Muslim Produktif Kontributif

Muslim Produktif Kontributif

Makna Tauhid Adalah Mengesakan Allah Ta’ala
Dosa Lisan Yang Berkaitan Dengan Orang Lain
Penjelasan Ilmu Yang Bermanfaat

Tulisan tentang “Muslim Produktif Kontributif” ini adalah catatan yang kami tulis dari video kajian Islam yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

Yang akan kita akan bahas pada kesempatan kali ini tiga kata, yaitu: muslim, profesional, kontributif. Maka saya akan tuliskan dan kita akan beranjak dari tiga kata tersebut.

A. Muslim Yang Ideal Memperhatikan Semua Hak

Tentunya idealnya seorang muslim seperti itu. Dia adalah seorang muslim yang profesional dalam pekerjaannya dan juga memiliki kontribusi yang banyak buat bangsa dan negara, terutama buat kaum muslimin. Yang perlu saya ingatkan di awal bahwasanya seorang muslim diliputi oleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Dengan kata lain bahwa kewajiban-kewajiban ini adalah hak orang lain yang ada padanya.

Islam mengajarkan kita untuk memperhatikan hak Allah dan juga hak manusia. Salah kalau kita menyangkan Islam hanya mengatur hubungan kita dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Islam adalah syamil (komprehensif dan lengkap), mencakup semua hubungan antara seorang hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga seorang hamba dengan orang-orang di sekitarnya, baik dengan istrinya, baik dengan suaminya, baik dengan anak-anaknya, baik dengan pembantunya, baik dengan pegawainya, baik dengan bosnya, dengan customer, dengan konsumen, semuanya diatur oleh Islam.

Karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana perkataan Salman Al-Farisi yang dibenarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika Salman bertemu dengan Abu Darda yang Abu Darda sibuk beribadah. Sampai-sampai saking lezatnya dia beribadah, dia selalu puasa, selalu shalat malam, sehingga istrinya kurang dia perhatikan.

Ketika Salman datang ke rumah Abu Darda, dia melihat istrinya dalam kondisi pakaiannya lusuh. Maka dia berkata: “Ada apa dengan engkau wahai Ummu Darda?” Maka istrinya Abu Darda menjawab dengan jawaban isyarat:

أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِي الدُّنْيَا

“Saudaramu Abu Darda tidak butuh dengan dunia.” Untuk apa saya berhias sementara dia tidak butuh dengan dunia?

Kenapa Abu Darda dikatakan oleh istrinya “tidak butuh dengan dunia”? Yaitu karena dia sedang berlezat-lezat beribadah. Akhirnya Salman melihat ada rumah masalah dalam rumah tangga mereka. Salman tunggu, akhirnya datanglah Abu Darda, ketika dihidangkan makanan, Salman mengatakan: “Saya tidak mau makan sampai engkau buka puasa.” Akhirnya Abu Darda dipaksa buka puasa oleh Salman, maka mereka pun makan bersama.

Setelah itu Salman tidak pulang, dia tidur malam di situ, ternyata baru awal malam, Abu Darda sudah ingin shalat malam, kata Salman: “Belum, sekarang tidur dulu.” Ketika tengah malam Abu Darda ingin shalat malam lagi, kata Salman: “Belum.” Lalu ketika dipenghujung malam baru Abu Darda dibangunkan oleh Salman kemudian mereka shalat bersama.

Setelah itu Salman mengucapkan kata-katanya yang indah yang dibenarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kata Salman:

إنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، ولِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، ولأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ

“Sesungguhnya Allah punya hak (shalat lima waktu, puasa dan seterusnya), jasadmu juga punya hak (untuk istirahat, jangan puasa terus, jangan shalat malam dari awal malam sampai terakhir), tamumu juga punya hak, istrimu dan anak-anakmu punya hak, maka berilah masing-masing haknya.”

Ketika mendengar nasihat dari Salman, amak Abu Darda pergi kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan apa yang disampaikan Salman kepanya. Nabi berkata:

صَدَقَ سَلْمَانُ

“Salman benar.”

Jadi ini perkataan Salman tapi dibenarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka dia seperti hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang kita ingin perhatikan bahwa Islam ternyata tidak hanya memperhatikan hubungan seseorang dengan Tuhan, bahkan di sekeliling seorang muslim ada banyak hak-hak. Kalau dia berlebihan dalam satu hak, maka hak yang lain akan menjadi tumbal.

Seorang kalau berlebihan dalam ibadah tertentu yang akhirnya menumbalkan kewajiban dia terhadap keluarganya, maka tidak boleh. Dia tidak boleh beribadah dengan hawa nafsunya, dia harus beribadah dengan aturan, jangan seseorang lezat shalat malam terus sehingga istrinya tidak pernah dia perhatikan, jangan seseorang lezat di masjid membaca Al-Qur’an terus akhirnya anak-anaknya tidak dia urus.

Kalau dia punya istri, punya anak, punya orang tua, punya kakak, punya adik, punya tetangga, punya pegawai , punya bos, maka berkumpul di sekeliling dia banyak hak.

Dari sini kita tahu bahwasannya Islam menyuruh seseorang untuk bekerja karena banyak hak-hak yang harus dia tunaikan.

B. Al-Qur’an dan Hadits Mengisyaratkan Seseorang Untuk Bekerja

Baca di sini: Al-Qur’an dan Hadits Mengisyaratkan Seseorang Untuk Bekerja

Video Kajian Muslim Produktif Kontributif

Sumber Video: Muslim Produktif Kontributif – Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.

Mari turut menyebarkan kajian “Muslim Produktif Kontributif” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: