Ceramah Tentang Hati Manusia: Hati Yang Bersih

Berikut pembahasan Ceramah Tentang Hati Manusia: Hati Yang Bersih yang disampaikan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz As-Sindi Hafidzahullahu Ta’ala.

Mukaddimah Ceramah Tentang Hati Manusia: Hati Yang Bersih

Bismillahirrahmanirrahim..

Segala puji kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari keburukan-keburukan amal kita dan dari kejahatan jiwa kita. Sesungguhnya barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada yang akan bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya.

Kita bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau dan juga kepada para Sahabat dan keluarga beliau.

Ketahuilah para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sesungguhnya yang menjadi patokan dalam syariat adalah apa yang ada di dalam hati. Dan bahwasanya keselamatan di hari akhirat kelak tergantung kepada apa yang ada di hati manusia. Jika seseorang memiliki hati yang bersih, maka dia akan selamat pada hari kiamat kelak. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan hal ini dalam Al-Qur’an, bahwasanya yang selamat pada hari kiamat kelak adalah yang memiliki hati yang bersih. Allah berfirman:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Jika kita telah mengetahui bahwasanya keselamatan adalah dengan hati yang bersih, dan jika kita ingin selamat, maka tidak ada jalan lain kecuali kita harus berusaha membersihkan hati kita.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, majelis kita pada kesempatan kali ini, kita berharap Allah memberikan ganjaran bagi yang berbicara demikian juga bagi para hadirin sekalian. Kita ingin menjelaskan tentang sifat-sifat hati yang bersih. Harapan kita, jika kita sudah tahu isi hati yang bersih, kita bisa meraih derajat yang lebih mulia dengan membersihkan hati kita.

Para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sesungguhnya kedudukan hati di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sangatlah agung. Dan seorang yang ingin dan berharap untuk bisa selamat jiwanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka hendaknya dia benar-benar memperhatikan kondisi hatinya. Dalam Shahih Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim 2564)

Dan tidak ada yang samar bagi Allah, tidak ada yang tertutup di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah melihat seluruhnya. Akan tetapi makna dari hadits ini yaitu yang menjadi patokan, yang dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dari penglihatan tersebut seseorang memperoleh ganjaran atau hukuman atau adzab adalah penglihatan Allah terhadap apa yang ada di hatinya. Ini yang menjadi patokan utama.

Oleh karenanya, amal menjadi baik atau menjadi rusak tergantung apa yang ada di dalam hati. Karenanya para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengingatkan hal ini dengan sabdanya:

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Dan jika kita telah mengetahui bahwasanya perkaranya begitu luar biasa berkaitan dengan hati, maka hendaknya setiap kita selalu memperhatikan kondisi hatinya. Kenapa? Karena hati mudah terpengaruh, dengan sedikit pengaruh pun bisa berubah dengan begitu cepat berubah.

Dan kondisi hati seperti kondisi baju atau seperti kondisi tisu yang putih, mudah sekali terkena kotoran. Dan kalau terkena kotoran sedikit ia mudah sekali terkotori.

Oleh karenaya tatkala kita mengetahui kondisi hati yang mudah berubah, mudah terpengaruh, maka kita benar-benar memperhatikan kondisi hati kita setiap saat.

Karenanya diantara yang dipanjatkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan do’a yang panjang yang Nabi buka dengan do’anya:

رَبِّ أَعِنِّي وَلَا تُعِنْ عَلَيَّ

“Ya Allah tolonglah aku dan jangan Engkau tolong orang untuk mengalahkan aku.”

Lalu diakhir do’a tersebut kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِي

“Ya Allah, cabutlah kotoran hatiku”

Yaitu, “Ya Allah, keluarkan kotoran yang ada di dalam relung hatiku.”

Yang disebut dengan سَخِيمَةَ, asalnya adalah warna hitam yang terdapat dalam bagian hati yang paling dalam. Seakan-akan karena seringnya kelalaian yang datang menerpa hati berturut-turut tiada berhenti, maka mulailah menghitam hati kita, menghitam dan menghitam. Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a kepada Allah dengan do’a ini.

Padahal ini yang berdo’a adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang kita tahu bahwasanya hati beliau adalah hati yang terbersih, hati yang paling suci, itu pun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a dengan do’a agar Allah menghilangkan kotoran hati beliau. Bagaimana lagi dengan kita?

Oleh karenanya ini perkara yang sangat penting tatkala kita tahu bahwa hati kita sangat mudah terpengaruh dengan kotoran, dengan hal yang merusaknya, maka kita harus benar-benar memperhatikan hati kita.

Para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Hati yang bersih yang dimiliki oleh seorang, itulah yang menyelamatkan dia pada hari kiamat kelak. Hari dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Hati yang bersih adalah adalah hati yang dimiliki oleh para Nabi, para Rasul, dan juga orang-orang shalih setelah mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ ﴿٨٣﴾ إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٤﴾

Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah) ketika ia datang kepada Rabbnya dengan hati yang bersih:” (QS. Ash-Shaffat[37]: 83-84)

Maka orang-orang shalih, mereka adalah orang-orang yang memiliki hati yang bersih. Tatkala hati mereka bersih di dunia, maka merekapun selamat di akhirat. Akan tetapi, wahai hamba Allah jika engkau bertemu dengan Allah ternyata hatimu tidak bersih, ternyata hatimu kotor, maka berhati-hatilah. Bagaimana engkau akan meraih keselamatan?

Ketahuilah bahwasanya apa yang kamu kumpulkan di dunia ini; hartamu, anak-anakmu, perdaganganmu, segala yang engkau miliki tidak akan bermanfaat pada hari kiamat kelak jika ternyata kau datang kepada Allah dengan membawa hati yang tidak bersih.

Tahukah bagaimana engkau akan keluar dari dunia ini? Engkau akan keluar dari di dunia ini dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan tentang sifat orang-orang yang dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat kelak:

يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً

“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5102 dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha).

Jangankan kemewahan, jangankan mobil, jangankan dunia, kamu saja tidak punya sendal pada hari tersebut. Jangankan perhiasan dunia, bajumu saja kau tidak punya pada hari tersebut. Kau tidak akan keluar dengan memakai baju, keluar dalam kondisi tidak berpakaian. Demikian juga dalam kondisi belum disunat, akan dikembalikan kondisi ini oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَىٰ كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ

Kalian akan datang kepada Kami bersendirian-bersendirian sebagaimana Kami ciptakan kalian sebelumnya (yang tadinya sudah disunat kembali lagi dalam kondisi belum disunat) Dan seluruh yang pernah Kami berikan kepada kalian tatkala di dunia kalian akan tinggalkan” (QS. Al-An’am[6]: 94)

Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Yang menjadi perhatian Allah pada hari kiamat kelak adalah amalanmu, bagaimana hatimu. Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Yang selamat pada hari tersebut adalah yang bertemu dengan Allah dengan membawa hati yang bersih.”

Oleh karenanya ayat ini selalu kita ingat-ingat.

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Seluruh harta yang kita kumpulkan tidak bermanfaat, anak-anak yang kita banggakan tidak akan bermanfaat. Kecuali yang bertemu dengan Allah dengan hati yang bersih. Jadikan ayat tersebut selalu di hadapan mata kita agar kita senantiasa memperhatikan hati kita. Karena di dunia ini banyak sekali perkara yang menggiurkan, banyak sekali perkara yang melalaikan, sehingga kita lupa seakan-akan kita tidak akan bertemu dengan Allah, kita lupa bahwasannya dunia yang kita kumpulkan ini akan kita tinggalkan seluruhnya, kita lupa bahwasanya kita akan mati dan dibangkitkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka selalu jadikan ayat ini di hadapan mata kita.

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sebagian orang bertanya kepada yang lainnya, “Sesungguhnya apa tujuanmu hidup dalam kehidupan ini, apa cita-citamu?”

Tentunya cita-cita atau tujuan adalah perkara yang besar yang setiap orang berusaha untuk meraihnya dalam kehidupan ini. Adapun orang-orang yang memiliki akal yang rendah, maka cita-cita mereka hanya terbatas pada dunia yang sangat rendah. Yang dunia tersebut tidaklah bernilai di sisi Allah kecuali seperti sayap seekor nyamuk.

Sayap seekor nyamuk, berapa dijual? Kalau seandainya saya memiliki sayap nyamuk, kalian ingin beli sayap nyamuk dariku beberapa? Sangat tidak bernilai.

Orang-orang yang akalnya rendah, maka demikianlah tujuan mereka, cita-cita mereka hanyalah untuk murni perkara dunia. Tujuannya adalah bagaimana bisa meraih harta yang banyak, saya ingin meraih gelar yang tinggi supaya bisa menghasilkan uang yang banyak, saya ingin bisa mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya, itulah cita-cita mereka.

Akan tetapi orang-orang memiliki hati yang bersih, memiliki akal yang besar, maka cita-cita mereka adalah perkara yang lain. Mereka ingin bisa mencapai apa yang telah dicapai oleh Ibrahim ‘Alaihissalam. Sungguh Ibrahim Telah bertemu dengan Rabbnya dengan membawa hati yang bersih. Maka mereka ingin pula bertemu dengan Rabb mereka dengan membawa hati yang bersih. Inilah tujuan yang termulia, inilah tujuan yang tertinggi.

Maka hendaknya setiap kita bertanya dalam dirinya dan menjadikan cita-cita kehidupannya bagaimana saya bisa bertemu dengan Rabb saya dengan membawa hati yang bersih?

Ibrahim ‘Alaihissalam adalah teladan kita. Bahkan Ibrahim ‘Alaihissalam adalah teladan bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا

Kemudian kami wahyukan kepada engkau wahai Muhammad, ikutlah agama Ibrahim yang lurus.” (QS. An-Nahl[16]: 123)

Maka Ibrahim ‘Alaihissalam adalah qudwah (panutan) bagi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bagi para Nabi. Ibrahim ‘Alaihissalam telah bertemu dengan Rabbnya dengan hati yang bersih. Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bertemu dengan Rabbnya dengan hati yang bersih, para Sahabat telah bertemu dengan Rabb mereka dengan hati yang bersih, para syuhada telah bertemu dengan Rabb mereka dengan hati yang bersih, para shalihun telah bertemu dengan Rabb mereka dengan hati yang bersih. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana dengan kita? Bagaimana kita bisa bertemu dengan Rabb kita dengan hati yang bersih? Jadikanlah ini sebagai cita-cita kehidupan kita.

Hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Bahwasanya hendaknya kita menjadikan cita-cita kehidupan kita sejak saat ini, kita berusaha bertemu dengan Rabb kita dengan membawa hati yang bersih.

Bukanlah maksud dari pembahasan kita yaitu kita berpaling dari dunia, tidak. Bukan maksudnya kita menghindari dunia. Tapi jangan jadikan dunia sebagai nomor satu. Yang menjadi nomor satu harusnya bagaimana kita bertemu dengan Allah dengan hati yang bersih. Tempatkan dunia pada tempatnya, jadikanlah dunia nomor dua, tapi yang selalu di hadapan mata kita, yang selalu menjadi cita-cita kita adalah bagaimana bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hati yang bersih.

Apa itu hakikat hati yang bersih?

Apa itu hakikat hati yang bersih? Yang dengan hati yang bersih ini maka kita akan selamat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hati yang bersih adalah hati yang padanya terdapat lima sifat. Maka barangsiapa yang memperoleh sifat tersebut, ia dapati di dalam hatinya lima sifat tersebut, maka hendaknya dia bergembira. Berarti dia telah memiliki hati yang yang bersih. Lima sifat tersebut, yaitu:

  1. hati yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
  2. hati yang tunduk kepada perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
  3. hati yang pasrah dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala,
  4. hati yang selamat dari seluruh perkara yang memutuskan dia dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala,
  5. hati yang dia berdamai, mencintai wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memusuhi musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala

Barangsiapa yang memiliki lima sifat ini dalam hatinya, maka dia memiliki hati yang bersih. Maka pasang hati baik-baik untuk mendengar penjelasan tentang lima sifat hati yang bersih ini.

Selanjutnya: 1# Hati yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Video kajian Ceramah Tentang Hati Manusia: Hati Yang Bersih

Video: Tabligh Akbar : “Hati yang Bersih” (Prof.DR.Syaikh Sholih bin Abdil Aziz Sindi)

Mari turut menyebarkan catatan kajian “Ceramah Tentang Hati Manusia: Hati Yang Bersih” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 1
  • comment-avatar

    […] Transkrip sebelumnya: Ceramah Tentang Hati Manusia: Hati Yang Bersih […]

  • DISQUS: