Solusi Islam Terhadap Kemiskinan (Bag. 2)

Solusi Islam Terhadap Kemiskinan (Bag. 2)

Tulisan tentang “Solusi Islam Terhadap Kemiskinan (Bag. 2)” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullahu Ta’ala.

Sebelumnya: Solusi Islam Terhadap Kemiskinan (Bag. 1)

Solusi Islam Terhadap Kemiskinan (Bag. 2)

7. Tidak Terburu-Buru Ingin Cepat Kaya

Menit ke-46:13 Kemudian perkara yang ketujuh yang tidak kalah penting. Yaitu hendaknya seseorang yang miskin jangan sampai dia terburu-buru ingin cepat kaya dan akhirnya dia pun menempuh jalan-jalan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan.

Kalau perkara yang keenam tadi dia memasuki perkara-perkara yang khurafat, adapun perkara yang ketujuh ini dia ingin kaya dan dia pun masuk ke dalam praktek-praktek yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan. Contohnya melakukan transaksi-transaksi jual beli al-buyu’ muharramah, yaitu jual-beli yang haram. Mungkin dengan riba atau dengan apa saja yang penting bisa dapat uang. Menjual apa saja dia lakukan. Menjual hal-hal yang Allah haramkan dia lakukan.

Atau mungkin dia ingin cepat kaya maka dia pun mencuri. Atau dia menjual mukhaddirat (ekstasi, heroin) misalnya agar mendapat uang. Tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, yang penting dapat uang. Sebagian orang miskin seperti itu.

Bahkan –wal’iyadzubillah– yang lebih menyedihkan lagi yang menimpa sebagian wanita. Tatkala mereka dalam keadaan kesulitan, mereka rela untuk menjual diri mereka. Akhirnya mereka pun berzina, melakukan perzinaan, praktek perzinaan agar mendapatkan uang untuk menghilangkan kemiskinan mereka.

Ketahuilah para pendengar Radio Rodja yang Allah Subhanahu wa Ta’ala rahmati,

Ini merupakan musibah/ bala yang sangat besar. Karena perkara-perkara ini akhirnya bisa menghilangkan dunianya. Terlebih lagi akan menghilangkan akhiratnya. Jangan sampai seseorang yang miskin gara-gara ingin dan tidak sabar, akhirnya dia pun ingin cepat mendapatkan uang dengan menempuh jalan-jalan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan.

8. Bekerja Dengan Sebaik-Baiknya

Menit ke-48:41 Kemudian perkara yang kedelapan. Jika –alhamdulillah- ternyata seseorang yang miskin Allah Subhanahu wa Ta’ala beri kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, misalnya berdagang, jadi pegawai, dan pekerjaan yang lainnya, maka hendaknya dia benar-benar beramal/ bekerja dengan sebaik-baiknya. Menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, penuh amanah, tidak melakukan غش (penipuan) dalam pekerjaannya.

Jangan sampai dia berdagang dengan cara yang menipu atau cara-cara yang lainnya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan. Karena bekerja dengan cara seperti ini yang penuh dengan amanah, penuh dengan amal yang baik, maka ini merupakan sebab terbesar mendatangkan berkah bagi rezekinya dan akan semakin menambah rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

9. Membuang Sifat Malas

Menit ke-50:07 Perkara yang kesembilan yaitu hendaknya dia menjauhkan dirinya dari semua hal-hal yang membuat dia malas. Jangan sampai dia jadi malas dan enggan untuk bekerja. Buang jauh-jauh kemalasan dia. Kemudian dia sungguh-sungguh dalam berusaha mencari rezeki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِ

“maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya.” (QS. Al-Mulk[67]: 15)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berusaha. Berjalan di atas muka bumi untuk mencari rezeki. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

Hendaknya engkau semangat untuk memperoleh hal-hal yang bisa memberi faedah kepada engkau (yang bermanfaat bagi engkau, semangatlah dalam mencari rezeki) dan jangan lupa untuk isti’anah (minta pertolongan) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim no. 2664)

10. Tawakkal

Menit ke-51:57 Kemudian jika seseorang yang miskin sudah berusaha semaksimal mungkin dan dia sudah mendapatkan rezeki –alhamdulillah– maka jangan sekali-sekali dia bersandar kepada sebab pekerjaannya. Karena rezeki adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian jangan sampai pula dia merasa bahwasanya keberhasilannya itu karena kemahirannya, kecerdasannya, atau kebagusan amalan dia, tidak. Semuanya hendaknya dia bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Talaq[65]: 3)

Dan tawakkul adalah i’timadul qalb, yaitu menyandarkan hati ini kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mengambil manfaat, mendatangkan kenikmatan-kenikmatan, dan dalam rangka menjauhkan kemudharatan. Tatkala kita ingin mendapatkan manfaat, memperoleh harta, dan ingin menjauhkan diri kita dari kemiskinan, maka hati kita bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pekerjaan kita itu hanyalah sebab. Namun yang menentukan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menit ke-0:53 Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa mengajarkan dan mengarahkan kepada setiap muslim;

ﺇِﺫَﺍ ﺧَﺮَﺝَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﺘِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮَﻛَّﻠْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻳُﻘَﺎﻝُ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ : ﻫُﺪِﻳﺖَ، ﻭَﻛُﻔِﻴﺖَ، ﻭَﻭُﻗِﻴﺖَ، ﻓَﺘَﺘَﻨَﺤَّﻰ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﻄَﺎﻥٌ ﺁﺧَﺮُ : ﻛَﻴْﻒَ ﻟَﻚَ ﺑِﺮَﺟُﻞٍ ﻗَﺪْ ﻫُﺪِﻱَ ﻭَﻛُﻔِﻲَ ﻭَﻭُﻗِﻲَ؟

”Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa: ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮَﻛَّﻠْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ.
Maka disampaikan kepadanya, ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan kamu dilindungi (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala).’ Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu salah satu setan berkata kepada temannya, ’Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi?’ (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, Shahih)

11. Cari Pekerjaan Yang Sesuai Kemampuan

Menit ke-54:24 Kemudian perkara kesebelas yaitu seseorang hendaknya tatkala ingin bekerja, dia memilih pekerjaan yang pas bagi dia. Yang cocok dengan kemampuannya, kecerdasannya, dan kesehatan tubuhnya. Jangan dia nekat karena ada pekerjaan yang –masyaa Allah- uangnya banyak, padahal tidak sesuai dengan kemampuannya, otaknya, dan kesehatannya.

Dia nekat bekerja dan akhirnya di tengah perjalanan berhenti kerja. Karena tidak mampu untuk melanjutkan. Maka jangan demikian. Hendaknya dia memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, kemudian dia tekuni pekerjaan tersebut sedikit demi sedikit sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan pintu rezeki bagi dia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

وَهُوَ ٱلْفَتَّاحُ ٱلْعَلِيمُ

“Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”. (QS. Saba’[34]: 26)

12. Qana’ah

Menit ke-56:15 Kemudian perkara yang kedua belas yaitu hendaknya seseorang memiliki sikap qana’ah dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada dia. Qana’ah yaitu ridha dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada dia.

Kalau seseorang telah –alhamdulillah- memiliki rumah, dia bisa tinggal di rumahnya. Kemudian –alhamdulillah- dia pun di hari itu mempunyai makanan yang bisa dimakan dan dia dalam keadaan tenang tidak merasa takut, maka sesungguhnya dia telah mendapatkan nikmat yang luar biasa. Makanya dalam satu hadits Rasulullah Shalallahu wa Sallam bersabda :

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ ، فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا

“Barangsiapa yang di pagi hari merasa aman dari ketakutan, tubuhnya dalam keadaan sehat (tidak sakit-sakitan), kemudian dia memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan Allah telah memberikan kepada dia dunia dan seluruhnya.” (HR Al-Bukhari dan At-Tirmidzi)

Apa yang dia harapkan lagi kalau dia badannya sehat, merasa tenang, dan mempunyai makanan untuk hari itu? Maka seakan-akan dia mendapatkan dunia seluruhnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada dia.

Menit ke-58:09 Dalam suatu hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda;

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Bukanlah kekayaan itu dengan harta yang banyak. Akan tetapi kekayaan itu adalah kayanya hati seseorang (rasa cukup di dalam hati).” (HR. Bukhari No. 6446)

Kita dapati sebagian orang yang sangat kaya raya namun mereka tidak merasa qana’ah (tidak merasa cukup) dengan apa yang mereka miliki. Mereka masih saja merasa kurang padahal harta mereka sudah luar biasa banyaknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala lapangkan harta yang sangat luar biasa. Akan tetapi mereka senantiasa merasa kurang, merasa selalu mempunyai kebutuhan yang belum terpenuhi. Seakan-akan harta yang begitu banyak tersebut tidak cukup bagi mereka.

Sebaliknya ada sebagian orang yang miskin yang –alhamdulillah- sudah mempunyai rumah tempat tinggal, badannya sehat, mempunyai makanan untuk hari itu, namun dia merasa –subhanallah- seakan-akan dia orang kaya. Dia merasa puas dengan apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada dia. Karena dalam dirinya ada ghina nafs. Dia merasa dirinya sudah cukup.

Maka orang miskin ini mendapatkan kebahagiaan (سَعَدَةٌ) yang tidak dirasakan oleh orang-orang kaya tersebut. Inilah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebut dengan ghina nafs, yaitu merasa cukup (kekayaan hati).

13. Hindari Sifat Hasad

Menit ke-1:00:46 Kemudian perkara yang ketiga belas yaitu jangan sampai terbetik rasa hasad di dalam hati seseorang yang miskin, dengki kepada orang-orang yang kaya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah lapangkan rezeki kepada mereka. Jangan sampai ia dengki. Hendaknya ia minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman;

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa'[4]: 32)
Di akhir ayat, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan;

وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِ

“dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan mereka. Maka kita minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kepada mereka orang-orang kaya agar memberikan juga kepada kita.

Jangan sampai terbetik dalam hati kita, kita menghendaki orang-orang kaya tersebut menjadi miskin seperti kita. Dan jangan sampai kita berangan-angan kekayaan dan kenikmatan yang sedang mereka nikmati itu hilang dari mereka, miskin setengah mati, dan susah payah seperti kita. Jangan sampai berangan-angan demikian.

Tapi boleh bagi kita untuk minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Ya Allah, berikanlah kepadaku sebagaimana yang Engkau berikan kepada orang kaya tersebut.” Ini boleh. Ini namanya ghibthah dalam bahasa arab, bukan hasad. Akan tetapi kalau menghendaki nikmat yang ada pada orang kaya tersebut hilang dan menjadi miskin seperti kita, maka ini tidak boleh. Maka ingatlah;

وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِ

“dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.”
Mintalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menjadikan mereka kaya, agar juga menjadikan kita tidak miskin.

14. Berhemat

Menit ke-1:03:15 Perkara yang keempat belas yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang miskin, dan ini membantu menghadapi kemiskinannya, yaitu hendaknya dia hemat (iqtishad), dia ekonomis dalam menggunakan harta yang dia miliki dalam mengatur kehidupannya.

Betapa banyak orang miskin yang pandai mengatur uang/ hartanya, maka alhamdulillah dia tidak cemburu atau dengki kepada orang-orang kaya. Karena uang/ harta yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya bisa dia atur dalam pembelanjaan. Dalam pengaturan kehidupan dia atur sehingga harta yang sedikit yang dia miliki itu cukup dan dia tidak merasa kurang.

Oleh karena itu, hendaknya orang yang miskin jangan bersifat boros. Sudah tau dia miskin, maka jangan boros. Hendaknya dia berhemat sehingga semua perkaranya bisa berjalan dengan sebaik-baiknya.

15. Berusaha Untuk Bertakwa

Menit ke-1:04:35 Perkara yang terakhir, yang kelima belas yaitu hendaknya seseorang yang miskin berusaha untuk bertakwa semaksimal mungkin. Dia berusaha untuk mewujudkan takwa dalam hatinya baik dalam keadaan nampak di hadapan orang banyak, maupun dalam keadaan sir, tatkala dia sedang bersendirian. Sehingga kalau dia bertakwa dia akan Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman;

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. ” (QS. At-Talaq[65]: 2)

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Talaq[65]: 3)

Oleh karena itu, seseorang yang miskin hendaknya bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rezeki kepadanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan rezeki bagi orang yang bertakwa kepada-Nya.

Mintalah Hanya Kepada Allah

Menit ke-1:07:53 Syaikh menutup pengajian halaqah kita pada malam hari ini, sore hari ini di Kota Madinah, dengan sebuah kisah yang Syaikh sebutkan dalam waktu dekat ini. Orang-orang menceritakan bahwasannya ada seseorang yang dia dalam keadaan miskin dan sangat butuh.

Kemudian dia pun menanyakan kepada orang bagaimana bisa dia menghadapi kesulitan ini. Maka mereka menyebutkan pada dia, “Hendaknya engkau pergi ke si fulan yang kaya raya. Dia biasanya di masjid. Coba sebutkan kebutuhanmu pada orang tersebut, dia in syaa Allah akan membantu engkau.”

Maka orang yang miskin ini pun mengatakan, “Saya pun pergi menemui si kaya tadi yang ternyata ketika saya masuk masjid, saya lihat si kaya tadi. Orang kaya tersebut ternyata sedang shalat. Setelah selesai shalat, orang kaya tersebut kemudian mengangkat kedua tangannya. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh pengharapan. Tatkala saya melihat kondisi orang kaya tersebut (yang mengangkat kedua tangannya, minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh pengharapan, dengan merengek-rengek kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, merasa rendah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala), maka saya sadar bahwasanya dia juga ternyata miskin seperti saya. Kita berdua ternyata fuqara ilallah, sama-sama butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka saya pun terbetik dalam hati saya, ‘Saya harus minta kepada Dzat yang telah memberi kekayaan kepada orang tadi. Saya harus minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka saya pun shalat dan kemudian berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sungguh-sungguh.’

Lalu kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala melapangkan rezeki saya dan mendatangkan rezekikepada saya dari arah yang tidak saya sangka-sangka. Sama sekali tidak pernah terbetik dalam benak saya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi rezeki yang sangat luas kepada saya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memenuhi kebutuhan-kebutuhan saya.”

Oleh karena itu, para pendengar Radio Rodja yang Allah Subhanahu wa Ta’ala rahmati,

Yang jadi perhatian kita yaitu jika seorang hamba bersungguh-sungguh di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, bersungguh-sungguh dalam berdoa, dan dalam berusaha mencari rezeki, kemudian menunjukkan ketakwaan dia, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi rezeki kepadanya.

Dan dia menempuh jalan-jalan/ poin-poin sebagaimana yang telah kita jelaskan dari poin pertama sampai poin ke-15. Mungkin ada poin-poin yang lain, akan tetapi 15 poin tersebut merupakan poin-poin yang paling utama yang hendaknya dikerjakan oleh seseorang yang fakir. Dengan syarat dia bersungguh-sungguh berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan lapangkan rezekinya.

Demikian saja yang bisa Syaikh sampaikan. Kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan karunia-Nya kepada kita semua, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rezeki dari arah yang tidak kita sangka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita menempuh jalan-jalan kebaikan. Demikian saja, wallahu ta’ala a’lam.

MP3 Kajian Solusi Islam Terhadap Kemiskinan (Bag. 2)

 

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Solusi Islam Terhadap Kemiskinan (Bag. 2)” ini di media sosial yang Anda miliki baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: