Khutbah Jum’at Tentang Mensyukuri Kemerdekaan

Khutbah Jum’at Tentang Mensyukuri Kemerdekaan

Khutbah Jum’at Tentang Mensyukuri Kemerdekaan adalah transkrip dari khutbah jumat yang disampaikan Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah Hafizhahullahu Ta’ala.

Download pdf khutbah ini di: https://t.me/ngajiid/103

Khutbah Jum’at Tentang Mensyukuri Kemerdekaan

Khutbah Pertama

Saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada semua yang hadir di tempat ini untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya merekalah yang sukses dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat. Allah ‘Azza wa Jalla mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa…” (QS. Ali-Imran[3]: 102)

Allah memanggil orang-orang yang beriman agar memperbaiki keimanan mereka. Iya, kebanyakan kita lahir Islam dan lahir Islam itu sebuah karunia yang agung dari Allah ‘Azza wa Jalla. Tapi mempertahankan Islam itu sampai mati adalah perjuangan, yang kata Allah Jalla Jalaluhu:

وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Jangan kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.” (QS. Ali-Imran[3]: 102)

Jamaah Rahimakumullah..

Kita mulai melihat jalanan ramai dengan bendera warna merah dan putih. Bahkan setiap rumah sudah mulai memasang bendera itu dengan model-model yang beragam. Yang dalam pandangan dia itu salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan.

Cara mensyukuri kemerdekaan

Ahibbati Fillah..

75 tahun yang lalu kita merdeka. Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla atas kemerdekaan yang Allah berikan kepada kita. Tapi bagaimana bentuk syukur hamba kepada Allah sehingga dia mengisi kemerdekaan itu yang dapat mempertahankan negeri kita? Siapa yang menjamin Indonesia akan terus merdeka? Tidak ada jaminan bahwa negeri kita akan terus merdeka. Penjajahan bisa datang kembali, Kesatuan Negara Republik Indonesia bisa bubar. Kapan itu terjadi? Yaitu tatkala kita tidak mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita.

Tatkala kita masih berpikir bahwa mensyukuri nikmat Allah itu cukup dengan mengibarkan bendera merah putih. Tatkala dalam benak  Antum mengeluarkan bendera dan meletakkan di depan rumah maka kita sudah bersyukur? Kita tahu dunia sedang merintih kesakitan dengan covid-19. Salah satu makhluk Allah yang kecil sekali. Sebagian negeri-negeri, ekonomi mereka terjun bebas, pesawat-pesawat yang besar diparkir.

Jamaah Rahimakumullah..

Pernah terjadi masa lalu negeri-negeri yang indah, yaitu negeri Saba’ yang ada di Yaman sana, yang mungkin sebagian kita keturunan Yaman. Jika kita berangkat ke sana, kita melihat bekas negeri yang makmur, kemudian negeri itu menjadi kering-kerontang. Apa yang mereka lakukan? Bukankah sebelumnya mereka bisa berjalan di kebun-kebun dan buah-buahan itu berjatuhan di keranjang tanpa harus capek naik ke pohon tersebut? Bukankah negeri mereka yang aman sentosa, mereka melakukan perjalanan panjang tanpa takut perompak, perampok, penyamun atau begal sama sekali? Kemudian negeri itu hilang.

Hari ini kita tinggal cerita tentang negeri yang dulu indah. Allah sebutkan bahwa sebabnya adalah mereka berpaling dari peringatan-peringatan Allah. Ketika mereka diberi nasehat dengan lisannya para Nabi, diberi wejangan dengan petuah-petuah pewaris Nabi, tapi ternyata mereka sibuk memikirkan nafsu dan syahwat.

Maka kalau bicara bagaimana mengisi atau mensyukuri nikmat kemerdekaan yang Allah berikan kepada kita, manfaatkan kenikmatan ini dalam ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selamatkan negeri kita dari kemaksiatan-kemaksiatan.

Mungkin kita hanya berfikir menyelamatkan negeri kita dari musuh-musuh yang mau mencaplok daerah kekuasaan dan Kesatuan Negara Republik Indonesia. Padahal Allah dapat menghancurkan negeri ini hanya dengan satu ucapan: “Kun”, maka negeri ini hancur.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا…

Andaikata penduduk negeri itu beriman dan bertakwa…

Kita sering mendengar ucapan iman, kita seringkali disuruh bertakwa, tapi apa buktinya kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Tatkala kemaksiatan merajalela dimana-mana, tatkala tempat-tempat kesyirikan juga masih dilestarikan, tatkala pergaulan bebas dibiarkan, tatkala LGBT didiamkan, maka kita tinggal menunggu adzab Allah. Jangan berpikir: “Insyaallah kita sudah punya peralatan yang komplit, yang dapat menyelamatkan negeri kita dari serangan musuh.” Tapi jangan sampai kita menjadikan Allah musuh kita.

Mungkin ceramah tentang bahaya riba sering kita dengarkan dan sebagian kita sakit hati kalau diberi tahu jangan riba. Padahal kita sedang menjaga NKRI, menjaga negeri kita, jangan sampai negeri kita bubar. Salah satu (cara menjaganya) adalah dengan meninggalkan riba. Allah sudah memanggil kita, Allah mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, tinggalkan sisa-sisa riba (jangan mulai riba, dan yang tersisa tinggalkan) kalau kalian beriman.” (QS. Al-Baqarah[2]: 278)

Monggo, kalau kalian merasa beriman maka tinggalkan.

فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ…

Kalau ternyata kalian enggan untuk mengamalkan, berat, menganggap tidak mungkin kalau tidak pakai riba, maka Allah mengumumkan perang kepada kalian...” (QS. Al-Baqarah[2]: 279)

Bukan lawan Amerika, bukan lawan Rusia, bukan lawan China, tapi lawan Rabbul ‘Alami, Allah ‘Azza wa Jalla yang menciptakan kita, yang Dia telah memberikan rezeki kepada kita, memberikan segala fasilitas kepada kita, yang kalau Dia mau ambil maka Antum akan rasakan.

Enam bulan covid-19 membuat kita merana. Bagaimana kalau Allah turunkan pasukan-pasukan yang lainnya?

Khutbah Kedua

Jamaah rahimakumullah..

Sebuah ayat yang sering kita dengarkan, insyaAllah semuanya hafal ayat itu.

… لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Andai kalian bersyukur, pasti ditambah oleh Allah...”

Allah tidak pernah ingkar janji, jama’ah. Ketika Antum merasa nikmat-nikmat Allah itu pergi, ada masalah sama kita. Itu menandakan bahwa kita belum bersyukur, kita belum pandai bersyukur.

Di antara misi iblis untuk menyesatkan manusia, dia mengatakan kepada Allah ‘Azza wa Jalla:

وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Engkau akan mendapati kebanyakan hamba-hambaMu tidak bersyukur.” (QS. Al-A’raf[7]: 17)

Itulah iblis, dia punya misi, dia punya target yang hendak dicapai. Dan Allah Jalla jalaluhu mengatakan:

وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

Dan sedikit dari hambaKu yang pandai bersyukur.” (QS. Saba[34]: 13)

Maka jangan meremehkan perkara mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Lisan memuji Allah, ucapkan:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

“Mahasuci Allah, aku memujiNya sebanyak bilangan makhlukNya, Mahasuci Allah sesuai keridhaanNya, Mahasuci seberat timbangan ‘ArsyNya, dan Mahasuci sebanyak tinta (yang menulis) kalimatNya.” (HR. Muslim)

Tatkala kita bangkit dari ruku’ dan imam mengatakan:

سَمِعَ الله لِمَنْ حَمِدَهُ ، رَبَّنَا لَكَ الْحَمْد ، مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“BagiMu segala pujian Ya Allah, sepenuh bumi dan langit.”

Lisan kita mengucapkan itu, tapi kadangkala kita tidak sadar dengan apa yang kita ucapkan. Sehingga yang kita haturkan kepada Allah seperti orang yang berkorban kambing yang sudah mati. Seharusnya lisan mengucapkan dan hati meyakini bahwa semua yang ada pada diriku Ya Allah, semua yang ada di rumahku, semua yang dirasakan oleh penduduk negeri ini, semuanya مِـنْكَ وَحْـدَكَ لا شريكَ لَـك (Semuanya dari Engkau Ya Allah), itu harus ada di hati kita. Jangan pernah sok merasa telah berusaha dan berupaya sehingga engkau pantas mendapatkan apa yang engkau upayakan. Karena semuanya bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Gunakan nikmat itu untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Baru engkau disebut bersyukur kepada Allah.

Doa agar bersyukur

Jangan lupa untuk membaca doa yang diajarkan oleh Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu di penghujung setiap shalat:

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِك

“Ya Allah, bantulah aku untuk mengingatMu, bersyukur kepadaMu, dan memperbaiki ibadahku kepadaMu.” (HR. Abu Dawud)

Jangan lupa membaca doa yang sudah umur 40 tahun, yang diajarkan oleh Allah Jalla jalaluh di surat Al-Ahqaf ayat 15:

حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً

Orang kalau sudah sampai masa matangnya, sampai umur 40 tahun, kerjanya bersyukur kepada Allah. Sudah diberi umur oleh Allah selama 40 tahun bisa hidup. Maka dia mengatakan:

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ…

Ya Allah bantulah hamba, berikan kekuatan kepada hamba untuk bersyukur kepadaMu.”

Baca dan lihat tafsir doa itu, lalu amalkan dalam kehidupan ini.

Video Khutbah Jum’at Tentang Mensyukuri Kemerdekaan

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Khutbah Jum’at Tentang Mensyukuri Kemerdekaan” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: