Cambuk Hati : Anda Haus Berita?

Cambuk Hati : Anda Haus Berita?

Enam Syarat Masuk Surga (Bag.3)
Pondasi Baiknya Amal
Wabah dan Penyakit Sebagai Ujian dari Allah
Tulisan tentang “Anda Haus Berita?” ini adalah catatan faidah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz Ammi Nur Baits Hafizhahullahu Ta’ala

Navigasi Catatan:

Cambuk Hati : Anda Haus Berita?

Mari sejenak kita menghitung berapa waktu yang kita butuhkan untuk membaca berita. Di kantor, kita membuka Facebook untuk membaca berita. Kita membuka Twitter, juga kebanyakan demi berita. Belum lagi kita membuka situs-situs khusus tentang berita. Kita membuka situs A, situs B, dan seterusnya. Itu kita lakukan setiap hari. Dan kita tidak pernah merasa bosan. Ketika di rumah, kita hampir tidak pernah absen membuka berita di televisi, -terutama bagi Anda yang mempunyai televisi- kita dengarkan dengan tenang setiap kata demi kata dari para reporter. Kita perhatikan, bahkan ketika iklan sekalipun kita begitu sabar untuk menunggunya. Tidak puas dengan itu, kita masih membeli koran, kita masih membeli tabloid dan majalah. Semuanya demi berita.

Singkat kata, di benak kita penuh berjubel dengan berita. Kita begitu terbuka dengan berita. Memang tidak salah jika orang membaca berita. Sekalipun tidak bisa dibenarkan ketika hidupnya hanya dijejali dengan berita. Barangkali sudah menjadi tabiat manusia zaman sekarang. Mereka begitu haus dengan yang namanya berita. Sehari tanpa mendengar berita serasa ada bagian hidup yang kurang. Saya kira, kita semua mengakui itu.

Saatnya kita perlu jujur, bukankah berita itu akan menambah beban pikiran kita? Mungkin sebelum membaca berita, pikiran kita tenang. Seusai membaca berita, ada pihak yang mungkin merasa dirugikan, kemudian kita menjadi geram. Atau kita menjadi sedih, atau mungkin sebaliknya kita malah senang.

Saatnya juga kita perlu jujur, apakah semua berita kita butuhkan? Sebaliknya, semua isi situs berita sama sekali kita tidak memiliki kepentingan dengannya. Ketika Anda menonton acara berita di televisi selama setengah jam, saya jamin tidak ada satupun yang ada kaitannya dengan kita. Namun hebatnya, kita begitu haus dan sangat terbuka terhadap berita.

Coba kita bayangkan, andai intensitas dan perhatian kita terhadap berita itu kita ganti dengan belajar ilmu agama. Atau kita ganti dengan membaca al qur’an. Di kantor, di sela-sela pekerjaan kita membuka al qur’an. Bermain internet, kita tidak lupa membuka situs nasihat atau artikel Islam. Kita putar video tausiyah atau kajian. Di kendaraan dan di rumah, kita memutar kajian. Kita mendengarkan murottal. Kita berupaya lebih sering untuk membaca al qur’an atau membaca buku agama ketimbang membaca berita. Saya yakin kita semua meyakini bahwa ilmu lebih bermanfaat dari pada berita. Ilmu tentang agama lebih kita butuhkan dari pada berita yang kita terima. Namun bisakah kita menjadi orang yang lebih haus ilmu dari pada berita?

Ada satu perkataan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahu ta’ala yang mungkin layak kita renungkan. Beliau mengatakan ;

النَّاسُ الى العِلْمِ احوج منهم الى الطَّعَامِ والشَّرَابِ. لِأَنَّ رَجُلَ يَحْتَاجُ الى الطَعَامِ والشَّرابِ في اليَومِ مَرَّةً أو مَرَّتَيْنِ. و حَاجَتُهُ الى العِلْمِ بِعَدَدِ أنْفاسِهِ

“Manusia lebih butuh terhadap ilmu dari pada makanan, demikian pula minuman. Karena yang namanya manusia dia butuh makanan atau minuman dalam sehari dia butuh hanya sekali atau dua kali. Namun kebutuhan kita terhadap ilmu adalah sepanjang nafas.” Madaarijussaalikin, 2/440

Karena kita butuh aturan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang Ceramah Singkat ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: