Tulisan tentang “Keutamaan Bulan Ramadhan dan Al-Qur’an” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullahu Ta’ala.
Navigasi Catatan:
Keutamaan Bulan Ramadhan dan Al-Qur’an
Menit ke-”1:47” Segala puji kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepada beliau serta para pengikut beliau sampai akhir zaman.
Para pendengar sekalian,
Pada kesempatan kemarin kita telah memulai pembahasan tentang keutamaan bulan Ramadhan dan kekhususannya yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Kita telah menyebutkan beberapa ayat yang menunjukkan hal ini. Antara lain firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)
Dan juga ayat lain;
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (QS. Al-Qadr[97]: 1)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad-Dukhan[44]: 3)
Sebagaimana kita ketahui Lailatul Qadar itu terjadi pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Semua ayat di atas menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan dan disyariatkan bagi umat Islam untuk memperbanyak tilawah/ bacaan dan tadabbur ayat Al-Qur’an. Karena tadabbur adalah salah satu maksud diturunkannya Al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad[38]: 29)
Cara Sahabat Membagi Al-Qur’an
Menit ke-”04:40” Kemarin telah kami janjikan untuk membahas tentang bagaimana dahulu para sahabat membagi Al-Qur’an menjadi tujuh bagian kemudian mereka membaca setiap bagian tersebut setiap hari, sehingga bisa menyelesaikan Al-Qur’an dalam 7 hari.
Menit ke-”06:50” Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad dalam kitab beliau Al Musnad dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Aus bin Hudzaifah rahimahullah, beliau berkata,
سَأَلْتُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُحَزِّبُونَ الْقُرْآنَ ؟ قَالُوا : ثَلَاثٌ ، وَخَمْسٌ ، وَسَبْعٌ ، وَتِسْعٌ ، وَإِحْدَى عَشْرَةَ ، وَثَلَاثَ عَشْرَةَ ، وَحِزْبُ الْمُفَصَّلِ وَحْدَهُ
“Aku bertanya kepada para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bagaimana mereka membagi-bagi Al-Qur’an?” Mereka menjawab, “Dibagi menjadi 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan hizb mufashol (surah-surah pendek) tersendiri.”
Cara yang sudah disebutkan dalam hadits di atas juga dijelaskan dengan cara yang sama oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau yang terkenal, ketika beliau menafsirkan surah Qaf yang merupakan awal dari surah-surah mufashshal (surah-surah pendek) menurut pendapat yang beliau pilih.
Beliau menjelaskan cara yang dipakai oleh para sahabat adalah sebagai berikut;
Pada hari ke-1 mereka membaca tiga surah (selain Al Fatihah); Surah Al Baqarah, Ali Imran, dan An Nisa.
Hari ke-2 mereka membaca lima surah, yaitu surah Al Maidah, Al An’am, Al A’raf, Al Anfal, dan Baro’ah atau At Taubah.
Kemudian pada hari yang ke-3 mereka membaca tujuh surah, yaitu surah Yunus, Hud, Yusuf, Ar Ra’ad, Ibrahim, Al Hijr, dan An Nahl.
Pada hari yang ke-4 mereka membaca sembilan surah, yaitu surah Al Isra, Al Kahf, Maryam, Thaha, Al Anbiya, Al Hajj, Al Mukminun, An Nur, dan Al Furqan.
Menit ke-”07:40” Kemudian pada hari yang ke-5 membaca 11 surah, yaitu Asy Syu’ara, An Naml, Al Qashash, Al Ankabut, Ar Rum, Lukman, As Sajadah, Al Ahzab, Saba’, Fathir, dan surah Yasin.
Di hari yang ke-6 ada 13 surah, yaitu surah Ash Shaffat, Shad, Az Zumar, Ghafir, Fushilat, Asy Syura, Az Zukhruf, Ad Dukhan, Al Jasiyah, Al Ahqaf, Muhammad (Al Qital), Al Fath, dan Al Hujurat.
Lalu di hari yang ke-7 dibaca semua surah mufashshal (surah-surah pendek) mulai dari surah Qaf sampai An Nas.
Untuk memudahkan kita menghafalnya, pada hari pertama kita membaca tiga surah. Kemudian hari-hari berikutnya tambah bilangannya dengan bilangan ganjil di atasnya; 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan baru kemudian surah mufashshal semuanya.
Waktu Ideal Khatam Al-Qur’an
Menit ke-”19:26” Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr, beliau bertanya kepada Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Wahai Rasulullah, dalam berapa hari aku (sebaiknya) membaca seluruh isi Al-Qur’an (mengkhatamkannya)?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
« اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ » . قُلْتُ إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ « فَاقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ »
“Bacalah (khatamkanlah) Al-Qur’an dalam sebulan.” ‘Abdullah bin ‘Amr lalu berkata, “Aku mampu menambah lebih dari itu.” Beliau pun bersabda, “Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam tujuh hari, jangan lebih dari pada itu.” (HR. Bukhari No. 5054)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
لَا يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثٍ
“Tidak termasuk memiliki pemahaman orang yang membaca Al Qur’an kurang dari tiga hari.” (HR. At Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Jadi, kita menyelesaikannya minimal dalam waktu tiga hari. Kemudian bagi siapa yang ingin menyelesaikan Al-Qur’an dalam tiga hari, hendaknya dia membaca 10 juz dalam sehari. Lalu bagi yang ingin menyelesaikan Al-Qur’an setiap pekan, maka dia bisa membagi Al-Qur’annya seperti dengan cara yang telah kita jelaskan di atas.
Kemudian bagi yang ingin membaca Al-Qur’an dalam waktu satu bulan, maka dalam satu bulan dia bisa membaca satu juz per hari. Demikian, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita petunjuk dan bimbingan.
Menit ke-”24:30” Apa yang telah kita sebutkan di atas merupakan cara yang mudah untuk kita mengingat dan mempraktekkannya. Imam Abu Daud dalam kitab beliau Sunan Abi Dawud yang terkenal, menyebutkan sebuah bab yang berjudul Bab Pembagian Al-Qur’an.
Kemudian beliau meriwayatkan sebuah atsar dari Ibnu Hath beliau berkata, “Aku ditanya oleh Nafi’ bin Jubair bin Muth’im di mana ia mengatakan,
“Dalam berapa hari kamu membaca Al-Qur’an?” Maka aku berkata kepadanya, “Aku tidak membaginya.” Lalu Nafi’ berkata kepadaku, “Jangan kamu katakan ‘aku tidak membaginya’, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, ‘Aku telah membaca satu bagian (1 juz) dari Al-Qur’an’.”
Kemudian perawi mengatakan, “Aku kira hadits tersebut telah disebutkan dari Mughirah Bin Syu’bah.” Ini hadits riwayat Abu Daud dalam kitab beliau Sunan Abi Daud. Lalu setelah menyebutkan hadits ini, dalam bab yang sama, beliau menyebutkan hadits Aus bin Hudzaifah yang telah kita sebutkan tadi.
Jadi kalau ada yang ingin menyelesaikannya dalam tujuh hari, kemudian membaginya dengan cara menghitung halaman Al-Qur’an misalnya, maka itu boleh dan tidak masalah. Namun cara yang sudah kita sebutkan di atas juga merupakan cara yang mudah dan diriwayatkan dari generasi awal umat Islam.
Keutamaan surah-surah Di Al-Qur’an
1. Surah Al Fatihah
Menit ke-”30:46” Kemudian kita akan memasuki pembahasan yang lain pada kajian ini. Yaitu tentang keutamaan beberapa surah dalam Al-Qur’an. Di dalam hadits disebutkan bahwasanya surah yang paling afdhal/ utama adalah surah Al-Fatihah. Tidak pernah diturunkan surah yang sepertinya baik dalam Al-Qur’an, Taurat, Zabur, maupun Injil.
Disebutkan juga bahwasanya surah ini adalah Ummul Qur’an, yaitu induknya Al-Qur’an.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu saat menemui Ubay bin Ka’ab yang saat itu sedang shalat. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggilnya, “Wahai Ubay.” Lalu Ubay menoleh namun tidak memenuhi panggilan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kemudian beliau meneruskan shalat, namun mempercepatnya. Lalu beliau datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata, “Assalamualaika, Ya Rasulullah.” Dan Rasulullah menjawab, “Wa’alaykassalaam. Wahai Ubay, apa yang menghalangimu untuk menjawab panggilanku ketika aku memanggilmu?”
Lalu Ubay menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi saya sedang shalat.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Apakah kamu tidak mendapatkan dalam wahyu yang Allah turunkan kepadaku, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,” (QS. Al-Anfal[8]: 24)
Lalu Ubay berkata, “Betul, wahai Rasulullah. Maka saya tidak akan mengulanginya, In syaa Allah.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Apakah kamu mau aku ajari surah yang tidak pernah diturunkan yang sepertinya, baik dalam Taurat, Injil, Zabur, maupun dalam Al-Qur’an?”
Ubay pun berkata, “Iya, wahai Rasulullah.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Bagaimana kamu membaca dalam Al-Qur’an?” Ubay membaca surah Al-Fatihah. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا أُنْزِلَتْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا
“Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah diturunkan dalam At-Taurah, Al-Injil, Az-Zabur, dan Al-Furqan (Al-Qur’an), semisal (semulia) Al-Fatihah.” (HR. At-Tirmidzi, sahih)
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي ، وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ
“Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin (surah Al-Fatihah) adalah As-Sab’ul Matsani dan ia adalah Al-Qur’an Al-‘Azhiim yang dianugerahkan kepadaku.” (HR. Bukhari)
Di antara keutamaan surah Al-Fatihah adalah bahwasanya shalat salah seorang dari kita tidak akan sah kecuali membaca surah ini dalam setiap rakaat.
2. Ayat Kursi
Menit ke-”36:02” Dan ayat yang paling agung dalam Al-Qur’an adalah Ayat Kursi. Kalau surah yang paling agung adalah surah Al-Fatihah, maka ayat yang paling agung adalah ayat kursi. Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قَالَ قُلْتُ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ. قَالَ فَضَرَبَ فِى صَدْرِى وَقَالَ « وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ »
“Wahai Abul Mundzir, ayat apa dari kitab Allah yang ada bersamamu yang paling agung?” Aku menjawab, “Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum.” Lalu beliau memukul dadaku dan berkata, “Semoga engkau mudah memperoleh ilmu, wahai Abul Mundzir.” (HR. Muslim no. 810)[1]
3. Surah Al Ikhlas
Menit ke-”39:38” Kemudian di antara hadits yang diriwayatkan dalam Bab Keutamaan Sebagian surah adalah keutamaan surah Al-Ikhlas. Di mana surah al-ikhlas disebut menyamai sepertiga Al-Qur’an.
Dalam sebuah hadits riwayat Al Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, ada seseorang yang mendengar seseorang yang lain membaca surah Al-Ikhlas dengan mengulang-ulang. Maka pada pagi harinya dia datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bercerita tentang kejadian tersebut dengan seolah-olah menganggap remeh terhadap surah Al-Ikhlas.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
في: {قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ} : «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ»
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surah Al-Ikhlas itu menyamai 1/3 dari Al-Qur’an.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits yang lain, dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu ketika bertanya kepada para sahabat,
أَيَعْجِزُ أحَدُكُمْ أنْ يَقْرَأَ بِثُلُثِ القُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ
“Apakah seseorang di antara kalian tidak bisa membaca sepertiga Al-Qur’an setiap hari?” Maka para sahabat menganggap hal tersebut berat. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
{ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ } : ثُلُثُ الْقُرْآنِ
“Surah Al-Ikhlas itu adalah sepertiga Al-Qur’anul Karim.”[2]
Para ulama menyebutkan bahwa surah Al-Ikhlas dikatakan menyamai sepertiga Al-Qur’an karena surah ini khusus berisi tentang penjelasan tentang sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Telah kita ketahui bahwasanya Al-Qur’an itu ada tiga bagian. Sepertiga berupa hukum-hukum, sepertiganya lagi berupa janji dan ancaman dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan sepertiga yang terakhir adalah berisi tentang Asmaul Husna (sifat-sifat Allah yang mulia). Dan surah Al-Ikhlas mendapat pengkhususan untuk yang terakhir ini, untuk membahas sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga berhaklah ia disebut menyamai sepertiga Al-Qur’an.
Hadits-Hadits Lemah/ Palsu
Menit ke-”45:03” Kemudian perlu kita ketahui bahwasanya hadits-hadits yang membahas tentang keutamaan surah-surah atau ayat-ayat dalam Al-Qur’an itu cukup banyak. Namun banyak juga di antara hadits-hadits tersebut yang tidak shahih. Artinya tidak lepas dari hal-hal yang membuatnya menjadi lemah. Bahkan sebagian lagi merupakan hadits-hadits palsu yang merupakan kedustaan atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Oleh karenanya, masing-masing dari kita hendaknya bertanya kepada para ulama jika menemukan hadits-hadits yang perlu penjelasan. Ada sebuah kaidah yang Ibnul Qayyim rahimahullah sebutkan dalam kitab beliau Al Manarul Munir, tentang keutamaan surah-surah di dalam Al-Qur’an.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Dan di antara hadits-hadits palsu adalah penyebutan keutamaan surah-surah dan pahala orang yang membacanya. Yaitu hadits yang mengatakan, ‘Barang siapa yang membaca surah ini, maka dia akan mendapatkan pahala seperti ini.’ Dari awal Al-Qur’an sampai surah yang terakhir.
Sebagaimana yang Ats Tsa’laby dan Al Wahidi sebutkan di permulaan setiap surah dan Az Zam As Sakhri di setiap akhir surah. Ini semuanya adalah hadits-hadits palsu. Abdullah bin Mubarak mengatakan, “Saya kira, orang-orang zindiq/ munafik yang membuat hadits-hadits palsu ini.”
Hadits-Hadits Shahih
Kemudian beliau menyebutkan bahwa yang shahih di antara hadits-hadits keutamaan surah adalah hadits tentang keutamaan surah Al Fatihah. Yang mana tidak pernah diturunkan surah sepertinya di dalam Taurat, Injil, Zabur, Al-Qur’an, maupun kitab-kitab yang lainnya.
Kemudian hadits surah Al-Baqarah dan Ali Imran, yang menyebutkan keduanya adalah bunga. Lalu hadits tentang ayat kursi yang menyebutkan bahwasanya ia merupakan ayat yang paling utama dalam Al-Qur’an.
4. Surah Al Baqarah
Selanjutnya hadits tentang dua ayat terakhir surah Al-Baqarah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)
Kemudian hadits tentang surah Al-Baqarah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim no. 780)
5. Surah Al Kahfi
Lalu hadits tentang 10 ayat pertama dari surah Al Kahfi. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
ومن قرأ عشر آياتٍ من آخرها ثم خرج الدجال لم يسلط عليه
“Siapa yang membaca sepuluh ayat akhir dari surah Al Kahfi, kemudian Dajjal muncul, maka ia tidak akan mampu menguasainya.” (HR. Al Hakim).
Selanjutnya hadits tentang surah Al Ikhlas, bahwasanya ia menyamai sepertiga Al-Qur’an.
6. Muawwidzatain
Kemudian di antara yang shahih juga adalah hadits mu’awwidzatain, yaitu
قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »
“Katakanlah (bacalah surah), “qul huwalllahu ahad.”(surah Al-Ikhlas) dan al-mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan An-Naas) ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akan mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan.” (HR. Abu Daud, no. 5082 dan An-Nasai, no. 5428)
7. Surah Al Zalzalah dan Al Kafirun
Lalu ada juga beberapa hadits yang shahih juga tapi tidak sekuat hadits-hadits yang kita sebutkan di atas. Antara lain hadits;
إِذَا زُلْزِلَتْ تَعْدِلُ نِصْفَ القُرْآنِ
“surah az-Zalzalah setara dengan setengah al-Qur`ân.” (HR. At Tirmidzi, beliau menghukuminya sebagai hadits gharib)
Kemudian hadits yang menyebutkan bahwasanya surah Al-Kafirun menyamai seperempat Al-Qur’an. Dan hadits surah Al-Mulk;
من قرأ { تبارك الذي بيده الملك } كل ليلة منعه الله بها من عذاب القبر
“Barang siapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surah Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur.” (Hadits ini mauquf, hanya perkataan Abdullah bin Mas’ud saja)
Kemudian hadits-hadits yang lain seperti yang artinya “Jika membaca surah ini, maka dia akan mendapat pahala surah ini.” Yang seperti merupakan hadits palsu. Mendustakan atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dan orang-orang yang membuat hadits-hadits palsu ini telah mengakuinya dengan mengatakan, “Aku telah menciptakan hadits-hadits ini dengan maksud menyibukkan orang-orang dengan Al-Qur’an, agar mereka tidak menyibukkan diri mereka dengan selain Al-Qur’an.”
Kemudian di antara kalangan orang-orang bodoh para pemalsu hadits ada yang mengatakan, “Kami berbohong untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bukan berbohong atas nama beliau.” Padahal orang ini tidak mengetahui bahwa barang siapa yang telah membuat sebuah hadits/ mengatakan sesuatu yang tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ucapkan, maka berarti dia telah berdusta atas nama beliau. Dan dia berhak untuk mendapatkan ancaman yang sangat kejam.”
Tingkatan Pembaca Al-Qur’an
Menit ke-”51:19” Perlu kita ketahui juga bahwa keutamaan pembaca Al-Qur’an ini berbeda dari satu kondisi seseorang kepada kondisi orang lain. Jadi, bisa jadi orang yang membaca surah yang tidak lebih utama, tapi dia iringi dengan kekhusyukan, tadabbur, dan azzam/ semangat untuk mengamalkan surah yang tidak lebih utama tersebut, bisa jadi mendapatkan pahala lebih dari pada orang yang membaca sebuah ayat yang lebih mulia/ agung, namun dia membacanya tanpa tadabbur, kekhusyukan, dan tanpa azzam untuk mengamalkan kandungan ayat tersebut.
Menit ke-”54:04” Kemudian di akhir kajian ini, kami nasihatkan kepada umat Islam semua untuk memanfaatkan kesempatan dan nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita dengan sampainya kita ke bulan Ramadhan yang mulia ini.
Hendaknya kita memberikan perhatian lebih kepada Al-Qur’an dengan memperbanyak bacaan tilawah dan tadabbur terhadap ayat-ayatNya. Dan hendaknya kaum pria memperbanyak pergi ke masjid untuk membaca/ mendengarkan Al-Qur’an di masjid tersebut. Sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan dalam hadits;
« أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ » . فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ . قَالَ « أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ » .
“Siapakah di antara kalian yang suka berangkat pagi setiap hari ke Bathhan atau ‘Aqiq dan pulangnya membawa dua onta yang besar punuknya tanpa melakukan dosa dan memutuskan tali silaturrahim?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, kami suka hal itu.” Beliau bersabda: “Tidak adakah salah seorang di antara kamu yang pergi ke masjid, lalu ia belajar atau membaca dua ayat Al-Qur’an? Yang sesungguhnya hal itu lebih baik dari pada memperoleh dua ekor onta, tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor onta, empat ayat lebih baik daripada empat ekor onta dan (jika lebih) sesuai jumlah itu dari beberapa ekor onta.” (HR. Muslim)[3]
Demikian yang bisa kami sampaikan hari ini. Insya Allah pada pertemuan esok hari kita akan membahas pembahasan yang masih berhubungan dengan kekhususan bulan Ramadhan dengan Al-Qur’an. Dan kita berdoa semoga Allah Subhanahu Ta’ala menjadikan kita semua termasuk ahli Qur’an yang merupakan orang-orang pilihan-Nya.
Mp3 Kajian Keutamaan Bulan Ramadhan dan Al-Qur’an
Podcast: Download (Duration: 1:24:49 — 14.6MB)
Sumber mp3: radiorodja.com
Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Keutamaan Bulan Ramadhan dan Al-Qur’an” ini di media sosial yang Anda miliki baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.
Referensi:
[1] https://rumaysho.com/11675-kapan-memuji-orang-lain-di-hadapannya-dibolehkan.html
[2] https://www.radiorodja.com/50774-keistimewaan-surah-al-fatihah-al-ikhlas-al-falaq-dan-an-nas/
[3] https://konsultasisyariah.com/12884-keutamaan-dan-motivasi-membaca-alquran-di-bulan-ramadhan.html
Komentar