Materi 19 – Nasib Orang yang Riya’ di Dunia

Materi 19 – Nasib Orang yang Riya’ di Dunia

Tulisan tentang “Materi 19 – Nasib Orang yang Riya’ di Dunia” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

Sebelumnya: Materi 18 – Mari Melawan Riya’

Transkrip Materi 19 – Nasib Orang yang Riya’ di Dunia

 بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

2. Mudah terjebak dalam kebahagiaan semu

Di antara nasib orang yang riya’ di dunia, yang tidak ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dia mudah terjebak dalam kebahagiaan-kebahagiaan yang semu, bahkan kemaksiatan.

Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa jilid 10 halaman 216-217, di antaranya beliau menjelaskan bahwasanya barangsiapa yang ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hatinya fokus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يكون الله أحب إليه من كل ما سواه

“Maka jadilah Allah yang paling dia cintai daripada segalanya,” karena dia selalu fokus untuk mencari keridhaan Allah, jadilah Allah yang paling dia cintai.

ويكون ذليلا له خاضعا

“Dan dia menjadi tunduk kepada Allah.”

وإلا

“Jika ternyata dia tidak iklhas,” tidak fokus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak mencari keridhaan Allah,

استعبدته الكائنات

“Maka dia akan diperbudak oleh perkara-perkara dunia.”

Dimana sebelumnya Ibnu Taimiyyah menjelaskan masalah ini. Yaitu bagaimana ketika hati tidak ikhlas maka dia akan terbudakkan oleh perkara-perkara dunia. Beliau berkata:

فتارة تجتذبه الصور المحرمة وغير المحرمة

“Terkadang dia terjebak oleh gambaran-gambaran yang haram,”

Karena dia tidak merasakan kelezatan keikhlasan sehingga dia mencari kelezatan dengan memandang hal-hal yang haram, gambar-gambar yang haram, video-video yang haram, film-film yang haram. Dia terjebak karena dia merasa bahagia, hatinya terpikat dengan itu semua.

Terkadang juga dia terpikat dengan hal-hal/gambar-gambar yang tidak haram tetapi menjauhkan dia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ibnu Taimiyyah juga berkata:

وتارة يجتذبه الشرف والرئاسة

“Terkadang dia terjebak/terpikat dengan kedudukan dan kemuliaan (jabatan dan yang semisalnya).”

Maka itulah yang menjadi tujuannya. Karena dia tidak ikhlas. Yang dia cari adalah jabatan, pengakuan masyarakat.

فترضيه الكلمة وتغضبه الكلمة

“Terkadang satu kalimat membuat dia bahagia luar biasa.”

Karena dipuji, disanjung-sanjung. Terkadang satu kalimat membuat dia marah gara-gara dia dijatuhkan dari mengganggu jabatannya, mengganggu kedudukannya. Karena itu adalah tujuannya. Ini di antara nasib orang yang tidak ikhlas, dia terjebak dengan hal ini.

Berbeda dengan orang yang ikhlas. Kalau seseorang ikhlas, maka dia menjalani jabatan karena Allah. Mau orang puji atau mau orang cela, dia berjuang karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka kebahagiannya dia gantung kepada Allah.

Tapi kalau seorang tidak ikhlas, maka akhirnya bisa terjebak dengan indahnya jabatan, indahnya kedudukan, dan yang lainnya. Terkadang dia bahagia dengan pujian orang, padahal dia tahu bahwasanya pujian orang tersebut tidak benar, orang ini bohong dalam memujinya, dia penjilat. Tetapi ketika penjilat-penjilat tersebut menguntungkan jabatannya, maka dia senang, dia bela, dijadikan kawan. Sebaliknya, ketika ada orang menegurnya dengan haq, tetapi ini mengusik jabatannya, maka dia musuhi. Ini terjadi kepada banyak orang.

Kemudian Ibnu Taimiyyah mengatakan:

وتارة يستعبده الدرهم والدينار

“Dan terkadang seseorang ketika tidak ikhlas, maka dirinya terbudakkan oleh dirham dan dinar (harta).”

Dia merasa puncak kebahagiaannya kepada dinar dan dirham. Sehingga apa yang dikatakan dinar dan dirham dia kerjakan, apa yang diperintahkan oleh dinar dan dirham dia kerjakan. Demi dolar, dia lakukan apa segalanya. Ini biasanya orang jauh daripada keikhlasan. Kalau orang ikhlas, tujuannya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia menikmati dinar dan dirham tetapi itu bukan tujuannya. Sehingga dia yang mengontrol dinar dan dirham, bukan dinar dan dirham yang mengontrolnya. Dia mengontrol jabatan, bukan jabatan yang mengontrolnya. Dia yang mengontrol pandangannya, bukan foto-foto atau video-video yang haram yang mengontrol pandangannya. Jika semua dia kerjakan karena Allah, maka Allah akan menolongnya.

Maka sebagaimana pernah kita singgung tentang hal ini dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala bercerita tentang Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam:

كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

Demikianlah Kami menjauhkan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam dari perbuatan keji dan keburukan. Dia termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf[12]: 24)

Dalam sebagian qiraah:

…إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلِصِينَ ﴿٢٤

Sesungguhnya Yusuf termasuk dari hamba-hamba Kami yang ikhlas.

Materi 6 – Faedah Ikhlas: ngaji.id/ah6

Ketika dia ikhlas, maka dia terpilih, sehingga Allah menjaga dirinya. Hal ini karena yang paling dicintai adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karenanya, ikhwan.. Ini nasihat buat saya pribadi, terus terang buat saya pribadi dan juga kepada kawan-kawan sekalian, latih diri kita untuk mencintai Allah. Di antaranya kita ikhlas karena Allah, biasakan diri kita mencari keridhaan Allah, yang kita tunggu kira-kira apa komentar Allah terhadap perbuatan kita. Kita malu kalau kita riya’, kita hanya tampil di depan orang seakan-akan kita ikhlas tapi ternyata kita tidak ikhlas. Malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadikanlah kelezatan ibadah dengan ikhlas kepada Allah sehingga kita terjauhkan dari hal-hal seperti ini, hati tidak terjebak dan terpikat dengan jabatan, tidak terpikat dengan gambar-gambar yang haram, tidak terpikat dengan dinar dan dirham.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Selanjutnya: Materi 20 – Cara Berjuang Melawan Riya’

Perhatian Materi 19 – Nasib Orang yang Riya’ di Dunia

⚠️ Note: Kalau team UFA merevisi audionya, insyaAllah catatan ini juga akan direvisi sesuai dengan audio yang baru.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0