Mengatasi Penyakit Marah

Mengatasi Penyakit Marah

Tulisan tentang “Mengatasi Penyakit Marah” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafizhahumullahu Ta’ala.

Sebelumnya: Makna Laa Taghdhab

Mengatasi Penyakit Marah

Bagaimana mengatasi penyakit marah? Artinya jika kita ditimpa dengan rasa marah yang amat sangat, bagaimana kita bisa mengatasi dan mengobati penyakit ini? Syaikh mengatakan di sana ada tiga perkara yang membantu kita untuk bisa menyembuhkan penyakit ini. Dan beliau berharap para pendengar sekalian untuk menghafal tiga perkara ini agar bisa diamalkan tatkala timbul kemarahan.

1. Berlindung Kepada Allah

Perkara yang pertama yaitu hendaknya seseorang berta’awudz (meminta perlindungan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari gangguan syaithan. Karena yang menyebabkan kemarahan adalah syaithan. Al Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari sahabat yang bernama Sulaiman bin Shurad Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata,

“Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada dua orang yang sedang saling memaki. Yang satu memaki yang lainnya dengan sangat marah hingga wajahnya menjadi sangat merah karena sudah saking marahnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِني لأعلمُ كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُ

“Sungguh aku mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka para sahabat pun berkata kepada orang tersebut, “Tidakkah engkau telah mendengar apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Maka orang yang sedang marah itu berkata, “Aku bukan orang yang gila.”

Dia menolak wasiat Nabi dan mengatakan bahwasanya dia bukan orang gila. Perkataan tersebut pun timbul akibat dari rasa marahnya.

Hadits ini menunjukkan bahwasanya kemarahan itu merupakan tiupan/ gangguan syaithan. Maka seseorang yang timbul rasa marahnya hendaknya dia segera berta’awudz (berlindung) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari gangguan syaithan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf[7]: 200)

Kemudian tatkala seseorang marah maka setan sangat mudah untuk mengontrol orang tersebut. Menjatuhkannya kepada perkara yang lebih parah. Sehingga akhirnya orang yang marah tersebut terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan dosa. Mungkin dengan memaki, mengganggu, atau dengan berbuat kriminal. Karena syaithan sangat mudah mengontrol dia tatkala dia sedang marah. Namun tatkala seorang muslim berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saat dia sedang marah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga dia dari gangguan syaithan.

2. Tidak Berbicara Apapun

Adapun perkara kedua yang bisa mengobati atau menghilangkan rasa marah yaitu jangan berbicara. Terutama tatkala sedang berada di puncak amarahnya. Seseorang yang sedang marah besar, mungkin dua, tiga, atau lima menit dia menahan dirinya jangan bicara apapun. Baik menurut ia berkata itu baik, atau pun perkataan itu buruk. Jangan dia berbicara. Bersabar sampai lima menit hingga dia tenang.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ. (قالها ثلاثا)

“Jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya ia diam.” (Beliau mengulanginya tiga kali) (HR. Ahmad)

Maka ketika kita marah, hendaknya kita tidak berbicara apapun. Sampai hati kita menjadi tenang baru kita berbicara sepuas kita. Karena orang yang marah, kebanyakan perkataannya itu pasti ada kejelekannya. Pasti ada keburukan untuk berbuat dendam kepada orang yang sedang dia marahi. Oleh karena itu hendaknya dia menunggu hingga dirinya tenang, baru kemudian dia berbicara.

3. Tidak Bertindak Apapun

Kemudian obat yang ketiga untuk menghilangkan rasa marah atau sikap temperamental yaitu hendaknya tatkala seseorang sedang marah jangan melakukan apapun. Jangan bertindak apapun. Baik bertindak dengan kepalanya atau dengan tangannya maupun dengan kakinya. Intinya jangan bertindak apa-apa ketika sedang marah. Bahkan kalau dia sedang berdiri maka hendaknya dia duduk untuk menghilangkan rasa marahnya. Jika ternyata dia sudah duduk namun belum hilang juga rasa marahnya, hendaknya dia berbaring. Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam musnad Imam Ahmad dan juga dari Abu Daud rahimahumullahu ta’ala bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ ، وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ.

“Apabila seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk. Apabila amarah telah pergi darinya, (maka itu baik baginya). Dan jika belum, hendaklah ia berbaring.” [Shahih. HR Ahmad (V/152), Abu Dawud (no. 4782), dan Ibnu Hibban (no. 5688) dari sahabat Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu]

Mengapa demikian? Karena seseorang yang marah kalau dia dalam keadaan berdiri dan dia kondisinya dekat dengan orang yang sedang dia marahi, maka akan mudah bagi dia untuk melampiaskan kemarahannya kepada orang yang sedang dia marahi. Menampar, memukul, atau menendang orang tersebut. Atau tindakan-tindakan buruk yang lainnya.

Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan pengarahan jika seseorang marah maka hendaknya dia duduk merubah posisinya. Kalau dia duduk maka dia akan jauh dari orang yang sedang dia marahi. Untuk bertindak agak sulit karena dia duduk. Kalau ternyata rasa marahnya hilang, maka Alhamdulillah.

Namun jika ternyata setelah duduk rasa marahnya belum juga hilang, maka dia pun berbaring sehingga dia lebih jauh lagi dari orang sedang dia marahi dan semakin sulit bagi dia untuk bertindak. Karena kalau dia tetap saja berdiri kemudian dia marah akhirnya dia memukul dan bertindak dengan sangat kasar terhadap orang sedang dia marahi, maka bisa jadi dia akan menyesal dengan penyesalan yang lama dan tidak ada faedahnya. Oleh karena itu orang yang melaksanakan sunnah maka dia yang selamat. Jika dia marah maka dia duduk. Jika tidak hilang maka dia pun berbaring.

4. Jangan Memukul Wajah

Ketahuilah, tentunya syaithan tidak akan pasrah menerima hal ini. Jika seseorang marah kemudian dia duduk atau dia tidur, maka syaithan akan datang mengganggu. Syaithan akan berkata kepada dia, “Mana kejantananmu? Mana keberanianmu? Masak kalau kamu marah kamu tidur? Itu namanya tidak hebat. Kalau kamu marah maka lampiaskan! Pukullah orang tersebut. Jangan malah tidur. Tidak ada kejantanannya, tidak ada keberaniannya.” Inilah tiupan dari syaithan. Dalam kondisi seperti ini hendaknya seseorang merenungkan; apakah dia taat kepada syaithan untuk melampiaskan kemarahannya, ataukah dia taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang melarang melampiaskan kemarahannya.

Syaikh mengingatkan bahwasanya, biasanya orang kalau sudah marah maka yang jadi sasaran itu musuhnya atau yang dimarahi akan dipukul, dihantam, atau ditampar wajahnya. Padahal syariat melarang hal ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إِذَا ضَرَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْتَنِبِ الْوَجْهَ

“Jika salah seorang dari kalian memukul, maka hindarilah wajahnya.” (HR. Ahmad)

Jangan memukul wajah. Apalagi wajah itu adalah bagian tubuh yang mulia. Di wajah itu ada panca indera yang sangat penting. Ada pendengaran, penglihatan, dan perasa. Semuanya ada di wajah. Jika seseorang memukul wajah, itu berbahaya. Oleh karena itu, sikap-sikap seperti ini yang timbul akibat kemarahan baik perkataan yang buruk maupun perbuatan yang buruk yang seakan-akan perbuatan orang gila, itu bukan merupakan tindakan seorang muslim.

Karena itu kita harus sadar bahwasanya semua tindakan-tindakan buruk itu sumbernya adalah kemarahan. Jika seseorang marah hendaknya dia melaksanakan wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan duduk. Jika duduk bisa menghilangkan rasa marahnya maka Alhamdulillah. Kalau tidak maka dia pun berbaring.

MP3 Mengatasi Penyakit Marah

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Mengatasi Penyakit Marah” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Selanjutnya: Tolok Ukur Indahnya Islam

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: