Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini adalah apa yang bisa kami ketik dari tabligh akbar yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala.
Mukaddimah Tabligh Akbar Tentang Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
Menit-10:58 Kata beliau, segala puji bagi Allah Rabbul ‘Alamin. Dan aku bersaksi bahwa tidak tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia. Dia merupakan Ilahnya manusia dari generasi awal maupun generasi akhir, Dia pengatur langit dan bumi, Dia Pencipta seluruh makhluk. Dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah Rasulullah yang sangat jujur, yang sangat amanah. Semoga shalawat dan salam tercurah kepadanya dan kepada para sahabatnya.
Ya Allah, ajarkan kepada kami ilmu-ilmu yang Engkau berikan kepada kami. Ya Allah, berikan kepada kami ilmu-ilmu yang bermanfaat dan jadikan kami sebagai orang-orang yang memberikan hidayah. Dan jangan Engkau serahkan urusan-urusan kami kepada diri kami sekejap mata pun.
Ya Allah, berikan kami petunjuk kepada jalan-Mu yang lurus. Dan aku mohon kepada Engkau Ya Allah, hidayah-Mu. Dan demikian pula bimbingan-Mu kepada kebenaran. Aku memohon kepada Engkau bantuanmu dan jangan Engkau serahkan urusan kami ini kepada diri kami sekejap mata pun. Sesungguhnya Allah Maha mendengar dan Dialah Allah yang menjadi pengharapan kami.
Kaum mukminin sekalian, demi Allah ini adalah merupakan saat-saat yang sangat indah. Kita berkumpul di sini di sebuah tempat yang diberkahi, di sebuah tempat yang baik sekali, dengan teman-temanku di jalan Allah. Yang mengumpulkan kita ialah cinta kepada Allah, mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti sunnah NabiNya Shalawatullahi ‘Alaihi wa Salamuhu.
Tapi tadi kita sudah mendengarkan pendahuluan yang baik sekali yang menunjukkan kepada perasaan cintanya dan mengungkapkan bagaimana perasaan saudara-saudara kita. Dan akupun merasakan sama dengan apa yang ia rasakan. Dan yang membuat aku di sini duduk adalah tiada lain dalam rangka mencintai karena Allah dan saling tolong-menolong di dalam kebaikan. Aku memohon kepada Allah Jalla fi ‘Ula agar memberikan kepada kita kemudahan dan Dialah Allah yang memberikan kepada kita semua kemudahan-kemudahan dan agar menerima amalan-amalan kita yang shalih. Dan agar itu semuanya dijadikan sebagai timbangan kebaikan-kebaikan kita. Dan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita taufik kepada setiap kebaikan.
Mencintai Rasulullah merupakan konsekuensi daripada mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala
Menit-16:39 Dan cukuplah dalam pertemuan kita ini sebagai kepanjangan dari pada pertemuan kita yang terdahulu. Dimana dahulu kita sudah pernah berbicara tentang cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan pembicaraan kita pada hari ini adalah tentang cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dimana kata beliau, mencintai Rasulullah adalah merupakan konsekuensi daripada mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mencintai Rasulullah adalah bagian daripada mencintai Allah dengan cara kita mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi kemaksiatan kepada beliau.
Disana ada dua cinta; cinta yang pertama adalah cinta kepada Allah yang merupakan pokok segala cinta, dan yang kedua adalah mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang merupakan pengikutan daripada cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Telah disebutkan dalam Al-Qur’an, di dalam ayat-ayat, tentang pentingnya dua cinta ini. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ…
“Katakanlah (Hai Muhammad): ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, teman-teman kalian, istri-istri kalian, demikian pula karip-kerabat kalian, perdagangan yang kalian ridhai, tempat tinggal yang kalian sukai, itu semua lebih kamu cintai daripada mencintai Allah dan RasulNya dan berjihad dijalan Allah, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan urusan-Nya.’” (QS. At-Taubah[9]: 24)
Dan disebutkan pula di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari hadits Anas bin Malik RadhiyAllahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيَمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا، سِواهُما، وأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ للَّهِ، وَأَنْ يَكْرَه أَنْ يَعُودَ في الكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ في النَّارِ
“Ada tiga perkara, siapa yang tiga perkara ini ada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman:
- Yang pertama, Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari segala-galanya.
- Yang kedua, ia tidak cinta kepada seseorang kecuali karena Allah.
- Yang ketiga, ia tidak suka untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah selamatkan ia sebagaimana ia tidak suka untuk dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cinta kepada Rasulullah adalah kewajiban yang Allah wajibkan kepada kita semuanya
Dan cinta kepada Rasulullah adalah kewajiban yang Allah wajibkan kepada kita semuanya. Dan bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih berhak untuk kita cintai dari siapapun dari kaum mukminin, bahkan daripada dirinya sendiri. Maka seorang mukmin tentunya lebih mendahulukan Allah dan Rasul-Nya daripada diri-diri mereka sendiri.
Rasulullah orang yang sangat sayang kepada umatnya, dimana Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢٨﴾
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul yang berasal dari diri kalian yang merasa susah terhadap apa yang menimpa kalian, yang begitu semangat memberikan hidayah kepada kalian dan kepada kaum mukminin sangat kasih sayang dan lemah lembut.” (QS. At-Taubah[9]: 128)
Jadi kewajiban kaum muslimin adalah lebih mendahulukan Rasulullah daripada dirinya sendiri, lebih mendahulukan Rasulullah dari pada anak-anaknya sendiri, daripada istrinya, daripada keluarganya, bahkan dari seluruh manusia. Dan disebutkan dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari hadits Anas bin Malik, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, tidak beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai daripada anaknya, bapaknya, dan dari pada seluruh manusia.” (HR. Bukhari Muslim)
Bahkan di dalam Shahihul Bukhari, bahwasanya Umar bin Khathab berkata kepada Rasulullah:
لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي
“Ya Rasulullah, engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku wahai Rasulullah.”
Maka Rasulullah bersabda:
لاَ ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ
“Tidak sempurna imanmu wahai Umar, sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.”
Lalu Umar berkata:
فَإِنَّهُ الآنَ ، وَاللَّهِ ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي
“Sekarang wahai Rasulullah, Demi Allah, engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu sampai-sampai daripada diriku sendiri.”
Maka Rasulullah bersabda:
الآنَ يَا عُمَرُ
“Sekarang hai Umar, imanmu sempurna.”
Cinta kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perbekalan menuju kehidupan akhirat kelak
Menit-26:38 Cinta kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah perbekalan kita menuju kehidupan akhirat kelak, menuju kehidupan yang dimana kita bisa akan bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tentunya cinta itu harus menimbulkan berbagai macam amalan shalih, berupa ibadah-ibadah yang sunnah maupun ibadah-ibadah yang wajib.
Di dalam shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Anas RadhiyAllahu ‘Anhu bahwasanya seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?” Lalu kata Rasulullah: “Apa yang engkau persiapan untuk menuju kehidupan akhirat itu? Apa yang engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Lalu orang ini berkata: “Aku tidak mempersiapkan apa-apa yang banyak dari shalat ataupun puasa. Akan tetapi aku mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Maka Rasulullah bersabda: “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai kelak.” Anas berkata: “Aku tidak pernah merasa gembira lebih daripada kegembiraanku ketika mendengar sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini: ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai kelak,’ dan aku cinta kepada Rasulullah, aku cinta kepada Abu Bakar, aku cinta kepada ‘Umar, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka tapi aku mohon kepada Allah agar Allah mengumpulkan aku dengan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini merupakan buah yang agung ketika seseorang benar-benar mendahulukan Allah dan RasulNya daripada segala sesuatu, ia sangat cinta kepada Allah dan RasulNya.
Bagaimana mencintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sebenar-benarnya?
Baca di sini: Cara Mencintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Video Kajian Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Sumber video: Rodja TV – Cinta Rasulullah (Syaikh Abdurrozaq bin Muhsin Al Abbad Al Badr)
Mari turut menyebarkan kajian Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..
Pembahasan: Hadits mencintai rasulullah, cara mencintai rasulullah, mencintai nabi muhammad, bukti cinta kepada rasul, cara mencintai dan memuliakan rasul, pengertian mencintai rasul, keutamaan mencintai rasulullah, kultum cara mencintai rasulullah.
Komentar