Perbedaan Fakir dan Miskin Serta Keutamaan Orang Miskin Yang Sabar

Perbedaan Fakir dan Miskin Serta Keutamaan Orang Miskin Yang Sabar

Kultum Singkat Tentang Shalat Berjama’ah
Sikap Ahlussunah Menghadapi Pemimpin Yang Zalim
Janji Allah Ketika Seorang Hamba Bertakwa

Kultum Tentang Perbedaan Fakir dan Miskin Serta Keutamaan Orang Miskin Yang Sabar ini adalah catatan yang kami tulis dari ceramah singkat guru kami, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (semoga Allah menjaga beliau).

Perbedaan Fakir dan Miskin Serta Keutamaan Orang Miskin Yang Sabar

إِنَّ الْـحَمْدَ لِلهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَـعِيْنُهُ وَنَسْتَغْـفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّـئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِاللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْلَاإِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَـهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُـهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Kepada kaum muslimin dan muslimat yang mudah-mudahan dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang Allah karuniakan kepada kita; nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat sehat, nikmat ‘afiyah. Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat, meskipun kita nggak punya apa-apa, meskipun kita fakir, meskipun kita miskin, tapi masih ada iman dalam hati kita, kita tetap dalam agama Islam, kita melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah, menjauhkan perbuatan dosa dan maksiat, kita masih membaca Al-Qur’an, memahaminya, mentadabburinya dan yang lainnya, ini nikmat yang besar yang wajib kita syukuri.

Ikhwani fiddin a’azzakumullah..

Kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat yang mudah-mudahan dirahmati oleh Allah, sebagaimana yang sudah kita ketahui dengan kondisi yang ada sekarang ini, banyak orang-orang yang di PHK, ada yang tidak kerja lagi, ada yang kemudian dia tidak dagang. Sehingga yang tadinya dia punya maisyah (penghasilan) kemudian tidak punya penghasilan, menjadi orang yang fakir, menjadi orang yang miskin.

Yang Allah takdirkan kepada kita, itu yang terbaik

Kondisi yang kita alami sekarang ini, kita harus memulangkan semuanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang Allah kehendaki, apa yang Allah takdirkan kepada kita, itu yang terbaik buat kita. Yang harus kita ingat bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala:

أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Dzat yang Maha Pengasih dari semua yang pengasih.”

Bukan hanya kita yang miskin

Allah sayang kepada kita. Tapi harus kita ingat bahwa kondisi seperti ini bukan hanya kita. Kalau kita lihat keadaan manusia di muka bumi ini, seluruhnya yang terbanyak itu mesti orang miskin, bukan orang kaya. Dari zaman para Nabi, para Rasul dan dari zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Para sahabat, generasi yang terbaik dari umat ini, yang belum pernah ada sebelumnya dan tidak pernah akan ada lagi sesudahnya. Generasi terbaik dari umat ini, yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah, yang melaksanakan agama ini. Mereka umumnya fakir, mereka umumnya miskin. Ada di antara sahabat yang kaya, tapi kondisi mereka banyak yang fakir, banyak yang miskin. Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an dan juga hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Makanya daam (kondisi) seperti ini, kita harus melihat bahwa kita sebagai seorang yang fakir, miskin, Allah sudah takdirkan. Meskipun kita wajib untuk berusaha, tapi kondisi yang ada sekarang ini kondisinya di rumah saja. Nanti setelah ini kita harus berjuang lagi untuk mencari maisyah, mencari nafkah. Dalam keadaan yang seperti ini kita sabar. Ini keutamaan orang yang miskin dan sabar. Banyak keutamaannya.

Apakah orang kaya itu diutamakan oleh Allah?

Ada orang yang mengatakan bahwa orang kaya itu diutamakan oleh Allah, orang miskin dihinakan oleh Allah. Ini tidak benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam surah Al-Fajr di ayat 15 sampai ayat 17 Allah berfirman:

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ﴿١٥﴾ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ﴿١٦﴾ كَلَّا ۖ بَل لَّا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ ﴿١٧﴾

Maka adapun manusia, apabila Rabbnya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, ’Rabbku telah memuliakan aku.’ Namun apabila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, ’Rabbku telah menghinakan aku. Sekali-kali tidak!…’” (QS. Al-Fajr[89]: 15-17)

Allah mengatakan di ayat 17-nya:

كَلَّ

Sebenarnya tidak demikian.”

Yang benar, bahwa kemuliaan seorang hamba yang sesungguhnya yaitu dengan dia beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan mentauhidkan Allah dan taat kepadaNya. Dan sebaliknya, kehinaan yang sebenarnya yaitu jika seorang hamba tidak beribadah kepada Allah, tidak taat kepada Allah, serta dia banyak berbuat dosa dan maksiat. Itu adalah orang yang hina.

Jadi kekayaan maupun kemiskinan sama-sama ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah sedang menguji manusia.

Mana yang paling utama?

Tentang orang kaya dan orang miskin, yang mana yang paling utama? Yang paling utama dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagaimana ditanyakan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim, yang mana yang paling utama antara orang kaya atau orang miskin? Dijelaskan oleh Syaikhul Islam Rahimahullah: “Yang paling takwa kepada Allah” dari keduanya.

Artinya orang kaya yang dia takwa kepada Allah, melaksanakan perintah Allah, menjauhkan laranganNya, itu dia sangat mulia. Atau orang miskin yang dia bertakwa kepada Allah, yang dia melaksanakan perintah Allah, menjauhi laranganNya. Jelas ini yang paling mulia dari keduanya. Apakah dia kaya atau miskin, yang paling mulia adalah yang paling takwa dari keduanya. Disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya Madaarijus Saalikiin (II/461).

Jadi penjelasan Syaikhul Islam ini menjelaskan bahwa manusia itu yang paling mulia adalah yang takwa. Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam surah Al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿١٣﴾

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui dan Allah Maha Teliti.” (Al-Hujuraat[49]: 13)

Ikhwani fiddin a’azzakumullah..

Ada perubahan

Keadaan manusia tidak selamanya tetap, mesti ada perubahan. Terkadang ada orang yang dia miskin, kemudian dia berjuang, dia berusaha dan dia gantungkan hidupnya hanya kepada Allah, dia tawakal, kemudian diberikan kekayaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ada juga orang-orang yang tadinya kaya raya, kemudian dia lengser dari jabatannya atau bangkrut perusahaannya atau juga dia rugi usaha dagangnya kemudian menjadi orang miskin. Dan ini juga banyak terjadi.

Maka dalam hidup ini ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang susah, ada yang senang, terkadang juga menang, kalah. Allah sebutkan dalam surah Ali-Imran:

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

Dan hari-hari itu Kami putarkan di antara manusia agar mereka mendapatkan pelajaran.” (QS. Ali-Imran[3]: 140)

Perbedaan Antara Fakir dan Miskin

Berputar hari ini, nggak selamanya orang itu susah terus, tidak. Tapi ketika kita ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi orang yang miskin, kita harus sabar. Dan orang miskin disebutkan oleh para ulama yaitu orang yang hidupnya tidak berkecukupan. Fakir artinya orang yang membutuhkan, sedangkan miskin adalah orang yang hina dan orang yang lemah. (Dalam kitab Ahkaamul Faqiirwal Miskiin hlm. 31 oleh DR. Muhammad ‘Umar Salim Bazmul.)

Kalau Ibnu Hazm Rahimahullah mengatakan bahwa definisi fakir adalah yang tidak mempunyai sesuatu sama sekali, sedangkan miskin adalah orang-orang yang mempunyai sesuatu tapi tidak mencukupi kebutuhannya. Al-Muhalla (VI/148, masalah no. 720).

Lafadz penamaan fakir dan miskin apabila disebutkan secara mutlak masing-masing, misalnya lafadz fakir, maka masuk di dalamnya miskin. Apabila disebut miskin, maka masuk di dalamnya fakir. Dan apabila disebut secara bersamaan lafazh fakir dan miskin, maka maknanya berbeda. Seperti kalimat Islam dan Iman. Islam dan Iman kalau berpisah maknanya sama, tapi ketika sama-sama disebutkan Islam dan Iman, maka Islam diartikan dengan amal-amal yang dzahir, sedangkan Iman amal-amal yang batin.

Orang yang miskin adalah orang yang hidupnya tidak berkecukupan, tidak punya kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya dan tidak ada yang tahu bahwa dia miskin dan dia tidak meminta-minta kepada manusia. Ini disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لَيْـسَ الْمِسْكِيْنُ بِهٰذَا الطَّوَّافِ الَّذِي يَطُوْفُ عَلَى النَّاسِ، فَتَـرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ. قَالُـوْا : فَمَا الْمِسْكِيْنُ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِيْ لَا يَـجِدُ غِنًى يُغْنِيْهِ وَلَا يُفْطَنُ لَهُ فَيُتَصَدَّقُ عَلَيْهِ، وَلَا يَسْأَلُ النَّاسَ شَيْئًا.

“Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling minta-minta kepada orang lain agar diberikan sesuap dan dua suap makanan dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in bertanya, “Ya Rasulullah, (kalau begitu) siapa yang dimaksud dengan orang miskin?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang yang hidupnya tidak berkecukupan, dan tidak ada yang menyadari (kemiskinannya) sehingga tidak ada yang memberinya sedekah (zakat), dan mereka tidak mau minta-minta sesuatu pun kepada orang lain.” (Hadits shahih diriwayatkan Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan yang lainnya dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu)

Utamakan orang miskin dan fakir yang tidak meminta-minta

Orang miskin dan fakir yang tidak minta-minta kepada manusia lebih diutamakan untuk kita berikan zakat atau sedekah. Seperti yang Allah sebutkan di dalam surah Al-Baqarah ayat 273, Allah berfirman:

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّـهَ بِهِ عَلِيمٌ ﴿٢٧٣﴾

(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha di muka bumi ini; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-ciri mereka, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah[2]: 273)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah berkata tentang tafsir ayat ini. “Maksudnya, sudah selayaknya kalian mencari fakir miskin untuk kalian berikan sedekah kepadanya, mereka adalah orang-orang yang terhalang dirinya dari melakukan jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan senantiasa taat kepada Allah, dan mereka tidak memiliki (jalan untuk mewujudkan) kehendak mencari nafkah, atau malah mereka tidak memiliki kemampuan untuk bekerja, sedang mereka menahan/menjaga diri dari meminta-minta, yang bila mereka dilihat oleh orang-orang bodoh, maka pastilah mereka akan menduga (menyangka) bahwa mereka orang kaya, karena mereka tidak minta-minta secara umum, dan bila mereka harus meminta, mereka meminta karena sangat terpaksa, mereka tidak memaksa dalam memintanya. Inilah golongan dari fakir miskin yang lebih afdhal (utama) kalian memberikan infak untuk memenuhi kebutuhan mereka, membantu mereka kepada maksud dan tujuan mereka dan kepada jalan kebaikan, dan sebagai rasa terima kasih kepada mereka atas sifat sabar yang mereka miliki, serta (kuatnya) harapan mereka hanya kepada Allah Maha Pencipta, bukan kepada makhluk. Walaupun demikian, berinfak dalam segala jalan kebaikan dan menutupi semua kebutuhan di mana saja, maka semua itu adalah kebaikan, dan pahala serta ganjarannya ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Taisiirul Kariimir Rahmaanfii Tafsiiri Kalaamil Mannaan hlm. 118)

Mudah-mudahan yang sedikit ini bermanfaat untuk saya dan pemirsa sekalian..

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Video Penjelasan Perbedaan Fakir dan Miskin Serta Keutamaan Orang Miskin Yang Sabar

Sumber Video Penjelasan Perbedaan Fakir dan Miskin Serta Keutamaan Orang Miskin Yang Sabar: LIVE di facebook Rodja TV – Keutamaan Orang Miskin Yang Sabar Bag 1

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: