Mutiara Hikmah : Bagaimana Ilmu Mengangkat Derajat Manusia

Mutiara Hikmah : Bagaimana Ilmu Mengangkat Derajat Manusia

Menjaga Penampilan Ketika Menghadiri Majelis Ilmu
Ikatlah Ilmu dengan Tulisan
Belajar Adab dan Akhlak Islami dari Ulama Salaf

Berikut ini ceramah singkat “Bagaimana Ilmu Mengangkat Derajat Manusia” yang disampaikan Ustadz Abu Qatadah Hafidzahullahu Ta’ala.

Mutiara Hikmah : Bagaimana Ilmu Mengangkat Derajat Manusia

 

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” QS. Al Mujadalah [58] : 11

Kita lihat satu gelas air ini, manusia akan dibedakan derajatnya hanya dengan satu gelas air ini. Bagaimana? Orang yang mempunyai ilmu, ia akan mengambil gelas tersebut dengan tangan kanannya. Maka ia mendapatkan satu pahala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

اذا أكل أحدكم فليأكل بيمينه…

“Jika salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya…” HR. Muslim

Lalu ketika akan meneguknya, ia membaca basmalah. Maka ia mendapatkan dua pahala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

يا غلام سمّ اللهَ وكل بيمينك

“Wahai anak muda, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu.” HR. Bukhari 5376 dan Muslim 2022

Kemudian ketika ia akan meminumnya, ia tidak meniupnya meskipun airnya panas. Maka ia mendapatkan tiga pahala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

اذا شرب أحدكم فلا يتنفّس في الاناء

“Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas.” HR. Bukhari 153

Karena hal tersebut pun memang bertentangan dengan kesehatan.

Kemudian disunnahkan meneguknya tiga kali walaupun boleh satu kali. Akan tetapi adabnya adalah tiga kali. Maka ia mendapatkan empat pahala.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, beliau menceritakan,

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يتنفّس في الشراب ثلاثا

“Biasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bernafas tiga kali ketika minum.” HR. Muslim 2028

Dan apabila ia telah meminumnya lalu ia mengucapkan alhamdulillah, maka ia mendapatkan lima pahala.

Sekarang kebanyakan orang minum dengan tangan kiri, tidak mengucapkan basmalah, dan tidak ada mengikuti satu pun tuntunan Islam, maka mereka tidak ada derajatnya dengan satu gelas air.

Akan tetapi orang yang berilmu, berkumpul beberapa derajat dengan satu gelas ini. Kita lihat sekarang toilet pada zaman ini. Orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu akan berbeda derajatnya. Orang yang berilmu, masuk ke dalam toilet dengan mendahulukan kaki kiri, ia mendapatkan satu pahala.

Ketika akan masuk, ia membaca :

بِسْمِ اللهِ, اللهُمَّ انِّي أَعُوذُبِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالخَبَائِثِ

“Dengan menyebut nama Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Allah dari jin laki-laki dan perempuan.”  HR. Bukhari dan Muslim 357

Maka ia pun mendapatkan dua pahala.

Ketika ia buang hajat, ia tidak menghadap kiblat maupun membelakanginya, maka ia mendapatkan tiga pahala. Ketika ia qodhoul hajat (قضاء الحاجة), dia tidak memegang buah zakarnya dengan tangan kanan, melainkan dengan tangan kiri, maka ia mendapatkan empat pahala. Ketika dia membersihkannya dengan tangan kiri, maka ia mendapatkan lima pahala. Ketika dia keluar dari toilet, dia mengatakan غُفْرَانَكَ,  maka ia mendapatkan enam pahala.

Lihatlah, baru di toilet saja ia mendapatkan enam pahala kalau menjaga sunnahnya qodhoul hajat (buang air). Akan tetapi jika orang yang qodhoul hajat tidak beradab dan tidak mengikuti tuntunan sunnah, tidak mengikuti tuntunan Islam, maka ia tidak akan mendapatkan pahala.

Sekarang kita mau apa? Ingin jima’ misalnya. Orang berjima’ dengan ilmu dan orang berjima’ tidak dengan ilmu, akan berbeda akhirnya. Dan akan berbeda pengaruh keturunannya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

لو أنّ أحدكم اذا أراد أن يأتي أهله فقال بِسْمِ اللهِ, اللهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا, فانه ان يقدر بينهما ولد في ذلك لم يضرّه شيطان أبدا

“Jika salah seorang dari kalian (para suami) ingin mendatangi istrinya, lalu ia membaca doa : [Bismillahi Allahumma jannibnaasy syaithaana wa jannibisy syaithaana maa razaqtanaa], “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya.” HR. Bukhari 6388 dan Muslim 1434

Jadi lebih steril anaknya, lebih terjaga dari penyimpangan serta dari guna-guna syaithan, dan sebagainya apabila anak itu lahir diawali dengan doa. Berbeda dengan orang yang berjima’ dengan tanpa doa.

Inilah makna dari ayat :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” QS. Al Mujadalah [58] : 11

Dan ini adalah ilmu.

Wallahu a’lam.

Video Materi Ceramah Tentang Bagaimana Ilmu Mengangkat Derajat Manusia

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Bagaimana Ilmu Mengangkat Derajat Manusia” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: