Tulisan tentang “10 Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Orang Tuanya ” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi Lc. Hafizhahullahu Ta’ala.
Navigasi Catatan:
HAK-HAK ANAK YANG WAJIB DITUNAIKAN OLEH ORANG TUANYA (حقوق الأبناء على الآباء)
Pada pertemuan ini insyaAllah kita akan membahas apa saja hak-hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا
“Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tuanya…” (QS. Al-Ahqaf[46]: 15)
Allah yang berfirman dengan ayat yang mulia ini pun mewasiatkan kepada para orang tua untuk berlaku baik kepada anak-anaknya. Di antaranya Allah berfirman:
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berwasiat kepada kalian tentang anak-anak kalian…” (QS. An-Nisa[4]: 11)
Kemudian dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ
“Jangan bunuh anak-anak kalian…” (QS. Al-Isra'[17]: 31)
Anak-anak disebut karena anak-anak punya hak yang wajib ditunaikan oleh orang-orang tuanya. Oleh karena itu perlu diperhatikan, sebelum menyesal.
Anak adalah anugerah
Anak adalah anugerah yang Allah anugerahkan kepada kedua orang tua. Merupakan nikmat yang besar yang kenikmatan ini akan langgeng dengan syukur dan akan binasa apabila dikufuri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an tentang masalah ini dalam surat An-Nahl ayat 72.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُم مِّنْ أَزْوَاجِكُم بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan bagi kalianistri-istri dari jenis kalian, dan Allah menjadikan dari istri-istri kalian anak-anak dan cucu-cucu, kemudian Allah memberi rezeki kepada kalian dari hal-hal yang baik. Apakah mereka beriman kepada hal yang batil sedangkan mereka itu kafir dengan nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala Allah?” (QS. An-Nahl[16]: 72)
Anak merupakan amanah dari Allah yang apabila orang tua melalaikannya maka akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian kelak pada hari kiamat kalian semua akan ditanya tentang nikmat Allah.” (QS. At-Takatsur[102]: 8)
Dalam hadits yang shahih, Rasul yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda:
كلكـم راع وكلكـم مـسئول عـن رعيتـه فالرجـل في بيتـه راع ومسئول عن رعيته
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban dari apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di rumahnya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban dari apa yang dia pimpin.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
والمرأة في بيت زوجها راعية ومسئولة عن رعيتها
“Begitu juga wanita, dia adalah pemimpin di rumah suaminya. Dan dia akan ditanya tentang apa yang dia pimpin.”
Di sana ada hak-hak anak yang harus kita ketahui, semoga kita bisa menunaikannya. Yakni sebelum dan setelah adanya anak.
A. Hak anak sebelum dia lahir
Ada tiga hal yang disebutkan dalam kitab ini, yaitu:
1. Mencari pasangan shalih/shalihah
Wajib bagi siapapun dari kita yang ingin menikah untuk mencari pasangan yang shalih atau shalihah, yang bertakwa, yang kira-kira bisa mendidik anaknya kelak. Karena takwa adalah sesuatu yang mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat[49]: 13)
Bukan yang paling banyak tanahnya, bukan yang paling banyak pengikutnya, bukan yang paling banyak hartanya, tetapi yang paling bertakwa.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
تنكح المرأة لأربع: لمالها، ولحسبها، ولجمالها، ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; bisa jadi karena hartanya, bisa juga karena keturunannya, bisa juga kecantikannya, bisa juga karena agamanya. Cari wanita yang memiliki agama, maka akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang wanita yang shalihah adalah perhiasan yang sangat baik di atas muka bumi ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الدنيا متاع، وخير متاعها المرأة الصالحة
“Dunia itu perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia yang ada adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu setiap kita hendaknya melihat hal ini. Dan siapa yang ingin menikah maka melihat calon pasangannya. Apakah dia shalih/shalihah atau kebalikannya?
2. Membaca doa sebelum berhubungan intim
Setelah menikah, sebelum suami istri bergaul melakukan hubungan intim -kara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits shahih riwayat Bukhari Muslim- hendaknya membaca doa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لو أن أحدكم حين يـأتي أهله قال : بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فـولـد بيـنهـا ولد لم يضره الشيطان أبداً
“Seandainya salah satu di antara kalian ketika mendatangi istrinya dia berkata: “Allahumma jannibnasy syaithana wa jannibnisy syaithanama razaqna” ketika lahir anak maka selamanya setan tidak memudharatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Jauhkan diri kita dari rokok
Seseorang yang merokok, ini sama saja tidak menunaikan hak anak. Seorang yang ingin punya anak hendaknya jauhi hal ini dikarekan alasan:
- Pertama, rokok haram menurut pendapat yang kuat.
- Kedua, rokok mendatangkan mudharat dan bisa membahayakan bagi janin. Oleh karena itu bagi bapak-bapak para orang tua hendaknya hindari hal ini.
B. Hak anak setelah dia lahir
Setelah anak sudah lahir, maka ada tujuh hal dari sekian hak anak yang harus kita perhatikan. Yaitu:
1. Memberi nama dengan nama yang baik
Dalam hadits yang shahih riwayat Al-Imam Bukhari, pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bernama Hazn (حزن), artinya sesuatu yang sulit. Maka Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
بَلْ أنْتَ سَهْلٌ
“Anda namanya Sahl (mudah).” (HR. Bukhari)
Dalam kesempatan yang lain -dalam shahih Muslim- ada seorang wanita mendatangi Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan wanita ini bernama ‘Ashiyah (عاصـيـة), artinya yang susah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengganti dengan nama Jamilah ()
أنتِ جميلـة
“Anda Jamilah (cantik/indah).” (HR. Muslim)
Dari sini kita ketahui bahwa para orang tua hendaknya memberi nama dengan nama yang baik. Yakni seperti nama para Nabi dan Rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam, nama para sahabat Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau Abdullah, Abdurrahman, ini adalah nama yang paling disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu dengan harapan agar anak itu jadi baik.
Maka hendaknya kita semua bertakwa, jangan sampai memberi nama dengan nama-nama yang buruk atau mengambil nama-nama dari orang-orang barat, nama-nama dari pemain bola, pemusik, atau artis.
Jangan berkata “apalah arti sebuah nama”, tidak demikian. Karena nama memiliki arti. Menunjukkan orang yang memberi nama paham agama atau tidak. Dan ada harapan yang baik ketika seorang anak dinamai dengan nama yang baik.
2. Diperintahkan shalat dan tempat tidurnya dipisah
Hendaknya anak-anak kita diperintah untuk melakukan shalat ketika umur tujuh tahun dan dipisah dalam tempat tidur mereka. Rasul yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam dalam hadits Hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, beliau bersabda:
مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukul ketika mereka umur sepuluh tahun kalau tidak mau shalat. Pisah kamar tidur mereka.” (HR. Imam Abu Dawud)
Kita ajarkan anak kecil untuk datang dan cinta ke masjid. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
منْ غدَا إِلَى المَسْجِدِ أَوْ رَاحَ، أعدَّ اللَّهُ لَهُ في الجنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدا أوْ رَاحَ
“Siapa orang yang jalan pulang pergi ke masjid, maka Allah siapkan di surga kelak tempat tinggal…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah pahala besar untuk mereka-mereka yang bersabar, yaitu ketika ada panggilan shalat lima waktu segera datang ke masjid-masjid Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melaksanakan ibadah yang besar, perintah Allah berupa shalat lima waktu. Ini perlu kita ingatkan, terutama dizaman sekarang ini, zaman orang sibuk dengan urusan dunia dan lupa dengan shalat.
Maka berbahagialah orang-orang yang sanggup bersabar dalam melaksanakan ketaatan keapda Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai dia berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan jangan lupa bawa anak-anak agar mencintai masjid. Walaupun anak-anak masih kecil. Yang dilarang adalah mendiamkan anak ketika mereka ribut.
Kita tidak boleh melarang anak-anak. Dan ini adalah kesalahan dari sebagian kaum muslimin, yaitu ketika anak-anak datang ke masjid dilarang karena takut mengganggu. Sehingga anak-anak jauh dari masjid. Ini tidak dibenarkan. Seharusnya ajak anak-anak datang ke masjid lalu diatur agar tidak mengganggu kaum muslimin. Dan yang namanya anak-anak wajar jalan kesana kemari dan ngobrol satu sama lain. Maka kita ajarkan, karena mereka butuh pengajaran.
3. Mengajarkan aqidah dan beramal shalih
Hendaknya orang tua mendidik anak-anak mereka dengan aqidah yang benar dan mengingatkan mereka agar selalu beramal dengan amal shalih. Hal ini agar orang tua dan anak-anak tersebut menjadi manusia-manusia yang selamat dan sukses di akhirat kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا…
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka…” (QS. At-Tahrim[66]: 6)
Kalau kita melihat para Nabi dan Rasul, perhatian mereka terhadap aqidah ini masyaAllah besar sekali. Kita lihat dalam surat Al-Baqarah ayat 132 dan 133, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang wasiat Nabi Ibrahim dan wasiat Nabi Ya’kub. Allah berfirman:
وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Ibrahim berwasiat kepada anak-anaknya, demikian juga Ya’qub: ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untuk kalian. Maka jangan sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan muslim.'” (QS. Al-Baqarah[2]: 132)
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Apakah kalian hadir ketika Nabi Ya’qub itu akan meninggal. Dia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang akan kalian sembah setelah sepeninggalku kelak?’…” (QS. Al-Baqarah[2]: 132)
Lihatlah, orang tua yang baik selalu memperhatikan aqidah anaknya. Subhanallah.. Harus kita perhatikan dan mudah-mudahan kita bisa mengamalkannya. Jangan sampai seperti sebagian dari kita yang mau meninggal malah khawatir tentang dunianya. Padahal dunia sudah ada yang mengaturnya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tentang masalah aqidah ini harus kita perhatikan karena sangat besar. Nabi Ibrahim ‘Alaihish Shalatu was Salam yang merupakan Abul Anbiya pun takut akan kesyirikan dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan seperti sebagian kita yang menyangka tidak mungkin kita atau anak-anak kita akan melakukan kesyirikan. Nabi Ibrahim berdoa:
…وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Jauhkanlah diriku dan anak-anakku dari menyembah berhala kelak.” (QS. Ibrahim[14]: 35)
Ini perhatian Nabi Ibrahim terhadap anak-anak beliau, dan ini pun yang wajib kita perhatikan sebagai hak anak-anak. Hendaknya kita didik dengan aqidah yang benar dan perintahkan agar selalu beramal shalih.
4. Mendidik dengan adab-adab Islam
Ajarkan bagaimana cara bicara, adab makan, adab minum, adab buang hajat, adab masuk dan keluar masjid, adab ketika bermuamalah dengan yang lainnya. Hal ini agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang baik, shalih dan shalihah.
5. Didik agar pandai menjaga rahasia
Hal ini penting sekali. Didasari dengan hadits yang shahih riwayat Muslim, dari Anas bin Malik, dia bercerita:
مَرَّ بِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا ثُمَّ دَعَانِي فَبَعَثَنِي إِلَى حَاجَةٍ لَهُ فَجِئْتُ وَقَدْ أَبْطَأْتُ عَنْ أُمِّي فَقَالَتْ مَا حَبَسَكَ أَيْنَ كُنْتَ فَقُلْتُ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى حَاجَةٍ فَقَالَتْ أَيْ بُنَيَّ وَمَا هِيَ فَقُلْتُ إِنَّهَا سِرٌّ قَالَتْ لَا تُحَدِّثْ بِسِرِّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدًا
Suatu saat ketika aku bermain dengan anak-anak, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lewat dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan salam kepada kami, aku dipanggil dan diperintahkan untuk menyelesaikan suatu hajat. Kemudian selesai menunaikan hajat Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saya pulang dan saya terlambat dari ibuku. Ibunya bertanya: ‘Apa yang menghalangimu, kenapa terlambat?’
Maka Anas bin Malik berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutusku untuk sebuah hajat.’ Maka ibunya berkata: ‘Wahai anakku, apa hajat yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perintahkan itu?’ Maka Anas menjawab: ‘Wahai ibu, itu rahasia’ Maka ibunya berkata: ‘Kalau begitu jangan kabarkan kepada siapapun tentang rahasianya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.'” (HR. Muslim)
Pada hadits ini menunjukkan tawadhu’nya Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengucapkan salam kepada anak-anak, dan ini sunnah. Ini memiliki pahala yang besar karena mencontoh contoh yang baik. Dan nanti anak-anak akan terbiasa mengucapkan salam juga.
Lihat bagaimana Sahabiyat mendidik anak-anaknya. Anak-anak dianggap sebagai orang dewasa. Dididik bagaimana menjaga rahasia. Jangan seperti sebagian kita sekarang yang meminta anaknya memberitahukan apa yang menjadi rahasianya.
6. Adil kepada anak-anak
Hendaknya orang tua berlaku adil di antara anak-anaknya. Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berkata:
اعْدِلُوا بيْنَ أوْلَادِكُمْ
“Adillah kalian di antara anak-anak kalian.”
Adil tidak harus sama. Tapi semestinya menyamakan yang sama dan membedakan yang beda. Kalau kita punya empat anak; yang satu TK, kemudian SD, SMP, dan Kuliah. Lalu orang tuanya memberi uang saku sekolah sesuai dengan perbedaan yang ada, jangan disamakan.
Selain itu juga adalah adil ketika membagi warisan. Dan seadil-adilnya ketika membagi warisan adalah diserahkan kepada aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sudah langsung membagi. Adapun membagi dengan aturan kita, maka tidak adil.
7. Memberikan rasa aman
Memberikan rasa aman dan menjaga masa depan mereka. Tentunya bukan dengan asuransi. Tapi orang tua memperbaiki dirinya. Kalau orang tuanya shalih dan shalihah, niscaya. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga keturunan dan harta keturunannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika berbicara tentang Musa ‘Alaihish Shalatu was Salam ketika berguru kepada Khidir. Tiga kali Musa bertanya dan protes. Di antara masalah yang ketiga Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan bahwa ketika Nabi Musa dan Khidir mendatangi sebuah kota. Kemudian mereka minta dijamu, penduduk kota itu tidak mau menjamu keduanya. Kemudian keduanya melihat dinding rumah yang hendak roboh. Kemudian oleh Khidir ditegakkan lagi.
Kenapa Khidir menegakkan tembok yang mau roboh? Ternyata ada pelajaran yang sangat-sangat indah, sangat besar dan bermanfaat untuk kita semua. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا…
“Dan adapun tembok yang hendak rubuh itu adalah milik dua anak yatim di kota itu. Di bawah tembok itu ada perbedaharaan harta yang banyak milik keduanya, dan bapak dari dua anak yatim tersebut adalah bapak yang shalih. Dan Rabbmu ingin agar kedua anak yatim ini tumbuh sampai mencapai kedewasaannya kemudian mengeluarkan harta itu dari bawah dinding tersebut…” (QS. Al-Kahfi[18]: 82)
Pelajaran yang bisa kita ambil bahwa keberkahan dari keshalihan orang tua itu sampai kepada anak-anaknya Allah jaga anak-anaknya dan juga hartanya. Oleh karena itu untuk memberikan rasa aman kepada anak-anak kita kelak, jadilah kita sebagai hamba-hamba Allah yang shalih. Apalah artinya kita cari harta dan masukkan asuransi, tapi tidak shalih. Maka hartanya akan hangus, tidak bermanfaat dan tidak akan berkah. Kalau ingin keberkahan, anak-anak dan harta dijaga, maka hendaknya perbaiki diri-diri kita semua.
MP3 Kajian 10 Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Orang Tuanya
Podcast: Download (Duration: 46:19 — 10.7MB)
Sumber mp3: radiorodja.com
Mari turut menyebarkan tulisan tentang “10 Hak Anak Yang Wajib Ditunaikan Oleh Orang Tuanya” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar