Khutbah Jumat: Mengenalkan Diri Pada Allah

Khutbah Jumat: Mengenalkan Diri Pada Allah

Khutbah Jumat tentang “Mengenalkan Diri Pada Allah” ini kami catat dari khutbah Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat: Mengenalkan Diri Pada Allah

Khutbah Jumat Pertama

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ،وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ،وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُوهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قديرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، صَلَوَاتُ رَبِّ وَسَلاَمُهُ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَامَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ﴿آل عمران : ۱۰۲﴾

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

Surga Untuk Siapa?

Wahai manusia-manusia yang beriman, wasiat takwa sudah sering kita dengar pada setiap Jum’at. Kita terus menerus diperintahkan untuuk bertakwa. Karena surga itu;

أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dipersiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 133)

Yang tidak bertakwa, jangan menghayal engkau bisa masuk surga. Takwa bukan hanya ucapan di lisan maupun status yang dibuat oleh manusia. Tapi asalnya takwa itu dari hati. Berpancar dari qalbu kemudian diamalkan oleh raga kita, seperti mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak melupakan-Nya, bersyukur kepada-Nya dan tidak kufur kepada-Nya, serta taat kepada-Nya.

Kita patuh terhadap aturan perusahaan, patuh dengan ketentuan yang dibuat oleh manusia. Tapi Rabbul ‘Alamin yang memberikan raga berikut panca indera ini kepada kita, terkadang kita meremehkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

Mengenal Diri Sendiri

Hadirin rahimakumullah,

Kita perlu mengenal diri kita, “Siapa aku ini?”. Banyak manusia tersesat dalam kehidupan ini karena dia tidak mengenal dirinya sendiri. Kita memiliki sifat-sifat yang buruk, yang sudah Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan kepada kita.

Kalau kita tidak pandai-pandai memperbaiki diri, maka kebinasaanlah yang menanti kita. Rumah yang kita bangun, akan kita tinggalkan. Perusahaan yang kita dirikan juga akan kita tinggalkan. Iistri, anakkeluarga, sahabat, dan semuanya akan kita tinggalkan. Kita akan sendirian tanpa membawa apa-apa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88)

Akan datang suatu hari yang di sana tidak bermanfaat harta, kekayaan, pekerjaan, kekuasaan, dan jabatan. Anak-anak kita pun tidak bisa membantu kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (selamat),” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 89)

Hati Yang Selamat

Hati yang selamat yaitu yang selamat dari segala penyakit hati. Di antara penyakit manusia yang berurusan dengan penyakit hati, Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di dalam Al-Qur’an. Kita sering membuka Al-Qur’an. Namun apakah kita masih membaca Al-Qur’anul Karim, petunjuk yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan? Kita memahami, mentadabburi, atau mengabaikan Al-Quran?

Kita lebih suka membaca grup WhatsApp dari pada membaca surah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kirimkan kepada kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَىٰ ضُرٍّ مَسَّهُ ۚ

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.” (QS. Yunus[10]: 12)

Manusia itu kalau ditimpa oleh sesuatu yang membahayakannya, seperti malapetaka, penyakit, kebangkrutan, di-PHK, dan juga masa pandemi yang belum berakhir. Tapi kita mulai melihat masa ini akan berubah. Kita berharap pandemi ini pergi, tapi jangan sampai pergi juga iman kita.

Ketika sedang ditimpa musibah, manusia itu terus berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia memohon, datang ke masjid di shaf pertama, di tengah malam dia bangun, dia juga puasa sunnah. Terus dia berdoa memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lupa Ketika Senang

Dalam kondisi berbaring, duduk, dan berdiri dia terus berdoa. Sampai kapan dia berdoa? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُۥ

“Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat)” (QS. Yunus[10]: 12)

Ketika bencana dan penyakitnya diangkat, kesembuhan diberikan, rezeki dilancarkan, yang awalnya di-PHK dia dapat bekerja kembali,

مَرَّ كَأَن لَّمْ يَدْعُنَآ إِلَىٰ ضُرٍّ مَّسَّهُۥ

“Seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.” (QS. Yunus[10]: 12)

Dia lewat seakan-akan tidak pernah berdoa, lupa dengan masa susahnya. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat, dia lupa kepada Allah Jalla Jalaluhu. Lupa dengan shaf pertama yang kemarin dia hadir di sana, lupa dengan sepertiga malam akhir yang dia bermunajat, sehingga dia mulai berbuat maksiat kembali.

Kenalkan Dirimu Kepada Allah

Ahibbati Fillah,

Kalau pandemi ini berakhir, bukan berarti tidak akan datang pandemi yang lainnya. Kita sudah hidup lama di muka bumi ini. Kita mengetahui ada malam dan siang, serta tangis dan tawa. Maka jangan lupa kepada Allah ‘Azza wa Jalla ketika engkau dalam kondisi yang menyenangkan. Nabi ‘Alaihishshalatu wa Sallam bersabda:

ﺗَﻌَﺮَّﻑْ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﺧَﺎﺀِ ﻳَﻌْﺮِﻓُﻚ ﻓِﻲ ﺍﻟﺸِّﺪَّﺓِ

“Kenalilah (ingatlah) Allah di waktu senang  pasti Allah akan mengenalimu di waktu sempit.” (HR. Tirmidzi)

Kenalkan dirimu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala engkau berada dalam kelapangan rezeki dan kenikmatan. Teruslah berdzikir kepada-Nya, terus meminta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Jangan hanya berdoa ketika susah atau terkena bencana. Ketika sakit, dia tidak berhenti mengatakan, Ya Allah, Ya Allah.” Tapi ketika sehat, lisannya tidak lagi berdzikir.

Kenalkan dirimu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  ketika engkau sedang dalam kondisi lapang. Kita mulai akan keluar dari covid, maka mulailah  kenalkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala pun akan mengingat kita.

Berdoa Ketika Lapang

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

“Barang siapa yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah dan menderita, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika lapang.” (HR. Tirmidzi, Shahihul Jami’ no. 6290)

Tapi kebanyakan orang saat sedang senang itu mereka jalan-jalan/ rekreasi. Ya, tidak mengapa rekreasi, yang penting halal. Tapi di tempat-tempat itu tetaplah mengingat Allah ‘Azza wa Jalla.

Ketika manusia ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di waktu senang, lalu datang bencana menimpa, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga keimanan kita. Dia akan menyelamatkan kita. Yakinlah! Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah ingkar janji.

Doa Nabi Yunus

Kita lihat bagaimana Nabi Yunus ‘alaihissalam dan Fir’aun. Mereka sama-sama di lautan. Bagaimana Nabi Yunus ‘alaihissalam ketika dilemparkan ke lautan dan ditelan oleh ikan paus, apa yang dibaca olehnya?

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”.” (QS. Al-Anbiya[21]: 87)

Sebagian kita kalau terkena musibah itu suka bertanya-tanya, “Mengapa, Ya Allah. Padahal aku sudah taat kepada Engkau. Aku banyak sedekah dan berbakti kepada orang tua.” Katakanlah,

إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS.Al-Anbiya[21]: 87)

Kita yang zalim!

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Nabi Yunus ‘alaihissalam, yang dalam bayangan manusia itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi, tidak mungkin akan selamat berada di dalam perut ikan berhari-hari. Allah Jalla Jalaluhu berfirman,

فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ . لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.”  (QS. As-Saffat[37]: 143-144)

Tapi karena di waktu senang Nabi Yunus ‘alaihissalam bertasbih dan ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala jadi ingat kepadanya ketika susah.

Akhir Hayat Fir’aun

Berbeda dengan Fir’aun yang dia juga mendapatkan bencana di lautan. Apa kata Fir’aun ketika dia mendapatkan bencana tersebut?

قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. Yunus[10]: 90)

Fir’aun menyatakan keimanan di akhir hayatnya. Namun apakah bermanfaat ucapannya itu? Allah Jalla Jalaluhu berfirman,

آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

“Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus[10]: 91)

Kematian Datang Tiba-Tiba

Ahibbati Fillah,

Kematian itu datang dengan tiba-tiba. Maka persiapkan diri kita dalam kondisi kita suka/ lapang, teruslah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dalam kondisi kita berduka, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan ingat kepada kita.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Jumat Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبيِّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Ahibbati Fillah,

Semua yang hadir di masjid ini mengaku muslim dan semua berharap masuk surga karena merasa sebagai umatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ingat Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berpesan,

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ

“Semua umatku pasti masuk surga” (HR. Bukhari 7280, Ahmad 8728)

Bukankah ini kabar gembira? Tapi hadits ini belum selesai. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

إِلَّا مَنْ أَبَى

“Kecuali yang enggan masuk surga” (HR. Bukhari 7280, Ahmad 8728)

Enggan Masuk Surga

Semua umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dijamin masuk surga, kecuali yang enggan masuk surga. Lalu para sahabat heran. Mungkinkah ada orang yang enggan masuk surga? Maka mereka mengatakan,

وَمَنْ يَأْبَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟

“Siapa orang yang enggan masuk surga itu?” (HR. Bukhari 7280, Ahmad 8728)

Beliau mengatakan,

مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Barang siapa yang menaatiku, maka dia akan masuk surga, dan barang siapa yang durhaka kepadaku, maka sungguh dialah yang enggan. (HR. Bukhari 7280, Ahmad 8728)

Nabi Menunggu di Telaga

Maka ahibbati fillah,

Sebagai ummatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, laksanakanlah perintah beliau dan jauhi larangannya. Tegakkan sunnahnya, sebarkan kepada seluruh manusia. Kita bawa sebanyak-banyaknya keluarga kita untuk bertemu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di telaga beliau.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menunggu kita di telaganya. Akan tetapi ada orang-orang yang tidak bisa mendekat ke telaga tersebut. Jangan sampai kita termasuk dari mereka.

Ahibbati Fillah,

Hari ini adalah hari Jum’at, harinya bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihisshalatu wa Sallam. Dan di hari Jum’at ini ada waktu yang mustajab untuk berdoa memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Sebagian ulama berpendapat bahwa waktu tersebut ada di antara duduknya imam khatib sampai shalat itu selesai. Waktu yang kedua adalah setelah shalat ashar (di akhir waktu ashar). Maka hendaklah kita memperbanyak doa pada hari ini. Mohonlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kebaikan di dunia dan akhirat kita.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَبَارِكْ وَاَنْعِمْ عَلَى سَيِّدِنَاوَمَوْلَانَامُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ، اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ الْأَحْزَابِ اِهْزِمْ أَعْدَائَك أَعْدَاءَالدِّيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ، رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ ٱلْوَهَّابُ، رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Video Khutbah Jumat Tentang Mengenalkan Diri Pada Allah

Sumber video Khutbah Jumat: Channel YouTube Ustadz “Syafiq Riza Basalamah Official”

Demikian khutbah jumat tentang “Mengenalkan Diri Pada Allah“. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0