Pondasi Baiknya Amal

Pondasi Baiknya Amal

Tulisan tentang “Pondasi Baiknya Amal” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafizhahumullahu Ta’ala.

Sebelumnya: Perkara Mutasyabihat

Pondasi Baiknya Amal

Kemudian Syaikh mengatakan, saya nasihatkan kepada setiap muslim, demikian juga kepada kepala keluarga untuk menyempatkan waktu membaca kitab Al Kabair. Untuk mengenal apa saja perkara-perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan. Kitab Al Kabair yang artinya dosa-dosa besar. Sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Al-Imam Adz Dzahabi, salah seorang ulama besar. Beliau menulis dan mengumpulkan di dalam buku ini, dosa-dosa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan.

Maka seorang suami hendaknya membaca buku ini. Bacakan kepada istri dan anak-anaknya agar mereka tahu mana perkara-perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan. Agar mereka tidak terjerumus ke dalam perkara-perkara yang haram tersebut. Dan agar mereka mengetahui apa uqubah (hukuman) yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala siapkan bagi orang-orang yang terjerumus di dalam dosa-dosa besar tersebut.

Kitab ini kitab yang sangat bagus yang para ulama nasihatkan agar kita membacanya. Karena Imam Adz-Dzahabi, penulis kitab ini, telah mengumpulkan nash-nash (dalil-dalil) yang sangat banyak yang menunjukkan akan dosa-dosa besar, dan menunjukkan akan hukuman telah Allah Subhanahu wa Ta’ala sediakan bagi para pelaku yang terjerumus dalam dosa-dosa besar tersebut.

Dan Syaikh tadi bertanya, apakah buku ini telah diterjemahkan atau tidak, saya rasa sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Syaikh mengharapkan agar para pendengar sekalian saling bantu-membantu/ tolong-menolong untuk bisa menyempatkan diri mereka untuk membaca kitab Al Kabair tentang dosa-dosa besar ini.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menutup hadits ini dengan menjelaskan asas/ pondasi dari baiknya amal. Baiknya amalan-amalan itu dibangun di atas sebuah pondasi, yaitu dengan memperbaiki hati atau jantung. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ”.

“Ketahuilah bahwasanya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika segumpal daging tersebut baik, maka baik pula seluruh tubuh. Dan jika rusak segumpal daging tersebut, maka akan rusak seluruh tubuh. Ketahuilah bahwasanya segumpal daging tersebut adalah jantung”

Hati Mempengaruhi Amalan

Dalam hadits yang sangat agung ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi isyarat/ petunjuk bahwasanya kebaikan/ bagusnya gerakan-gerakan tubuh/ amalan seorang hamba yang zhahir itu berdasarkan pada kebaikan gerakan hatinya dan batinnya.

Jika ternyata jantungnya atau hatinya itu baik, di dalam hatinya tidak ada kecuali rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, rasa cinta terhadap apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala cintai, rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta takut kepada perkara-perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala benci dan haramkan, maka gerakan tubuhnya/ amalannya yang zhahir juga akan baik. Karena hatinya baik, dia takut terjerumus dalam perkara yang haram.

Berbeda sebaliknya jika ternyata dalam hatinya itu ada kerusakan. Dia senang kepada hawa nafsu, senang untuk mengikuti syahwatnya, mengedepankan keinginan syahwatnya, maka akan rusaklah amalan-amalan zhahir dari tubuhnya.

Dari sini kita ketahui bahwasanya hati itu adalah raja/ pemimpin. Adapun anggota tubuh yang lain semuanya merupakan anak buah/ pasukannya. Dan semua anggota tubuhnya itu tidak ada yang menyelisihi hati. Kalau hatinya rusak, maka semua amalannya juga akan rusak.

Sebagian orang, mereka membohongi diri mereka sendiri dan juga membohongi orang banyak/ orang lain. Sebagian orang mengatakan ‘Hati saya bersih, suci.’ Sementara dia terjerumus ke dalam kemaksiatan. Demikian juga terjerumus dalam perbuatan zalim kepada orang lain. Mengganggu orang lain. Dia tenggelam dalam kemaksiatan dan dia mengatakan ‘Hati saya baik dan bersih.’ Ini merupakan kedustaan. Karena kalau hati seseorang bersih, otomatis anggota tubuhnya juga akan menimbulkan amalan-amalan yang suci/ baik. Namun kalau hatinya rusak, maka amalan-amalannya juga akan rusak. Jika ternyata dia terjerumus dalam kemaksiatan atau menzalimi orang lain, tentunya ini menunjukkan bahwa hatinya tidak beres, tidak suci sebagaimana yang dia aku-akui.

Doa Untuk Membersihkan Hati

Kemudian kita akhiri pengajian kita kali ini dengan menyebutkan beberapa doa-doa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan dalam rangka untuk membersihkan hati-hati kita. Karena sangat penting kita memperhatikan kebersihan hati, agar amalan kita menjadi bersih. Di antaranya hadits riwayat Al-Imam Bukhari dan Muslim di mana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdoa;

اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي فِي قَلْبِي نُورًا

“Ya Allah jadikanlah hatiku bercahaya.”

Dan dalam Shahih Muslim Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa;

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ

“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari hati yang tidak khusyuk.”

Dalam shahihain juga riwayat Al Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdoa;

اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَاىَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ

“Ya Allah bersihkanlah hatiku dari dosa-dosa sebagaimana pakaian yang putih dibersihkan dari kotoran.”

Dalam Shahih Muslim Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdoa;

اللهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

“Ya Allah karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau-lah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya.”

Dalam hadits riwayat At Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdoa dengan satu doa yang sangat indah;

يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Dan doa-doa yang berkaitan dengan masalah perbaikan hati sangatlah banyak dan bermacam-macam. Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim benar-benar memperhatikan doa. Berdoa tentang bagaimana bisa membersihkan hatinya. Dia sungguh-sungguh berdoa, minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berharap, merengek-rengek minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membersihkan hatinya.

Kemudian dia juga berusaha untuk membersihkan amalan tubuhnya dari perkara-perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan. Dan berusaha untuk mengamalkan amalan-amalan shalih, membuat amalan-amalan tubuh kita istiqamah berjalan di atas jalan yang telah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jelaskan di atas amalan-amalan yang shalih.

Faedah Hadits

Di antara faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, yaitu hendaknya seorang muslim benar-benar berusaha untuk belajar ilmu agama. Jangan dia cuek saja, tidak peduli dengan apa yang dia makan dan minum, tidak bertanya kepada para ulama/ ahli ilmu tentang apa hukumnya makanan dan minuman ini. Tapi sebaliknya, seorang muslim harus berusaha untuk belajar tentang agamanya. Belajar bagaimana hukumnya.

Oleh karena itu, di antara perkataan salafush shalih, mereka mengatakan, “Di antara fiqih seseorang yaitu bagaimana makanan dan minumannya dan ke mana dia berjalan.” Seseorang yang benar fiqihnya, dia akan memperhatikan bagaimana makanannya. Kalau dia memang paham tentang agama, dia akan memperhatikan bagaimana minumannya, dan dia akan berhati-hati dalam melangkahkan kakinya ke mana dia hendak beranjak/ pergi. Maka dia memperhatikan semua perkara tersebut.

Kita bisa mengetahui fiqih seseorang dari sikap-sikapnya tadi. Kalau ternyata sikapnya tidak beres, minuman yang tidak beres, ke mana saja dia melangkahkan kaki, menunjukkan dia tidak beres dalam fiqih agama.

Dan hendaknya kita melihat bagaimana manhaj yang telah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jelaskan ini telah diterapkan oleh salafush shalih. Sebagaimana yang Al Hasan Al Bashri katakan, beliau adalah salah seorang ulama tabi’in yang sangat terkenal menerapkan manhaj ini, beliau mengatakan,

ﻣﺎ ﺿﺮﺑﺖ ﺑﺒﺼﺮﻱ ﻭﻻ ﻧﻄﻘﺖ ﺑﻠﺴﺎﻧﻲ ﻭﻻ ﺑﻄﺸﺖ ﺑﻴﺪﻱ ﻭﻻ ﻧﻬﻀﺖ ﻋﻠﻰﻗﺪﻣﻲ ﺣﺘﻰ ﺃﻧﻈﺮ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﻋﺔ ﺃﻭ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﺼﻴﺔ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻃﺎﻋﺔ ﺗﻘﺪﻣﺖ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻌﺼﻴﺔ ﺗﺄﺧﺮﺕ

“Tidaklah aku melihat dengan pandanganku, dan tidaklah aku berkata dengan lisanku, dan tidaklah aku memukul dengan tanganku, dan tidaklah aku melangkahkan kakiku, sampai aku lihat apakah aku melakukan hal tersebut karena ketaatan kepada Allah atau karena kemaksiatan. Jika ternyata aku melakukan perkara tersebut dalam ketaatan kepada Allah, maka akan aku lakukan. Dan jika ternyata perkara tersebut berupa kemaksiatan, maka akan aku tinggalkan.”
Demikian saja pengajian kita hari ini. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memaafkan kita semua. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi petunjuk kepada kita jalan yang benar dan lurus. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita menempuh jalan yang lurus tersebut. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memaafkan kedua orang tua kita dan juga memaafkan kaum muslimin, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia.

Wallahu Ta’ala a’lam bishshawab.

MP3 Kajian Pondasi Baiknya Amal

 

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Pondasi Baiknya Amal” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: