Untuk menuntut ilmu itu sangat membutuhkan adab

Sebagian salaf terdahulu berkata,
– “Kita ini kepada sedikit adab lebih kita butuhkan daripada banyaknya ilmu.”

– karena ilmu tanpa adab itu bagaikan sayur tanpa garam.

Muhammad bin Sirin berkata,
– “Kami dahulu belajar adab 30 tahun, dan belajar ilmu 20 tahun.” Dan diriwayatkan juga beliau berkata, “Kami dahulu belajar adab itu seperti belajar ilmu.”

– Adab itu kata al-imam ibnul Qoyyim -rahimahullah- adalah simbol kebahagiaan suatu kaum, dan simbol kebinasaan suatu kaum adalah adab, tidak ada sesuatu yang mendatangkan kebaikan yang lebih besar dari adab, dan tidak ada sesuatu yang bisa mendatangkan keburukan yang lebih besar dari adab.

– Adab ini porsinya sangat penting sekali terutama untuk para penuntut ilmu Allah Subhanahu wata’ala.

Makanya para ulama, menulis kitab-kitab adab sebagaimana al-imam Badaruddin ibnul Jama’ah menulis kitab Taskaritus Sami’, begitu pula al-hafidz ibnul Abdil Barr menulis kitab Jami’, demikian pula Jajami bayani ilmi wal fadhli, al-Khatib al-Baghdadi menulis kitab al-Jami’ li akhlaqi Rawi, dan banyak lagi kitab-kitab yang lain, kanapa? Karena akhlak dan adab itu adalah merupakan sesuatu yang harus menjadi simbol penuntut ilmu.

– kita jangan sampai hanya sebatas semangat dalam mengkaji ilmu tapi ternyata kurang semangat membahas adab.

Adab terhadap diri kita, adab terhadap oranglain, adab terhadap ilmu, adab di majelis ilmu (majelis taklim), adab terhadap guru, adab terhadap teman-teman. – itu adalah merupakan perkara yang agung, terutama adalah adab terhadap kita sendiri.

– karena adab terhadap diri sendiri ini sesuatu yang sangat urgent (penting) di dalam kehidupan kita.


______________
Ustadz Abu Yahya Badrusalam -hafizhahullah-
Di transkrip: Sabtu, 1 Februari 2020 | JL. Amanah Tebas, Kalimantan Barat.

Referensi: https://youtu.be/NtiFtAqLXvY

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: