Nasihat Imam Asy-Syafi’i Tentang Beriman Kepada Apa Yang Dikehendaki Oleh Allah

Nasihat Imam Asy-Syafi’i Tentang Beriman Kepada Apa Yang Dikehendaki Oleh Allah

Mempelajari Amalan Hati – Part 1
Sabar Hanya Berlaku Di Dunia, Tapi Tidak di Neraka
Ceramah Singkat: Makna Ibadah Yang Sesungguhnya

Kultum Singkat Tentang Nasihat Imam Asy-Syafi’i Tentang Beriman Kepada Apa Yang Dikehendaki Oleh Allah ini adalah catatan yang kami tulis dari video ceramah singkat Ustadz Mubarak Bamualim, Lc. M.Hi. (semoga Allah menjaga beliau).

Transkrip Kultum Singkat Tentang Nasihat Imam Asy-Syafi’i Tentang Beriman Kepada Apa Yang Dikehendaki Oleh Allah

Kaum muslimin dan kaum muslimat rahimakumullah..

Kita hidup di dunia ini hanya sekali, maka marilah kita hidup dengan penuh arti, terutama didalam memahami agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mari kita jadikan pemahaman para Salaf, pendahulu kita yang shalih sebagai pegangan. Karena mereka adalah orang-orang yang ketika turunnya Al-Qur’anul Karim, ketika diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka hidup bersama beliau, mereka mengetahui tentang sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an atau sebab-sebab keluarnya hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang mana dengan pemahaman mereka yang diikuti oleh para Tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, telah mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Satu kalimat dan pembicaraan yang diungkapkan oleh Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Qurasyi Rahimahullahu Ta’ala hendaklah kita jadikan sebagai salah satu pegangan kita dalam kehidupan ini di dalam memahami agama Allah. Dan kepada siapa saja yang mendakwahkan atau menyatakan bahwa mereka adalah pengikut Imam Asy-Syafi’i, dengarkanlah dan camkanlah apa yang diucapkan oleh beliau, sebuah kalimat yang pantas dan patut kita menulisnya dengan tinta emas dan menjadi pegangan bagi kita. Kata beliau Rahimahullahu Ta’ala:

آمنت بالله وبما جاء عن الله على مراد الله . وآمنت برسول الله وبما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله

“Aku beriman kepada Allah dan kepada apa yang datangnya dari Allah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Dan aku beriman kepada Rasulullah dan apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dipahami, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah.”

Beliau mengucapkan kalimat ini seakan-akan beliau mengajarkan kepada orang-orang yang mengikuti atau yang mendakwakan bahwa mereka sebagai pengikut beliau. Bahwa didalam memahami agama Allah, beliau tidak memahami agama Allah dengan hawa nafsunya, beliau tidak memahami agama Allah dengan kehendaknya, tetapi lebih dari itu beliau mengajak umat ini dan orang-orang yang telah mengatakan bahwa mereka adalah pengikut beliau agar mereka didalam mehamai agama Allah hendaknya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah. Karena sumber agama ini dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka apa yang dikehendaki oleh Allah dalam agamaNya, itulah hendaknya menjadi pedoman kita didalam memahami agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjadi pedoman kita dalam memahami agama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena yang namanya pemahaman manusia tentunya berbeda-beda, maka pemahaman yang benar adalah tatkala seseorang didalam memahami agama Allah ini sesuai dengan pedoman/petunjuk Allah dan RasulNya, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Betapa banyak orang-orang yang telah menyimpang dari jalan Allah dan jalan RasulNya? Salah satu sebab utamanya adalah dalam memahami agama Allah mereka menggunakan hawa nafsu mereka, mereka menggunakan akal pikiran mereka yang murni tanpa merujuk dan kembali kepada pemahaman yang benar dan yang dipahami oleh para sahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka. Maka kemudian muncullah kelompok-kelompok yang jauh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh Allah dan RasulNya, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka hendaknya kita menjadikan pedoman kita di dalam memahami agama Allah ini; dalam aqidah ataupun dalam ibadah dan dalam bermuamalah, dalam akhlak, dalam suluk, kita menjadikan rujukan adalah kepada para ulama Salaf (pendahulu kita yang shalih), para Salafus Shalih dari kalangan ulama-ulama Salaf, sahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, itulah jalan yang selamat. Karena Allah telah memberikan jaminan bahwa Allah ridha kepada mereka sebagaimana yang termaktub dalam surat At-Taubah ayat yang ke-100:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ…

Dan orang-orang terdahulu yang pertama-tama mereka memeluk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah telah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah…” (QS. At-Taubah[9]: 100)

Lihat juga: Menapaki Jejak Manhaj Aqidah Imam Asy-Syafi’i

Jika kita ingin mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka marilah kita mengikuti jejak orang-orang yang telah mendapatkan keridhaan Allah, yaitu para sahabat Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Semoga dengan mengikuti mereka, kita pun akan mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apa yang diungkapkan oleh Imam Asy-Syafi’i ketika beliau mengatakan: “Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan kehendak Allah dan aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan kehendak Rasulullah”, ini kalimat indah yang mengajarkan kepada kita agar kita pun mengikuti jejak beliau Rahimahullahu Ta’ala.

Marilah kita memahami agama Allah sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, sesuai dengan apa yang Allah maui, jangan kita benturkan dengan akal pikiran kita, apalagi dengan mengikuti hawa nafsu kita, lalu kita mentakwilkan ayat Allah, kita mentakwilkan hadits-hadits sesuai dengan kehendak kita, sesuai dengan hawa nafsu kita atau dengan akal pikiran kita yang dangkal. Karena ini merupakan sebuah penyimpangan yang dikhawatirkan kita akan berpisah dengan para Salaf karena kita keliru dalam memahami agama Allah dan agama RasulNya, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka saya secara pribadi selalu meminta kepada Allah ta’ala agar Allah menetapkan pendirian-pendirian kita, agar Allah pada kita ilmu yang bermanfaat, dan amal yang sholeh didalam memahami dan mengamalkan agama Allah ini agar sesuai dengan apa yang dijalani oleh orang-orang yang terdahulu.

Demikian pula kami selalu berdoa mohon pada Allah ta’ala dengan mengatakan bahwasanya Ya Allah, aku beriman kepada engkau dan apa-apa yang engkau wajibkan aku untuk mengimaninya, sebagaimana yang diimani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan aku kufur kepada apa yang engkau wajibkan aku untuk mengkufurinya, sebagaimana yang dikufuri pula oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dengan demikian mudah-mudahan ada hal-hal yang kita tidak mengetahui yang merupakan kewajiban kita baik dalam aqidah ataupun dalam ibadah ataupun dalam hal yang lainnya. Semoga dengan demikian kita telah menyatakan bahwa kita beriman kepada apa yang Allah wajibkan kita untuk mengimaninya dan diwajibkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dan dengan demikian pula kita telah kufur kepada apa yang diwajibkan oleh Allah dan RasulNya untuk kita mengkufurinya baik kita ketahui ataupun kita tidak mengetahuinya.

Semoga apa yang disampaikan bermanfaat, semoga Allah memberikan ketetapan hati dan iman kita agar kita tetap berada di atas jalan yang benar, di atas tuntunan Allah dan RasulNya, sesuai dengan apa yang dipahami oleh para pendahulu kita (para Salaf) dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Video Kultum Singkat Tentang Nasihat Imam Asy-Syafi’i Tentang Beriman Kepada Apa Yang Dikehendaki Oleh Allah

Sumber video: Yufid TV – Kata-kata Hikmah: Nasehat Emas Imam Asy-Syafi’i – Ustadz Mubarak Bamualim, Lc. M.Hi.

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang nasihat Imam Syafi’i ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0