Dosa Lisan Yang Berkaitan Dengan Diri Sendiri

Dosa Lisan Yang Berkaitan Dengan Diri Sendiri

Tulisan tentang “Dosa Lisan Yang Berkaitan Dengan Diri Sendiri” ini adalah catatan yang kami tulis dari video kajian Islam yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

A. Mukaddimah Kajian Dosa-Dosa Bahayanya Lisan
B. Dosa lisan yang berkaitan dengan hak Allah

C. Dosa lisan yang berkaitan dengan diri sendiri

Menit ke-17:46 Dosa-dosa yang berkaitan dengan diri sendiri, diantaranya seperti:

1. Beramar ma’ruf nahi munkar namun tidak mengerjakan

Dalam satu hadits, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ

“Seseorang didatangkan pada hari kiamat kemudian dilemparkan dalam neraka jahannam.”

فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ

“Kemudian ususnya keluar dengan tiba-tiba dari duburnya.”

فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ

“Kemudian dia pun berputar-putar di suatu tempat dengan ususnya tadi seperti keledai yang berputar-putar ketika menggiling biji-bijian.”

فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ

“Maka penghuni neraka pun berkumpul melihat dia,” mereka mengenal orang ini. Orang ini dulu adalah da’i yang suka memberi nasihat, suka memberi pengarahan lewat ceramah, lewat tulisan, lewat facebook, nasihat-nasihat di status yang indah, punya channel-channel dakwah, orang mengenalnya. Maka mereka mengatakan:

مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ

“Ada apa dengan engkau? Bukankah engkau dahulu yang telah menyuruh kami untuk berbuat kebaikan? Bukankah engkau dahulu yang telah melarang kami dari perbuatan kemungkaran?”

Maka dia mengatakan:

كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

“Saya dulu di dunia menyuruh kalian untuk berbuat kebajikan namun saya sendiri tidak melakukannya. Saya dulu di dunia melarang kalian dari kemungkaran tapi saya sendiri melanggarnya.” (HR. Bukhari)

Dan ini peringatan keras bagi orang-orang yang hobi menasihati, hendaknya dia berusaha melaksanakan apa yang dia ucapkan. Maka sering dikatakan bahwasanya nasihat yang kita tulis di status atau yang kita share, yang paling utama adalah untuk diri kita sendiri sebelum yang lainnya. Seorang berusaha. Tapi kalau dia sudah berusaha ternyata dia terjerumus dalam kesalahan, maka dia istighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tapi kalau setiap dia sebarkan lalu dia melanggar terus, maka ini berbahaya bagi diri sendiri. Beramar ma’ruf nahi munkar bisa membuat orang berada di tingkat yang tinggi di surga dan bisa menjerumuskan orang dalam neraka jahanam, hati-hati kepada orang yang hobi-hobi berdakwah seperti saya dan yang lainnya, hati-hati juga bagi orang yang berkecimpung dalam bidang dakwah. Jangan sampai kita seperti perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ تَشَبَّعَ بِمَا لَمْ يُعْطَ فَهُوَ كَلابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ

“Barangsiapa bergaya dengan apa yang tidak dia miliki, seakan-akan dia memakai dua pakaian kedustaan.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Maka hati-hati, beramal nahi munkar tapi kalau tidak dikerjakan berbahaya.

2. Membeberkan rahasia ranjang

Menit ke-21:20 Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: الرَّجُلُ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ، وتُفْضِي إِلَيْهِ، ثم يَنْشُرُ سِرَّهَا

“Diantara orang yang paling buruk kedudukannya pada hari kiamat kelak adalah seorang laki-laki yang mendatangi istrinya (digauli), kemudian dia pun menceritakan rahasia istrinya kepada orang lain.” (HR. Muslim)

Dia bercerita bahwa kalau berhubungan dengan istri saya begini begini, saya kalau dengan istri pertama begini, dengan istri kedua begini, ini tidak diperbolehkan, ini adalah dosa besar, ini adalah rahasia antara dia dengan istrinya, ini adalah amanah yang tidak boleh dia bongkar. Tentang amanah istrinya, tentang kehidupan ranjangnya, ini tidak boleh diceritakan kepada siapapun.

Perempuan pun demikian, hadits ini berkaitan dengan laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan tidak boleh menceritakan bagaimana suaminya ketika di ranjang. Kadang mengejek suaminya, perkara yang memalukan kemudian dibongkar-bongkar. Ini adalah dosa besar, bukan dosa kecil.

Bisa kita bayangkan betapa banyak orang yang terjerumus dalam hal ini. Kadang-kadang ibu-ibu kumpul-kumpul diantara mereka lalu cerita tentang suami mereka. Masalah ranjang, baik itu perkara baik atau buruk, maka itu tidak boleh cerita tentang masalah ranjang. Ini dosa besar.

Kita bisa bayangkan, bahwa kalau sekedar cerita saja tidak boleh, apalagi kemudian dia memvideokan lalu memasukkan dalam medsos lalu tersebut, tentu ini lebih besar lagi.

Ini juga dalil bahwasanya orang yang melihat orang berhubungan juga tidak boleh. Hal ini berkaitan dengan amanah yang kita ingin lihat. Maka hati-hati, seorang kadang-kadang ceritanya sekedar untuk bunga agar pembicaraan bisa hidup kembali dia cerita rahasia suaminya, carita rahasia istrinya, maka ini hukumnya haram.

3. Membongkar aib sendiri setelah ditutup oleh Allah

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا المُجَاهِرِينَ

“Seluruh umatku akan selamat dari neraka dan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali orang-orang yang menampakkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Diantara makna menampakkan yang terbetik dalam benak kita yaitu dia bermaksiat terang-terangan. Minum khamr kemudian dia videokan dan disebarkan, berzina dia nampakkan dan bangga dengan hal tersebut, membuka aurat di panggung, bermain sinetron dengan terbuka aurat, ini orang yang menampakkan kemaksiatan terang-terangan tanpa malu-malu.

Tapi diantara satu bentuk mujaharah (manampakkan) yaitu seseorang yang dia bermaksiat di malam hari dan Allah telah menutup aibnya, kemudian di pagi hari dia bercerita kepada orang lain. Ketika malam dia bermaksiat, entah dia melakukan apa, entah dia melihat yang haram, entah dia berhubungan dengan wanita haram atau laki-laki yang tidak benar, entah dia minum khamr, narkoba atau yang lainya. Kemudian Allah sudah tutup aibnya, kemudian dia cerita. Ini tidak diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah sudah tutup aibnya tapi dia cerita. Maka seseorang hati-hati.

Kita bercerita saja tentang dosa kita dalam rangka sedih atau menyesal, itu tidak boleh. Apalagi dengan membanggakan. Kalau ente sedih, sudah serahkan dan bertaubat kepada Allah. Ada yang pernah bilang: “Mau lihat ini cewek-cewek yang pernah tidur sama saya, ini fotonya.” Kenapa pamer maksiat? Zina kenapa dipamerkan?

Oleh karenanya seorang waspada, kalau dia melakukan maksiat, jangan ceita kepada siapapun. Dia tutup, jangan ceritakan kepad orang lain, karena hal itu maksiat yang Allah tidak suka. Allah sudah tutup, jangan dibongkar dosa yang kita lakukan.

4. Mencela demam

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjenguk seorang wanita kemudian dia kesakitan, Rasulullah bertanya: “Ada apa dengan engkau?” Maka dia berkata:

الحُمَّى لاَ بارَكَ اللَّه فِيهَا

“Ya Rasulallah, ini demam, Allah tidak memberkahi demam ini.”

Rasulullah tegur:

لاَ تَسُبِّي الحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايا بَني آدَمَ، كَما يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبثَ الحدِيدِ

“Jangan engkau mencela demam. Sesungguhnya demam itu menghilangkan dosa-dosa anak Adam sebagaimana alat pandai besi menghilangkan karatan besi.” (HR. Muslim)

Jadi jangan kau cela, ini Allah yang mentakdirkan, Allah yang memberikan kau sakit, harusnya kita katakan:

طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Semoga diampuni dosa-dosaku dengan penyakit ini, kita sabar menghadapinya, kalau kita sakit pun jangan kita cela penyakit tersebut. Kalau demam saja tidak boleh dicela, apalagi penyakit-penyakit yang lain. Termasuk penyakit-penyakit yang besar. Maka tidak boleh seseorang terkena penyakit kemudian dia marah. Berarti dia tidak ridha dengan keputusan Allah. Kalau dia maki-maki sakit yang dia hadapi dan dia marah-marah, maka penyakit tersebut bisa jadi tidak menghapuskan dosa-dosanya bahkan dia semakin terpuruk dan semakin berdosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka waspada, jangan kita melakukan dosa dengan mencela penyakit yang kita rasakan. Karena kalau demam saja bisa menghapuskan dosa-dosa, apalagi penyakit-penyakit yang lain yang lebih berbahaya.

5. Meratapi mayat

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الخُدُودَ ، وَشَقَّ الجُيُوبَ ، وَدَعَا بِدَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ

“Bukan dari golongan kami orang terkena musibah kemudian dia menampar-nampar pipinya, dia merobek-robek bajunya, kemudian dia menyeru dengan seruan-seruan jahiliyah.” (HR. Bukhari)

Diantaranya kata Nabi:

النائِحَة إذا لمْ تتبْ قبْلَ مَوْتِهَا تقامُ يَوْمَ القِيَامَةِ وَ عَليْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قطِرَان وَ درْعٌ مِن جَرَبٍ

Wanita yang berniyahah (mera-tapi mayat yang dilarang syariat) apabila tidak bertaubat sebelum kematiannya maka akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan memakai pakaian yang dia pakai di neraka yang membuat kulitnya gatal-gatal.” (HR. Muslim)

Ini adalah dosa besar. Oleh karenanya seorang lelaki maupun wanita (kebanyakan wanita), kalau ditimpa musibah, entah anaknya meninggal atay suaminya meninggal, jangan kemudian dia teriak-teriak meratapi. Berbeda dengan agama lain yang seolah-olah ratapan tersebut menunjukkan bahwa dia sangat cinta kepada suaminya, Islam tidak mengajarkan demikian. Islam mengajarkan kita bersabar. Menangis boleh, tapi kalau teriak-teriak maka tidak boleh. Ini semua haram hukumnya.

Ini tidak berkaitan dengan orang lain, tapi berkaitan dengan diri sendiri.

6. Menyanyi sambil bermusik-musik

Seperti seseorang bermain tik-tok pakai musik dan bernyanyi sendiri. Subhanallah, ini argo dosanya berjalan terus. Maka seseorang waspada karena musik adalah dosa besar, tidak boleh seseorang bernyanyi dengan musik-musik. Ini diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

D. Dosa lisan yang berkaitan dengan orang lain

Baca di sini: Dosa lisan yang berkaitan dengan orang lain

Video Kajian Dosa Lisan Yang Berkaitan Dengan Diri Sendiri

Sumber Video: Dosa-Dosa Bahayanya Lisan

Mari turut menyebarkan kajian “Dosa Lisan Yang Berkaitan Dengan Diri Sendiri” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: