Teks Khutbah Jumat Tentang Sabar Dengan Benar

Teks Khutbah Jumat Tentang Sabar Dengan Benar

Di Antara Faedah Iman Kepada Takdir Yaitu Sabar dan Ridha
17# Kedzaliman Yang Menimpa adalah Sebab Diampuni Dosa
4# Memaafkan Akan Menyelamatkan Hati

Berikut transkrip Khutbah Jumat Tentang Sabar Dengan Benar yang disampaikan Ustadz Abdullah Zaen Hafidzahullahu Ta’ala.

Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Tentang Sabar

Jamaah Jumat Rahimakumullah, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan oleh RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Ala Alihi wa Shohbihi wa Sallam, serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan Allah RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Ala Alihi wa Shohbihi wa Sallam.

Jamaah Jumat yang senantiasa dimuliakan Allah, sudah menjadi sunnatullah bahwa kehidupan hamba di dunia ini teramat dinamis, tidak stagnan dalam satu kondisi. Terkadang senang dan terkadang susah, sekarang tertawa tidak lama kemudian menangis. Hari ini sehat dan besok sakit. Sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari. Untuk menghadapi kondisi yang fluktuatif itu, seorang hamba membutuhkan sepasang senjata kembar agar sukses menapaki jalan kehidupan. Kedua senjata tersebut adalah syukur dan sabar.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ

“Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang mukmin, sungguh seluruh kondisi hidupnya indah.”

وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ

“Hal itu tidak dimiliki melainkan hanya oleh seorang mukmin.”

إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Apabila dia dikaruniai nikmat, maka dia bersyukur dan itu sangat indah untuknya.”

وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Dan jika dia ditimpa musibah maka dia bersabar dan itu pun indah untuknya.” (Hadits Riwayat Muslim)

Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati,

Saat tertimpa musibah, banyak orang mengaku telah bersabar. Namun realitanya belum tentu mereka benar dalam mempraktekkan sabar. Tidak sedikit orang yang mengira sabar itu berkonotasi duduk berpangku tangan, sabar itu bersikap putus asa, tidak ngapa-ngapain, pasif dan pasrah, menerima total tanpa ada usaha. Pemahaman seperti ini perlu diluruskan. Sebab sabar tidak berarti meninggalkan ikhtiar. Mari kita menyimak bersama firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ

“Bersabarlah engkau seperti kesabaran para Rasul Ulul ‘Azmi.” (Al-Quran surat Al-Ahqaf ayat 35)

Dalam ayat barusan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati para Rasul yang sabar dengan Ulul ‘Azmi. Ulu itu berarti para pemilik, sedangkan ‘Azmi artinya adalah tekad yang kuat. Berarti Ulul ‘Azmi itu adalah para pemilik tekad yang kuat.

Salah satu dari Ulul ‘Azmi adalah Nabi Nuh ‘Alaihis Salam. Beliau sosok yang sangat penyabar, apalagi terhadap orang terdekat beliau. Yitu istri dan anaknya yang ternyata mereka ingkar kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Namun kesabaran Nabi Nuh ‘Alaihis Salam kepada istri dan anaknya yang kafir tidak membuat beliau berdiam diri atau bersikap pasrah tanpa berbuat apa-apa. Justru beliau membekali diri dengan tekad yang membaja, tanpa henti beliau mendakwahi keluarga dan masyarakatnya.

Berapa tahun? Selama 950 tahun, siang dan malam tanpa ada putus asa. Beliau tetap berusaha mendakwahi anaknya. Bahkan hingga detik-detik terakhir saat banjir bandang hampir menenggelamkan seluruh permukaan bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala merekam dialog antara ayah dan anak tersebut di dalam firmanNya:

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ

“Kapal itu mengangkut Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman dalam gelombang sebesar gunung.”

وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ الْكَافِرِينَ ﴿٤٢﴾

Nabi Nuh memanggil putranya yang sedang berada di tempat yang nun jauh di sana, “wahai anakku, naik lah bersama kami, jangan engkau bersama dengan orang-orang kafir tersebut.”

قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ

Anaknya menjawab, “Aku akan menyelamatkan diri ke puncak gunung yang bisa menghindarkanku dari air bah.”

قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّـهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ

Nabi Nuh berkata, “Hari ini tidak ada yang bisa melindungi dari azab Allah kecuali Allah yang Maha Penyayang.”

وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ ﴿٤٣﴾

Akhirnya gelombang pun memisahkan Nabi Nuh dan putranya sehingga anaknya itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Al-Quran surat Hud ayat 42-43)

Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah,

Jadi, sabar itu bukan berarti pasrah dengan kondisi tanpa usaha. Jika hari ini istri Anda atau suami Anda atau anak Anda belum shalih atau shalihah, maka jangan pasrah. Jangan pasrah, namun bersabarlah, berdoalah, teruslah berusaha untuk mendakwahi mereka agar menjadi baik disuatu hari nanti. Walau setelah berlalu puluhan tahun.

Bila Anda diuji oleh Allah dengan sakit parah, maka bersabarlah dengan terus berdoa disertai ikhtiar pengobatan menggunakan cara yang halal, semoga Allah Ta’ala berkenan mengaruniakan kesembuhan.

Manakala toko Anda atau rumah Anda kebobolan maling, maka bersabarlah. Namun tidak ada salahnya jika Anda melaporkan kejadian itu ke pihak yang berwajib sebagai bentuk upaya dan ikhtiar.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Sabar itu juga berarti menerima dengan lapang dada sebuah ujian kehidupan. Karena menyadari bahwa itu adalah takdir dan ketetapan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sang pemilik dan penguasa alam semesta. Sehingga tidak muncul cacian dan makian, protes atau perasaan tidak menerima atas kejadian yang tak mengenakkan itu. Sebab kata sabar secara bahasa bermakna menahan diri dari ketidaksabaran.

Menerapkan hal tersebut dalam kehidupan adalah salah satu bentuk praktek nyata keimanan seorang hamba kepada Allah Ta’ala. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ

Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.”

وَمَن يُؤْمِن بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.”

وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 11)

Imam Al-Qamah Rahimahullah menafsirkan ayat ini: orang yang tertimpa musibah kemudian dia menyadari bahwa itu takdir dari Allah, niscaya dia akan bisa menerima musibah tersebut dengan lapang dada dan bersikap ridha.

Khutbah Kedua – Khutbah Jumat Tentang Kesabaran

Sidang Jumat yang kami hormati,

Semua manusia tanpa terkecuali akan menghadapi cobaan hidup. Orang Islam maupun non muslim. Orang beriman maupun orang kafir, ahli ibadah maupun ahli maksiat, semua sama dalam hal ini. Lantas apa yang membedakan? Yang membedakan antara kedua jenis manusia tersebut adalah bagaimana mereka menyikapi cobaan hidup itu.

Golongan yang pertama, kaum mukminin. Mereka akan menyikapinya dengan kedewasaan iman. Sehingga dia tetap bisa berdiri tegak dan optimis menatap masa depan yang gemilang. Adapun golongan yang kedua, para pecundang, mereka akan menyikapinya dengan gerutuan dan makian sehingga semakin terpuruk kedalam jurang kenistaan. Lalu dari dua jalan tersebut, jalan mana yang akan Anda pilih?

Sumber Transkrip Khutbah Jumat Tentang Sabar

Khutbah Jumat Tentang Sabar

📚 Khutbah Jumat
🔉 Pemateri: Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA.
🔗 Link Download mp3: ngaji.id/klik/4b
🗃 Ukuran File: 4,9 MB
⭐ File sudah dikecilkan
⌛ Durasi: 17:25
📹 Sumber: youtu.be/tYgltElbQRA

Mari turut menyebarkan Teks Khutbah Jumat Tentang Sabar Dengan Benar di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Pencarian: khutbah jumat tentang sabar dan syukur, khutbah jumat sabar menghadapi cobaan, khutbah jumat tentang sabar dalam ketaatan, khutbah singkat tentang sabar singkat

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: