudahkan jalannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan berangan-angan ingin menjadi Dia kemudian didengar perkataannya sementara malas belajar. Seeorang berusaha belajar semaksimal mungkin, mengharapkan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar tatkala dia menyampaikan risalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bisa menyampaikan dengan sebaik-baiknya. Karena para Dai butuh ilmu dan para Dai butuh kepandaian untuk menyampaikan. Karena semakin banyak orang mengikutinya, maka akan semakin banyak pahala yang akan dia raih.

B. Pentingnya berdakwah lewat tulisan

12:52 Para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.. Pada kesempatan yang berbahagian ini, sebagaimana topik yang tadi disampaikan, meneladani dakwah dengan tulisan.

Dengan sarana dan prasarananya seorang berdakwah dengan lisan dan juga seorang berdakwah dengan tulisan. Dan berdakwah dengan tulisan merupakan perkara yang sangat penting, bahkan terkadang lebih penting daripada berdakwah dengan lisan.

1. Keistimewaan dakwah dengan tulisan

Sebelumnya kita tahu bahwa dakwah dengan tulisan telah dilakukan oleh para Anbiya sebagaimana Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam mengirim suratnya kepada Ratu Bilqis, dibawa oleh burung hud-hud, akhirnya masuklah surat tersebut kedalam kamarnya atau istananya Ratu Bilqis. Ia mengatakan kepada para pembesaran-pembesarnya:

…إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ ﴿٢٩﴾ إِنَّهُ مِن سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ ﴿٣٠﴾ أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ ﴿٣١﴾

Nabi Sulaiman menulis dalam suratnya dan Ratu Bilqis mengatakan: “Wahai pembesar-pembesarku, sesungguhnya telah dilemparkan kepadaku sebuah tulisan yang mulia. Surat tersebut dari Sulaiman, isinya Bismillahirrahmanirrahim (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) Janganlah kalian sombong dihadapanku dan temuilah aku dalam kondisi menyerahkan diri kalian.‘” (QS. An-Naml[27]: 29)

Demikian juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bagaimana beliau mengirim surat-surat beliau kepada para raja dalam rangka untuk mendakwahi mereka.

Dan dakwah dengan tulisan ini merupakan perkara yang sangat diperhatikan oleh para ulama. Oleh karenanya ilmu para ulama sampai kepada kita, diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui tulisan. Apalagi zaman dahulu tidak ada alat rekam. Para ulama ceramah-ceramah mereka tidak ada yang tersisa kecuali yang tertulis. Shahih Al-Bukhari sampai kepada kita, shahih Muslim dan buku-buku yang lainnya, semuanya dalam bentuk tulisan.

Dan terasa dakwah dengan tulisan semakin penting terutama di zaman sekarang ini. Tatkala muncul kecanggihan teknologi, apalagi ada yang namanya internet yang menjadikan dunia ini seakan-akan suatu kampung yang sangat kecil, seakan-akan setiap kamar ada dunianya, orang yang punya internet seakan-akan dia telah memegang dunia. Apa yang ingin dia ketahui semuanya ada disitu. Oleh karenanya ini semakin mendorong kita untuk banyak menulis tentang dakwah, tentang Islam.

2. Kelebihan tulisan dibanding lisan

Lebih cepat tersebar

Dan kelebihan tulisan daripada dakwah dengan lisan, secara kenyataan dakwah dengan tulisan lebih cepat tersebar. Adapun dakwah dengan lisan, misalnya seseorang mendengar ceramah satu jam, ini agak susah, orang kadang malas duduk satu jam mendengarkan ceramah (apakah secara langsung ataupun dia download dari internet). Tapi kalau tulisan, dia mungkin baca dalam waktu 5 menit selesai. Oleh karenanya dakwah dengan tulisan lebih cepat tersebar daripada dengan lisan.

Mudah disimpan

Tulisan mudah disimpan oleh orang yang membacanya, kapan-kapan dia bisa murojaah dengan cepat, dia ingin lihat lagi dengan sangat mudahnya.

Tidak merasa digurui

Orang yang membaca tulisan tidak merasa digurui. Beda kalau orang hadir dalam ceramah kemudian dia mendengar, seakan-akan orang yang ceramah ini kadang-kadang dibilang sok pintar lah, sok menggurui lah, tapi kalau tulisan dia tidak merasa digurui. Dia baca, dia nilai dengan hatinya (baik atau tidak), benar-benar mudah untuk dia terima.

3. Jenis-Jenis Dakwah Dengan Tulisan

Oleh karenanya para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, seseorang berusaha membiasakan diri untuk berdakwah dengan tulisan. Terutama adik-adik sekalian, sejak awal tumbuhkan hobi untuk menulis.

Dan banyak sarana dakwah dengan tulisan, misalnya:

a. Menterjemahkan tulisan

Menterjemahkan tulisan yang sudah ada dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Lihat: Keutamaan belajar bahasa Arab

Penjelasan pada menit ke-20:54. Latih diri untuk menterjemahkan. Orang yang sering menerjemahkan, maka akan lebih banyak kosakatanya, dia akan mendapati perkataan-perkataan, kata-kata, kalimat-kalimat dari para ulama yang dia tidak paham, maka dia terpaksa buka kamus, dia buka kamus lama-lama dengan sendirinya akan banyak kosakata yang dia pahami.

Kemudian dia juga akan terlatih untuk merubah dari kata bahasa Arab menjadi tata bahasa Indonesia. Karena (dalam bahasa) Indonesia misalnya subjek predikat objek, ternyata dalam bahasa dalam bahasa Arab tidak demikian. Terkadang objeknya lebih dahulu daripada predikatnya. Oleh karenanya orang yang tidak terbiasa menterjemahkan dari bahasa Arab menjadi bahasa Indonesia maka bahasanya akan kaku. Dengan melatih diri menterjemahkan, maka bahasanya akan menjadi halus. Karena susunan bahasa Arab tidak sama dengan bahasa Indonesia. Maka dia perlu melatih diri untuk merubah susunan tersebut menjadi susunan bahasa Indonesia.

b. Meringkas tulisan

Meringkas tulisan yang panjang menjadi pendek, ini juga bentuk tulisan. Ada tulisan yang panjang, coba diringkas, diambil poin-poinnya, latih diri kita untuk meringkas.

Penjelasan pada menit ke-22:05. Meringkas bisa dari tulisan seorang ustadz yang panjang. Misalnya dari 5 halaman kita ringkas menjadi 1 halaman. Ini butuh kecerdasan, ini melatih otak. Karena orang yang meringkas akan paham maksud dari tulisan tersebut, dia akan bisa mengambil intisari ari tulisan tersebut. Ini butuh latihan juga.

Oleh karenanya lihat bagaimana para ulama mereka meringkas buku-buku yang panjang. Seperti Adz-Dzahabi meringkas bukunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, kemudian Ibnu Hajar Al-Asqalani meringkas bukunya Al-Mizzi, meringkas ini juga butuh ilmu tersendiri, butuh seni tersendiri. Ini juga merupakan salah satu bentuk tulisan. Bahkan terkadang ringkasan suatu buku lebih terkenal daripada buku aslinya. Seperti contohnya buku AshShawaiq Al-Mursalah karangan Ibnul Qayyim Rahimahullah yang diringkas oleh seorang ulama menjadi Mukhtashar AshShawaiq AlMursalah. Sekarang yang tesebar buku Mukhtasharnya. Oleh karenanya seorang melatih diri untuk meringkas.

c. Merangkum

Misalnya kita bercerita tentang sejarah seorang ulama. Kita baca 5 buku yang menceriitakan ulama tersebut. Maka biasanya buku saling melengkapi. Ada sesuatu yang disebutkan oleh buku A, tapi tidak disebutkan oleh buku B. Ada yang disebutkan buku C, tidak disebutkan oleh buku D. Maka kita berusaha merangkum. Ini juga salah satu bentuk tulisan.

Penjelasan pada menit ke-23:40. Merangkum adalah perkara yang sangat penting. Karena melazimkan kita untuk banyak muthala’ah. Kita latih diri kita menulis suatu permasalahan, kita rangkum dari berbagai macam tulisan kemudian kita simpulkan.

d. Mensyarah

Menjelaskan hadits misalnya, ini butuh untuk disyarah. Maka kita (sebutkan) perkataan para ulama apa maksud dari hadits tersebut, berusaha kita keluarkan faedah-faedah dari hadits tersebut. Ini bisa dilatih, meskipun adik-adik masih tingkatan SMP atau SMA.

Penjelasan pada menit ke-24:03. Mensyarah pun salah satu tulisan. Ada hadits, ada ayat, coba kita syarah atau kita tafsirkan dengan perkataan para ulama.

e. Mentahdzib

24:23 Mentahdzib (mengatur ulang). Terkadang kita lihat satu buku yang kurang teratur, maka kita atur kembali, kita klasifikasikan. Ini juga termasuk salah satu bentuk dari tulisan.

4. Keuntungan Menulis

Kalau sudah terbiasa menulis, maka:

  • Bahasa akan semakin bagus. Pandai mengatur untuk menata pembicaraan. Dan ini akan berpengaruh dalam dakwah dia.
  • Orang yang biasa berpikir secara sistematis dalam tulisan, maka dia juga mudah menyampaikan secara sistematis dalam ceramah-ceramahnya. Karena dia sudah terbiasa berpikir secara sistematis. Pertama berbicara ini, kemudian ngomong begini dan begini.
  • Dan kalau tulisan kita itu kita masukkan ke internet, maka mudah-mudahan banyak orang yang membaca. Setiap ada orang yang membaca, setiap ada orang menklik, maka kita akan mendapatkan pahala dari orang tersebut. Karena dia mendapatkan faedah dari kita.

5. Kiat menumbuhkan hobi menulis

19:58 Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..

a. Lomba tulisan

Oleh karenanya sangat baik misalnya dalam lingkungan pondok seperti ini diadakan lomba tulisan. Tingkatan santri, demikian juga tingkatan bapak-bapak, tingkatan para ustadz, kalau ibu-ibu tidak usah (biar masak aja di rumah, khawatir nanti kalau nulis suaminya nggak makan). Ibu-ibu lomba berbakti kepada kepada suami.

Lihat: Lomba yang diadakan web ngaji.id

b. Jenis-jenis lomba tulisan

Inilah para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kalau bisa diadakan di pondok ini. Misalnya:

  • Lomba mensyarah, lomba tafsir ayat. Ayatnya satu, coba tafsirkan ayat ini. Nanti akan kelihatan bagaimana cara para santri untuk menafsirkan ayat tersebut. Atau lomba mensyarah hadits.
  • Lomba merangkum sebuah buku. Kasih buku satu, coba dirangkum menjadi kurang dari 5 halaman misalnya. Jangan banyak-banyak, kalau merangkumnya sampai setengah buku berarti dia bahlul nggak bisa meringkas. Kalau meringkas itu harus cerdas, satu buku bisa jadi 5 halaman. Ini butuh kecerdasan untuk melihat intisari buku tersebut. Ini baru canggih dalam meringkas.
  • Lomba menterjemah. Satu saja bahan terjemahannya. Lomba, masing-masing lihat bagaimana siapa yang terjemahannya lebih baik.

Ini dalam rangka membangkitkan semangat anak-anak untuk menulis. Wallahu a’lam bishshawwab..

Sumber Video Motivasi Menulis Dari Ustadz Firanda

 

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: