Pidato Tentang Olahraga Gowes Bernilai Ibadah ini disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam Hafidzahullah. Ustadz Badru memang sangat hobi dengan olahraga satu ini. Kita doakan semoaga beliau dan guru-guru kita selalu diberikan kesehatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Navigasi Catatan:
Transkrip Pidato Tentang Olahraga Gowes Bernilai Ibadah
Saudara-saudaraku sekalian, Alhamdulillah pada siang hari ini kita istirahat setelah kita melakukan olahraga, gowes bareng-bareng ya. Dan tentunya kita berharap dengan kita gowes ini niat kita yang pertama adalah untuk menjaga kesehatan kita. Karena olahraga itu badan kita sehat. Dengan badan kita sehat insyaAllah kita pun juga bisa ibadah dengan enak.
Yang kedua, kita berangkat bersama-sama untuk lebih mempererat ukhuwah islamiyah. Ada sebuah faidah yang disebutkan oleh Syaikh Utsaimin Rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim ketika membawakan hadits: Ada seorang sahabat berkata kepada sahabat yang lainnya:
الا تخرج لانا الى النخل
“Ayo kita pergi bareng-bareng ke kebun kurma.”
Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah: Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang berteman/berkawan karena Allah, sekali-kali pergi tamasya ke suatu tempat bersama-sama. Karena apa? Karena ini sesuatu yang sangat menguatkan hubungan ukhuwah islamiyah kita. Dengan kita berangkat bersama-sama, olahraga bersama, menikmati keindahan, kita niatkan ini bisa mempererat dan memperkuat ukhuwah islamiyah kita, persaudaraan Islam kita. Sehingga kita semakin saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini tentu yang kita harapkan dari gowes bersama ini, sehingga gowes kita pun selain sehat insyaAllah juga insyaAllah memberikan pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan niat-niat kita.
Saudaraku sekalian, ada sebuah pelajaran penting yang ingin saya sampaikan di sini. Kita terkadang untuk mencapai sesuatu kenikmatan dunia, kita terkadang harus dan bersedia untuk capek. Tadi kita bagaimana melewati tanjakan andalus yang begitu panjang berkelok-kelok dan melelahkan sekali. Tapi Subhanallah, diantara Antum ada yang enjoy-enjoy aja. Di antaranya juga ada yang merasa capek banget. Di antaranya juga ada yang biasa-biasa juga.
Kenapa? Karena hati orang ketika melakukan itu pasti berbeda-beda. Ada yang dia menikmati. Karena dia menikmati akhirnya enjoy. Capek pun jadi tidak terasa. Walaupun capek tapi dia merasa nikmat karenanya. Ada juga yang dia merasa berat banget. Kenapa? Karena nggak biasa. Sudah tidak biasa, ditambah dia tidak merasa enjoy padanya. Akhirnya dia menganggap ini sesuatu yang berat banget, mendingan saya naik mobil dan yang lainnya.
Ada juga yang biasa-biasa aja, dia tidak merasa enjoy, capek juga dan yang lainnya. Nah, hal seperti ini juga kita rasakan terkadang didalam ibadah kepada Allah. Ada orang yang ketika beribadah dia merasa enjoy. Walaupun ibadahnya panjang -misalnya di bulan puasa- yang begitu sangat berat, tapi dia enjoy. Kenapa? Pertama, dia sudah biasa. Yang kedua dia memang betul-betul merasakan nikmatnya ibadah tersebut. Sehingga akhirnya walaupun berat, walaupun capek, dia merasa nikmat aja. Kenapa? Karena hatinya enjoy, begitu.
Sebaliknya, orang yang menganggap puasa itu berat, sudah gitu dia tidak punya kebiasaan berpuasa. Saya yakin -saudaraku- dia tidak akan pernah bisa merasakan enjoy. Bahkan menganggap bahwa itu sesuatu yang beban, memberatkan dan yang lainnya. Ada juga yang biasa-biasa saja.
Nah, disinilah kita mengambil petikan. Kenapa ketika kita menghadapi sebuah jalan yang terjal dalam menggoes ada yang merasa enjoy? Ternyata karena itu sudah hobi dia. Ada orang hobi banget gowes-gowesan, bahkan terkadang tanjakan yang segitu mungkin kecil bagi dia, dia akan cari tanjakan yang lebih kuat lagi, lebih tinggi lagi, lebih hebat lagi, kenapa? Karena dia merasakan nikmat di situ.
Maka demikian pula kita. Kalau kita beribadah kepada Allah dan kita merasakan enjoy, kita akan merasa kurang. Pengen lagi, pengen lagi, pengen lagi.
Maka dari itu, disinilah rahasia bahwa sebetulnya yang membuat kita betah dengan sesuatu itu karena faktor pertama adalah kebiasaan. Faktor yang kedua adalah kita merasakan nikmat dan menikmati.
Maka dari itulah, coba setiap kita untuk intropeksi diri. Kita shalat selama ini merasa enjoy apa nggak? Ibadah-ibadah yang lainnya enjoy nggak? Alhamdulillah kalau kita ternyata merasa enjoy. Kita pergi ke masjid juga enjoy Alhamdulillah walaupun jarak dari rumah ke Masjid jauh, tapi masyaAllah karena kita menikmati, mengharapkan wajah Allah semata, maka insyaAllah itu menjadi sesuatu yang ringan dalam kehidupan kita.
Ini saudaraku..
Faidah petikan yang kedua, kita bersedia capek untuk mendapatkan kenikmatan dunia. Berarti kita juga harus bersedia dong capek untuk mendapatkan kenikmatan surga. Untuk masuk surga memang ternyata capek.
Capeknya apa? Mentaati Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena di sana ada perintah, di sana ada larangan. Dan ternyata perintah tidak sesuai dengan hawa nafsu dan selera. Dan larangan ternyata sesuai dengan hawa nafsu dan selera.
Terkadang kita berat untuk melaksanakan ketaatan. Tapi nggak masalah. Orang yang menginginkan kenikmatan surga, capek apapun di dunia dia akan hadapi. Sebagaimana orang yang menginginkan kenikmatan dunia, secapek apapun untuk meraih dunia, dia akan hadapi.
Lihat orang yang menginginkan kedudukan. Terkadang uang dia keluarkan, semuanya dia keluarkan, demi untuk mendapatkan kedudukan. Orang yang ingin mendapatkan uang, banting tulang dia, siang malam cari duit. Bahkan terkadang dia harus sedih, mengorbankan perasaan.
Kalau itu untuk mencari kenikmatan dunia kita berani berkorban. Maka kita pun juga untuk mencari kehidupan akhirat juga kita harus berani berkorban, saudaraku.
Maka saudara-saudaraku sekalian, inilah yang bisa kita petik sedikit dari banyak faidah yang mudah-mudahan tentunya kita selain hanya sebatas tadabbur, memperhatikan, mengambil faidah, memetik banyak sekali faidah-faidah, kita melewati tempat-tempat yang indah, jangan hanya sebatas menikmati keindahan, tapi juga kita ingat siapa yang menciptakan keindahan tersebut. Sehingga pada waktu itu semakin mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bbaik saudaraku sekalian, saya tidak ingin berlama-lama. Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat, kajian ini akan dilanjutkan oleh Babe Supri. Silakan.
Assalamualaikum warahmatullahi barakatuh..
Ustadz, mau nanya. Apakah dalam gowes kali ini ataupun gowes-gowes lainnya, bisakah kita mendapatkan selain kesehatan juga dinilai oleh Allah, ustadz? Terima kasih…
Jawaban: Iya, itu sudah saya sampaikan tadi. Kalau niat kita gowes ini adalah supaya badan kita sehat. Karena kesehatan badan sangat kita butuhkan untuk kenikmatan ibadah. Kalau badan kita sakit-sakitan, ibadah juga kurang terasa nikmat. Tapi kalau badan kita sehat, enak, nikmat, masyaAllah. Dan tidak mungkin kita mendapatkan kesehatan kecuali diantaranya dengan menjaga olahraga kita. Nah, dengan kita niatkan olahraga seperti itu, maka perjalanan kita jadi ibadah. Itu yang kita harapkan kan? Makanya seorang mukmin itu mottonya adalah bagaimana setiap aktivitas dia itu bernilai ibadah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
wallahu a’lam..
Beberapa photo gowes Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Dan silahkan lihat sendiri di instagram beliau: UB_CintaSunnah
Download mp3 Pidato Tentang Olahraga Gowes Bernilai Ibadah
Gowes Bernilai Ibadah?
📚 Kultum Singkat
🔉 Pemateri: Ustadz Abu Yahya Badrusalam
🔗 Link Download: ngaji.id/klik/47
🗃 Ukuran File: 2,9 MB
⌛ Durasi: 10:06
📹 Video: fb.com/UBCintaSunnah/videos/815137772013002/
Mari turut menyebarkan link download kajian Pidato Tentang Olahraga di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Pencarian: Pidato tentang olahraga singkat, pidato tentang olahraga gowes,
Komentar