Khutbah Jumat: 6 Kiat Meraih Negeri Yang Aman (Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc.)

Khutbah Jumat: 6 Kiat Meraih Negeri Yang Aman (Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc.)

Khutbah Jumat: Bimbingan Ulama Saat Terjadi Fitnah
Khutbah Jumat Tentang Praktik Riba
Khutbah Jumat Tentang Fitnah Dunia

Berikut khutbah jumat tentang “6 Kiat Meraih Negeri Yang Aman” yang disampaikan Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc. Hafizhahullahu Ta’ala pada tanggal  13 Agustus 2023.

Khutbah Pertama Tentang 6 Kiat Meraih Negeri Yang Aman

Pertama-tama, marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dengan limpahan nikmat hidayah serta pertolonganNya, kita masih bisa melangkahkan kaki ke tempat yang mulia ini dalam rangka beribadah kepada Allah, dengan mendengarkan khutbah Jumat dan shalat Jumat berjamaah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima semua amal ibadah kita.

Kemudian, saya wasiatkan kepada diri saya dan kepada jamaah sekalian, untuk senantiasa bertakwa kepada Allah. Takwa, dalam artian dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah diatas cahaya dari Allah, diatas dalil dari Al-Qur’an maupun sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam rangka mengharapkan pahala dari Allah. Dan takwa dalam artian meninggalkan kemaksiatan kepada Allah diatas cahaya dari Allah, dalam rangka takut akan adzab Allah.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah, sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwasanya Islam adalah agama yang sempurna, agama yang telah menjelaskan kepada kita segala hal yang bisa mendatangkan kemaslahatan dan sekaligus mencegah dari segala kemudharatan.

Allah berfirman:

…الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ…

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 3)

Bahkan orang Yahudi di zaman para sahabat, mereka tahu bahwa Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan semuanya kepada kita. Kata orang Yahudi kepada Salman Al-Farisi: “Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu. Sampai masalah buang hajat.” Kata Salman: “Betul, Rasul mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh menghadap ke kiblat atau membelakangi kiblat ketika buang hajat.”

Kalau masalah buang hajat saja, masalah yang privasi, Islam telah menjelaskan dengan sangat detail. Apalagi masalah yang mencakup suatu negeri, suatu masyarakat, yang berkaitan dengan keamanan suatu negeri. Maka Al-Qur’an dan Sunnah telah menjelaskan kepada kita semuanya, bagaimana kiat meraih negeri yang aman sekaligus dibarokahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan kita sebagai seorang muslim yang berakal sehat, pasti menginginkan negeri yang kita cinta ini menjadi negeri yang aman dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sebagai seorang muslim, kita kembali kepada pedoman hidup kita, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan Al-Qur’an serta Sunnah Rasul menjelaskan dengan sedetail-detailnya bagaimana meraih negeri yang aman tersebut.

1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Yang pertama, ma’asyiral muslimin, kalau kita ingin negeri kita aman dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada jalan lain kecuali dengan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam ibadah dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan kepada Allah.

Allah berfirman:

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ ‎﴿٣﴾‏ الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ ‎﴿٤﴾‏

“Hendaklah mereka beribadah kepada Allah Rabbnya Ka’bah, mengesakan Allah dalam ibadah, menyerahkan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah. Yang Allah-lah yang memberi kepada mereka makanan (menghilangkan) dari kelaparan dan menganugerahkan kepada mereka keamanan dari ketakutan.” (QS. Quraisy[106]: 3-4)

Ini kata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau kita menghendaki keamanan dalam diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, negeri kita, jalan yang utama dan pertama adalah mengesakan Allah dalam ibadah, menyerahkan semua ibadah kita, baik shalat, puasa, zakat, haji, penyembelihan, sumpah, istighatsah (minta pertolongan) hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ‎﴿٥﴾

“Hanya kepada Engkau-lah Ya Allah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah[1]: 5)

Dan Allah juga berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

“Dan orang-orang yang beriman, yang bertauhid, yang mengesakan Allah dalam ibadah, dan tidak mencampur adukkan iman dan tauhid mereka dengan kesyirikan, bagi mereka keamanan dan mereka mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-An’am[6]: 82)

Kalau kita mau aman, pegang erat tauhid, jauhi kesyirikan (penyembahan kepada selain Allah). Kalau kita mau negeri yang kita cinta ini menjadi negeri yang aman, maka wajib kita betul-betul menyerahkan semua ibadah kita kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Hanya beribadah kepada Allah, tidak beribadah kepada Nabi, tidak beribadah kepada Wali yang telah mati, namun beribadah hanya kepada Allah.
Maka pasti Allah akan menurunkan kepada negeri kita keamanan yang hakiki. Dan itu pula yang Allah firmankan dalam ayat yang lain:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا…

“Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan beramal shalih. (1) Allah akan menjadikan mereka sebagai penguasa di atas muka bumi ini sebagaimana Allah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai penguasa. (2) Allah akan mengokohkan agama yang Allah ridhai bagi mereka. (3) Allah akan merubah ketakutan mereka dengan keamanan…” (QS. An-Nur[24]: 55)

Allah meminta dari kita satu syarat saja. Apa itu? Yaitu يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا “Mereka harus beribadah kepadaKu saja dan tidak berbuat kesyirikan.”

Ini ma’asyiral muslimin, kiat pertama dan utama meraih keamanan, baik untuk diri kita pribadi, untuk keluarga kita, untuk masyarakat kita, untuk negeri kita, pegang erat tauhid dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Banyak-banyak berdoa kepada Allah

Yang kedua, kalau mau negeri kita menjadi negeri yang aman, banyak-banyaklah berdoa kepada Allah, memohon kepada Allah keamanan. Karena kata para ulama doa adalah kunci kebaikan, dalam urusan dunia maupun akhirat.

Allah berfirman:

…ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ…

“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan.” (QS. Ghafir[40]: 60)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ…

“Apabila hambaKu bertanya kepadamu tentang diriKu, jawablah Aku dekat, Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepadaKu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 186)

Doa adalah ibadah yang harus diserahkan kepada Allah. Ini bentuk tauhid kepada Allah. Di antara doa kepada Allah adalah minta agar negeri kita dijadikan negeri yang aman.

Jangankan kita, Khalilullah (kekasih Allah), Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, beliau berdoa kepada Allah. Sebagaimana Allah firmankan:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا…

“Ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa: ‘Wahai Rabb kami, jadikanlah negeri ini negeri yang aman.'” (QS. Al-Baqarah[2]: 126)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan negeri kita negeri yang aman dan dibarokahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian pula, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita dzikir pagi dan petang. Di antaranya:

اللَّهُمَّ استُر عَوْرَاتي ، وآمِنْ رَوْعَاتي…

“Ya Allah tutupilah auratku dan berilah aku keamanan dari ketakutanku.” (HR. Ibnu Majah)

Karena yang bisa memberikan keamanan kepada kita, kepada negeri kita, adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Banyak-banyaklah memohon keamanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Merujuk kepada para ulama

Kalau kita mau negeri kita aman, maka kata para ulama harus kita merujuk kepada para ulama, memohon fatwa kepada mereka, terutama dalam kondisi-kondisi yang genting. Ada kondisi-kondisi yang membutuhkan fatwa. Maka mintalah fatwa kepada para ulama, yang mewarisi nabi, mewarisi ilmunya nabi, mewarisi aqidahnya nabi, mewarisi sunnah nabi.

Allah berfirman:

…فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Bertanyalah kepada para ulama jika kalian tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl[16]: 43)

Demikian pula Allah berfirman:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ…

“Apabila datang kepada orang-orang munafik berita tentang keamanan atau ketakutan, orang-orang munafik langsung menyebarkannya. Kata Allah: ‘Seandainya mereka mau mengembalikannya kepada Rasul dan kepada para ulama, maka mereka akan mengetahui hukum yang bisa mereka pegang.'” (QS. An-Nisa'[4]: 83)

Ini bedanya orang mukmin dengan orang munafik. Orang munafik suka menyebar berita-berita bohong, gosip, ataupun hal-hal yang bisa meresahkan masyarakat dengan berita-berita bohong tersebut. Adapun Al-Mu’minun (orang beriman), mereka bertanya kepada para ulama.

Makanya Al-Khalifatur Rasyid Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata: “Jangan kalian tergesa-gesa menerima berita, menyebarkan berita, jangan kalian menjadi provokator, menyebarkan berita-berita bohong yang bisa membuat manusia ribut dan sebagainya dengan berita-berita bohong tersebut. Jangan kalian menanam benih-benih fitnah ataupun hal-hal yang bisa merusak keamanan masyarakat atau suatu negeri.”

4. Tidak membuat gangguan

Di antara kiat meraih keamanan, yaitu dengan tidak membuat gangguan terhadap manusia yang lain. Makanya Rasul menceritakan tentang sifat orang mukmin. Kata Rasul:

وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ

“Orang mukmin yang mana manusia lain selamat dari bahayanya (tidak mengganggu orang lain), baik dengan menumpahkan darahnya atau merampas hartanya.” (HR. Tirmidzi)

Dan kita ketahui, Rasul mengatakan bahwa iman memiliki 70 lebih cabangnya. Yang paling tinggi adalah ucapan Laa Ilaaha Illallah, dan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Menyingkirkan gangguan dari jalan bagian dari keimanan. Maka sebaliknya, mengganggu orang, entah di jalan, di rumah, dan seterusnya, ini merupakan cabang-cabang kekufuran. Naudzubillahi min dzalik.

Khutbah kedua – Kiat Meraih Negeri Yang Aman

5. Bersikap bijak terhadap pemimpin kaum muslimin

Di antara kiat meraih negeri yang aman, kiat untuk kita menggapai keamanan di negeri yang kita cinta ini adalah dengan bersikap bijak terhadap pemimpin kaum muslimin.

Islam (Al-Qur’an dan Sunnah) telah menjelaskan dengan sedetail-detailnya, dengan sejelas-jelasnya, bagaimana kita menyikapi pemimpin kaum muslimin, baik yang dzalim maupun yang adil. Di antaranya, kewajiban kita menghormati pemimpin kaum muslimin, entah dia itu sebagai raja atau sebagai presiden. Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَكرم سُلطانَ اللهِ أَكرمَه اللهُ ، ومَنْ أهانَ سُلطانَ اللهِ أهانه اللهُ

“Barangsiapa yang memuliakan pemimpinnya, maka Allah akan memuliakan dia. Namun barangsiapa yang menghinakan pemimpinnya, maka Allah akan menghinakan dia.” (HR. Tirmidzi no. 2224, Ahmad no. 20433, dihasankan Al Albani)

Yang kedua, kewajiban kita bersabar ketika menghadapi kedzaliman pemimpin yang dzalim. Rasul yang memerintahkan kita semuanya. Dalam Shahih Muslim, Rasul mengatakan:

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ، إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

“Barangsiapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang tidak dia sukai, maka bersabarlah atas hal tersebut. Karena barangsiapa yang memisahkan diri dari jama’ah (barisan pemimpin kaum muslimin) satu jengkal lalu ia meninggal dunia, ia meninggal dalam keadaan jahiliyah.” (HR Bukhari : 7054, Muslim : 1849).

Nauzubillahi min dzalik..

Demikian pula kewajiban kita terhadap pemimpin, mendengar dan taat kepada perintahnya yang tidak bermaksiat kepada Allah. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ…

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan pemimpin di antara kalian.” (QS. An-Nisa'[4]: 59)

Bahkan Rasul mengatakan:

سَيَكُونُ بَعْدي أئمَّةً يَهْتَدُونَ بغيرهديي ، وَ يَسْتَنُّونَ بغيرسُنَّتِي

“Akan muncul setelahku pemimpin-pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak mengikuti sunnahku.”

Kemudian kata Rasulullaah :

وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ

“Dan akan muncul pemimpin-pemimpin yang berhati setan dalam jasad manusia (yaitu pemimpin yang dzalim).”

Kata Hudzaifah bin Yaman, seorang sahabat rasul, bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, apa sikapku kalau menghadapi pemimpin yang dzalim, yang kejam, yang curang, pemimpin yang tidak mengikuti petunjuk Rasul?” Apa kata Rasul?

تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Tetap engkau dengar perintahnya, dan engkau taati. Meskipun dipukul punggungmu dan dirampas hartamu, dengar dan taatilah.” (HR. Muslim)

Maka, ma’asyiral muslimin, ini kewajiban kita terhadap pemimpin kaum muslimin, agar terjadi keamanan.

6. Haram mengkudeta pemimpin muslim

Demikian pula yang terakhir, haram mengkudeta pemimpin muslim. Bagaimanapun kedzalimannya. Ini adalah perintah Rasul, ini adalah petunjuk Rasul. Dalam Shahih Muslim juga, kata Ubadah bin Shamid:

وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنْ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ

“Kami para sahabat, kami kaum muslimin, dilarang oleh Rasul, mengkudeta, memberontak terhadap pemimpin muslim, kecuali kalau kalian melihat kekafiran yang nyata darinya, dan kalian memiliki bukti di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Riwayat Muslim)

Dan kata Imam an-Nawawi, yang bermazhab Asy-Syafi’i, dalam syarah hadits tadi, beliau mengatakan:

وأجمع أهل السنة أنه لا ينعزل السلطان بالفسق

“Sepakat Ahlus Sunnah mengatakan bahwa pemimpin yang fasik/dzalim, tidak boleh dilengserkan/dikudeta, karena kedzalimannya.'”

Inilah ma’asyiral muslimin, petunjuk Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Silakan pilih, ikut petunjuk Rasul, atau ikut petunjuk para provokator. Na’uzubillahi min dzalik.

Mudah-mudahan apa yang kita sampaikan bermanfaat. Semoga Allah menjaga diri kita dan negeri kita dari segala bentuk fitnah dan marabahaya, dan semoga Allah menganugerahkan kepada kita keamanan di dunia dan akhirat.

Video Khutbah Jumat Tentang 6 Kiat Meraih Negeri Yang Aman

Demikian khutbah Jumat tentang “6 Kiat Meraih Negeri Yang Aman“. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0