Muhadharah Kubra Ke-4: Mengenal Ibadah Sirriyyah

Muhadharah Kubra Ke-4: Mengenal Ibadah Sirriyyah

“Muhadharah Kubra Ke-4: Mengenal Ibadah Sirriyyah” ini adalah transkrip kajian yang dibawakan oleh Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A. Hafizhahullahu Ta’ala.

Mukaddimah Muhadharah Kubra Ke-4: Mengenal Ibadah Sirriyyah

Ibadah Sirriyyah adalah ibadah yang rahasia antara seorang hamba dengan Allah, yang tahu hanya dia saja dan juga Allah ‘Azza wa Jalla, tidak diketahui oleh orang lain meskipun orang yang paling dekat dengan seseorang. Dan ternyata ibadah sirriyyah ini memeiliki banyak keutamaan.

Sebagaimana kita tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan manusia dan juga jin untuk beribadah kepadaNya. Dalam sebuah ayat yang insyaAllah masing-masing dari kita hafal, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)

Dan ibadah kepada Allah selain itu adalah merupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim, bahkan sebagai seorang manusia yang telah diciptakan oleh Allah, dia adalah satu kebutuhan. Bahkan kebutuhan kita terhadap ibadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla ini lebih penting/utama/darurat daripada kebutuhan kita terhadap makan dan juga minum, bahkan kebutuhan kita terhadap udara, kebutuhan kita terhadap sandang, papan dan kebutuhan-kebutuhan pokok yang lain. Orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan yang sejati, ketenangan yang hakiki, maka tidak mungkin dia mendapatkan itu semuanya kecuali apabila dia mewujudkan peribadatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Jenis Ibadah

Perlu diketahui bahwa ternyata ibadah kepada Allah terbagi menjadi dua:

‘Alaniyyah (terang-terangan/terlihat )

Yaitu ibadah yang dilihat oleh orang lain. Seperti shalat berjama’ah, maka ini kita harus bersama orang lain, tidak dinamakan berjamaah kecuali bersama orang lain. Seseorang memelihara jenggotnya, maka ini harus kelihatan oleh orang lain, dan dia adalah ibadah. Berhijab (melaksanakan perintah Allah menutup aurat), maka ini juga termasuk ibadah yang ‘alaniyyah.

Sirriyyah (rahasia/tidak dilihat)

Yaitu ibadah yang tidak dilihat orang lain, sampai terkadang orang yang paling dekat dengan seseorang seperti istrinya, anak-anaknya dan orang yang bersamanya di dalam rumah tidak mengetahui ibadah sirriyyah tersebut. Dan inilah yang insyaAllah akan kita bahas pada kesempatan kali ini.

A. Keutamaan Ibadah Sirriyyah

Mengapa seseorang dianjurkan untuk melakukan ibadah secara sembunyi-sembunyi/rahasia? Merahasiakan ibadah tersebut sehingga tidak dilihat oleh orang lain? Di antara keutamaan yaitu:

1. Perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Dalam sebuah hadits, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan supaya masing-masing dari kita ini kalau bisa hendaknya dia memiliki ibadah sirriyyah ini. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ خَبْءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barangsiapa di antara kalian yang bisa memiliki amal shalih yang tersembunyi (yang tidak dilihat oleh orang lain), maka hendaklah dia lakukan.” (HR . Khathiib Al-Baghdaadi dalam Taariikh Baghdaad, dan dishahihkan Syeikh Al-Albaani dalam Silsilah Al Ahaadiits Ash Shahiihah dan Shahiihul Jaami’)

Jelas hadits ini menunjukkan tentang anjuran/perintah dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam supaya masing-masing dari kita kalau memang memiliki kemampuan hendaklah dia memiliki amal shalih yang tersembunyi.

2 Sebab dicintai Allah

Di dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

إنَّ الله يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الغَنِيّ الْخَفِيَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, yang kaya (jiwanya), yang tersembunyi.” (HR Muslim )

Yang dimaksud hamba yang tersembunyi adalah seorang hamba yang beribadah kepada Allah, merendahkan dirinya di hadapan Allah dalam keadaan tidak dilihat orang lain.

3. Amalan para salaf

Ibadah sirriyyah inilah yang dahulu diusahakan yang dilakukan oleh para Salaf, para pendahulu kita yang kita semuanya mencintai mereka dan ingin mengikuti jejak mereka.

Berkata Hasan Al-Bashri (wafat th 110 H):

ولقد أدركنا أقواما ما كان على الأرض من عمل يقدرون أن يعملوه في السر ، فيكون علانية أبدا

“Dan sungguh kami telah mendapatkan orang-orang yang seandainya mereka masih bisa menyembunyikan amalan maka mereka tidak akan melakukannya secara terang-terangan.” (Dikeluarkan oleh Ath Thabari dalam tafsirnya 12/485)

Kalau masih memungkinkan ibadah tersebut mereka sembunyikan dan tidak ada di sana maslahat untuk dijahr-kan, maka orang-orang shalih tersebut berusaha untuk mengamalkannya dalam keadaan sirr.

Muhammad bin Aslam (wafat th 242 H) mengatakan. Ini adalah salah satu contoh di antara semangat para Salaf kita untuk menyembunyikan amalan mereka.

لو قدرت أن أنطوع حيث لا يراني ملكاي لفعلت

“Seandainya aku mampu untuk melakukan ibadah sunnah dengan tidak dilihat oleh dua malaikat, niscaya aku akan melakukannya.” (Siyar A’laamin Nubalaa 12/200)

Artinya sampai keikhlasan mereka dalam beribadah ingin bagaimana supaya benar-benar tidak diketahui kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sampai malaikat yang mencatat amalan seandainya dia bisa melakukan amal shalih tersebut dan tidak dilihat oleh dua malaikat tadi niscaya dia akan melakukan yang demikian.

4. Ibadah sirriyyah lebih afdhal daripada ibadah ‘alaniyyah, karena lebih jauh dari ‘ujub.

Ibadah yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi itu lebih dekat kepada keikhlasan, akan hilang dari seseorang sifat ‘ujub yang biasanya datang ketika seseorang dilihat, akan hilang darinya riya’ yang ini biasanya datang ketika seseorang dilihat oleh orang lain.

5. Ibadah sirriyyah mempengaruhi ibadah ‘alaniyyah (dari sisi kualitas maupun istiqamah)

Ibadah sirriyyah adalah ibadah yang tersembunyi, tapi pengaruhnya terhadap ibadah-ibadah yang dilihat oleh orang lain atau terang-terangan, ternyata sangat besar. Pengaruhnya yaitu dari sisi kualitas. Semakin banyak seseorang melakukan ibadah yang sirriyyah, maka akan semakin baik kualitas ibadah ‘alaniyyahnya.

Demikian pula dari sisi keistiqamahan. Orang yang memperbanyak ibadah yang tersembunyi, maka ini akan berpengaruh kepada ketangguhan/keistiqamahan seseorang di dalam amal shalih yang ‘alaniyyah.

(a) Berkata Ma’qil bin Ubaidillah Al-Jazari (166 H)

كَانَتِ الْعُلَمَاءُ إِذَا الْتَقَوْا تَوَاصَوْا بِهَذِهِ الْكَلِمَاتِ، وَإِذَا غَابُوا كَتَبَ بِهَا بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ أَنَّهُ: مَنْ أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ أَصْلَحَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ

“Dahulu para ulama jika saling bertemu mereka saling berwasiat dengan beberapa wasiat berikut, dan kalau berjauhan mereka saling menulis surat yang berisi wasiat-wasiat berikut: yaitu bahwa barangsiapa yang memperbaiki (ibadah) rahasia antara dirinya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki (ibadahnya) yang terlihat.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ad Dunyaa, dalam Kitaab Al Ikhlaash wa An Niyyah hal : 54)

Di antara makna diperbaikidi sini adalah akan diperbaiki kualitasnya oleh Allah dari sisi keikhlasan. Orang kalau terbiasa melakukan ibadah yang sirriyyah, maka ketika dia melakukan ibadah yang ‘alaniyyah, maka akan terbiasa untuk ikhlas, akan terbiasa untuk mengikuti sunnah Nabi.

Dan orang kalau sering melakukan ibadah yang sirriyyah, maka dia akan diberikan taufik oleh Allah untuk istiqamah. Karena biasanya sebab orang tidak Istiqamah adalah karena kurang ikhlas, yaitu diawal saja dia semangat ketika dilihat oleh orang lain. Tapi ketika mulai dia sendiri dan tidak dilihat oleh orang lain, apalagi tidak ada disana yang memuji, maka mulailah dia bermalas-malasan dan akhirnya meninggalkan amalan tersebut.

Di antara sebab ketidakistiqamah seseorang adalah karena ada kekurangan di dalam masalah keikhlasan. Ketika seseorang membiasakan dirinya untuk menyembunyikan amalan, maka insyaAllah biidznillah ini akan menjadi sebar baiknya ibadah ‘alaniyyah seseorang, menjadikan dia istiqamah.

Perumpamaan seperti daun pohon dan akarnya

Wahb bin Munabbih (meninggal kurang lebih 100 Hijriyah), beliau menyebutkan sebuah perumpamaan. Dimana ibadah ‘alaniyyah dan juga ibadah sirriyyah itu seperti daun pohon dan juga akarnya. Kalau akar pohon tidak ada, maka akan hancur pohon tersebut.

Kita tahu akar pohon berada di dalam tanah (tidak kelihatan), meskipun dia tidak kelihatan tapi sangat berpengaruh dengan apa yang berada di atas tanah. Kalau dia baik, maka apa yang ada di atasnya ini akan menjadi baik; daun-daun akan subur, pohon tersebut akan tumbuh dengan baik. Itu terjadi ketika akar yang berada di dalam tanah tadi kualitasnya baik.

Maksud beliau di sini adalah bahwa ibadah sirriyyah yang dilakukan oleh seseorang akan menjadikan seseorang baik di dalam ibadah ‘alaniyyahnya.

Seperti tiang yang ditancapkan

Sebagian masyaikh memberikan perumpamaan yang lain. Yaitu seperti tiang yang kita tancapkan di dalam bumi. Kalau kita ini tiang tersebut berdiri dalam keadaan kokoh, tidak goyah dengan angin, tidak mudah diruntuhkan oleh seseorang, maka kita berusaha untuk menghujamkan tiang tersebut ke dalam tanah. Semakin dalam hujamannya ke dalam tanah, maka akan semakin kokoh tiang tersebut. Jika datang angin yang kencang insyaAllah dia tidak akan jatuh. Jika ada puluhan orang ini meruntuhkan, maka mereka tidak akan mampu.

Ini permisalan ibadah sirriyyah yang dimiliki oleh seseorang. Semakin banyak ibadah sirriyyah yang dia lakukan maka ibadah-ibadah yang alaniyyah itu akan istiqamah.

Sebaliknya, kalau seseorang hanya menancapkan sedikit saja dari tiang tersebut, betapa mudahnya tiang tersebut roboh? Jika ada angin yang yang menerpa, maka dia akan cepat roboh. Bahkan seandainya ada anak kecil yang menyentuh tiang tersebut, maka akan roboh. Hal ini karena yang menancap ke dalam tanah itu hanya sedikit saja. Ini permisalan orang yang tidak memiliki ibadah sirr sama sekali atau ibadah sirriyyah yang dia miliki sangat sedikit.

6. Merasakan nikmatnya ibadah

Ibadah sirriyyah menjadi wasilah bagi kita untuk merasakan nikmatnya beribadah kepada Allah. Ada ucapan seorang Salaf, berkata Muslim bin Yasaar (wafat sekitar tahun 100 H):

ما تلذذ المتلذذون بمثل الخلوة بمناجاة الله عز وجل

“Tidaklah orang-orang merasakan nikmat seperti nikmatnya orang yang berkhalwat dengan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim , dalam Hilyatul Auliyaa 2/294 )

Orang yang sudah terbiasa melakukan ibadah yang sirriyyah, maka dia akan merasakan nikmatnya beribadah kepada Allah. Ini menjawab mungkin pertanyaan sebagian kita “Kenapa Ya Ustadz, ana beribadah dan merasakan diri ana hambar di dalam beribadah?” Maka mungkin di antara sebabnya kita hanya mencukupkan diri dengan ibadah-ibadah yang ‘alaniyyah dan tidak memiliki perhatian yang besar terhadap ibadah-ibadah yang sirriyyah.

7. Menghilangkan kenifakan

Diketahui bahwasanya seseorang itu bukan orang munafik adalah ketika dia memiliki ibadah sirriyyah. Ada seorang yang datang kepada Hudzaifah Ibnul Yaman (seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), kemudian beliau bertanya:

هل أنا من المنافقين ؟

“Apakah aku termasuk orang-orang munafik?”

Kita tahu bahwasanya Hudzaifah adalah orang yang dahulu menjaga rahasia Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (صاحب سر الرسول صلى الله عليه وسلم).

Hudzaifah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu mengatakan kepadanya:

أتُصلي إذا خَلوت ، وتستغفر إذا أذنبت؟

“Apakah engkau shalat (mungkin shalat malam/rawatib/dhuha) ketika dalam keadaan sendiri, dan apakah engkau beristigfar ketika berdosa?”

Dia mengatakan: “Iya” Maka Hudaifah mengatakan:

إذهب فما جعلك الله منافقًا

“Pergilah engkau, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan kamu sebagai seorang munafik.”

Artinya kalau dalam keadaan sendiri engkau melakukan shalat dan dalam keadaan dosa engkau beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sementara tidak ada di sana orang lain yang mendengar, tidak ada di sana orang lain yang melihat, ini ciri bahwasanya engkau adalah bukan orang munafik.

Orang munafik tidak beramal kecuali kalau dilihat oleh orang lain. Mereka menampakan Islam dan menyembunyikan kekufuran. Kalau dilihat orang lain maka mereka baru beramal. Makanya dalam hadits yang paling berat bagi mereka adalah shalat subuh dan juga ‘isya. Karena shalat ini tidak dilihat oleh orang lain. Apalagi zaman dahulu, kalau yang namanya masjid kalau sudah masuk waktu ‘isya dan subuh maka tidak terlihat oleh orang lain. Maka mereka paling malas melakukan amal yang tidak dilihat oleh orang lain.

8. Memiliki kedudukan dan kewibawaan di mata manusia

Ibadah sirriyyah merupakan rahasia mengapa para ulama -meskipun secara dzahir amalan mereka sama dengan yang lain- tapi kenapa para ulama memiliki kedudukan/kewibawaan tersendiri di dalam hati kita. Para ulama menjelaskan di antara sebabnya adalah amalan-amalan/ ibadah-ibadah sirriyyah yang ada pada diri mereka yang kita tidak melihatnya.

Sehingga ketika para ulama menjelaskan tentang kewibawaan yang dimiliki oleh Abdullah bin Mubarak, haibah (wibawa) yang dimiliki oleh Al-Imam Malik bin Anas. Sampai disebutkan oleh ulama-ulama besar seperti Al-Imam Asy-Syafi’i bahwa beliau tidak berada di depan seorang ulama yang lebih besar wibawanya daripada Imam Malik. Sampai mereka menjelaskan bahwa wibawanya lebih daripada wibawanya seorang penguasa. Ini sesuatu yang sangat dikenal dari Imam Malik Rahimahullah. Dan ternyata rahasia itu semua adalah karena mereka memiliki amalan-amalan yang rahasia yang tidak mengetahuinya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla.

B Praktek Salaf Terhadap Ibadah Sirriyyah

Kita lihat bagaimana mereka mempraktekkan ibadah sirriyyah ini supaya kita bisa juga mempraktikkan juga dalam kehidupan sehari-hari.

Lihat: Praktek Salaf Terhadap Ibadah Sirriyyah

Video Muhadharah Kubra Ke-4: Mengenal Ibadah Sirriyyah

Sumber video: HSI Abdullahroy

Mari turut menyebarkan kultum tentang “Muhadharah Kubra Ke-4: Mengenal Ibadah Sirriyyah” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 1
  • comment-avatar
    Bambang Sutadi 3 tahun ago

    MasyaAllah sangat bermanfaat sekali semoga apa yang telah di kerjakan dan di posting guna menambah ilmu menjadi limpahan pahala yang terus mengalir dari Allah SWT 

  • DISQUS: