Pengertian dan Kriteria Wali Allah

Pengertian dan Kriteria Wali Allah

Pengertian dan Kriteria Wali Allah ini adalah apa yang bisa kami ketik dari tabligh akbar yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala.

Lihat sebelumnya:

A. Mencintai Wali-Wali Allah
B. Bagaimana cara mencintai wali-wali Allah?
C. Siapakah wali-wali Allah?

D. Pengertian Wali Allah

Menit-33:53 Pertama, kita perlu mengetahui wali itu artinya apa? Dalam bahasa Arab, wali itu diambil dari kata ولاية (kedekatan). Jadi wali adalah orang yang dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dekat dengan keshalihan amalan yang mereka lakukan. Semakin shalih amalan yang mereka lakukan, maka akan semakin dekat kedudukan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaliknya, semakin buruk amalan yang mereka lakukan, maka akan semakin jauh mereka dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Maka derajat kewalian itu bertingkat-tingkat, tidak satu level. Jadi kedekatan seorang hamba kepada Allah berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat keshalihan seorang hamba, semakin baik amal shalih yang dia lakukan, maka dia akan semakin dekat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit amalan shalih yang dia kerjakan, maka dia akan semakin jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla.

E. Kriteria para wali Allah

Ketika kita bertanya, apa sebenarnya kriteria para wali Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut? Sifat-sifatnya apa, bagaimana kita mengetahui ini wali Allah dan ini bukan. Jawaban dari pertanyaan tersebut ada di dalam Al-Qur’an dan juga ada dalam hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul yang menjelaskan hal tersebut. Akan tetapi pada pertemuan ini kita hanya akan mengambil satu ayat dan satu hadits mengenai poin pembahasan tersebut.

1. Firman Allah tentang kriteria wali Allah

Adapun ayat dari Al-Qur’an adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّـهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾

Ketahuilah bahwasannya para wali Allah tidak ada rasa takut dalam hati mereka dan mereka tidak akan pernah merasa sedih.” (QS. Yunus[10]: 62)

Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang keistimewaan para wali Allah ini, seakan-akan ada yang bertanya, siapakah para wali Allah tersebut? Apa sifat-sifat mereka? Maka kemudian Allah ‘Azza wa Jalla melanjutkan firmanNya:

الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ ﴿٦٣﴾

Para wali Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan juga seenantiasa bertakwa kepadaNya.” (QS. Yunus[10]: 62)

Oleh karena itu para ulama menyimpulkan dari ayat yang tadi kita baca:

من كان مؤمناً تقيّاً كان لله وليّاً

“Setiap orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah berarti dia adalah walinya Allah ‘Azza wa Jalla.”

Akan tetapi tentu levelnya berbeda-beda. Semakin seseorang imannya tinggi dan takwanya tinggi, maka kedekatan dia kepada Allah pun akan semakin tinggi, semakin berkurang, maka akan semakin berkurang.

1. Beriman

Apa yang dimaksud dengan iman?

Yang pertama tentu adalah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah pencipta kita semua, beriman bahwa Allah ‘Azza wa Jalla adalah yang memberi rizki kepada kita semuanya, beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengatur alam semesta ini, beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang mulia dan meyakini tidak ada yang berhak disembah kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memurnikan seluruh ibadah kita hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla.

Setelah itu kemudian kita beriman dengan rukun-rukun iman berikutnya yang disebutkan di dalam banyak ayat Al-Qur’an. Diantaranya iman kepada Allah, kepada para malaikat, kepada hari akhir, para Rasul, kepada takdir dan seterusnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كُلٌّ آمَنَ بِاللَّـهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ

Mereka semuanya beriman kepada Allah, kepada malaikat, kepada rasul, kepada kitab-kitab Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 285)

Ini semua adalah bagian dari keimanan yang dengannya seseorang akan mendapatkan derajat kewalian.

2. Bertakwa

Menit-42:27 Kriteria yang kedua adalah takwa. Takwa adalah menjalankan setiap perintah Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam serta menjauhi larangan Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika kita cermati dua kriteria ini, iman dan takwa, iman adalah aqidah yang benar di dalam hati. Sedangkan takwa adalah praktek amaliah dengan amal shalih dengan seluruh fisik kita.

Dengan kita memperhatikan dua kriteria ini, maka kita akan menemukan dan bisa menyimpulkan bahwa para wali Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dalam dan luarnya bagus, lahir dan batinnya bagus, batinnya diisi dengan keimanan dan tauhid yang murni kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan lahiriyahnya senantiasa istiqamah menjalankan perintah-perintah Allah dan amal-amal shalih.

Makanya seorang Salaf pernah ditanya apakah takwa tersebut? Apakah iman wahai ulama? Maka dia mengatakan:

العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُورٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ عَلَى نُورٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ

“Senantiasa mengamalkan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian juga berusaha meninggalkan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas cahaya dan tuntunan dari Allah ‘Azza wa Jalla.”

Ketika kita memahami ayat ini, maka kita akan faham wali Allah itu siapa. Jadi, wali Allah adalah orang yang hatinya murni, bersih dengan keimanan kepada Allah dan lahiriahnya senantiasa istiqamah menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Sebagaimana yang tadi disampaikan, para ulama mengatakan: “Barangsiapa yang beriman dan bertakwa, maka dia adalah walinya Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Maka dari sini kita bisa mengetahui bahwa wali bukan lebel, wali bukan julukan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain, asal dipasang satu tahun dua tahun tiga tahun kemudian dilepaskan, tidak demikian. Wali juga bukan pakaian khusus yang dipakaikan oleh seseorang kepada orang yang lain. Akan tetapi kewalian adalah ketika seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Para wali itu tidak mesti memiliki pakaian yang berbeda dengan pakaian orang lain. Para wali tersebut tidak mesti harus memakai pakaian khusus yang menunjukkan derajat kewaliannya. Karena sesungguhnya wali yang paling tinggi kedudukannya, yang paling tinggi levelnya, yaitu Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpakaian biasa seperti umumnya para sahabat.

Dan wali bukan lebel, bukan julukan yang harus diberikan oleh seseorang kepada orang yang lain, akan tetapi sesungguhnya kewalian adalah ketakwaan kepada Allah, keimanan kepada Allah, kedekatan seorang hamba kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan menjalankan ibadah-ibadah yang disyariatkan olehNya.

2. Hadits tentang kriteria wali Allah

Tadi adalah ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang kriteria wali. Sekarang kita akan membaca hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjelaskan tentang kriteria wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hadits yang akan kita bacakan ini adalah sebuah hadits yang disebutkan di dalam shahih Bukhari.

Para ulama kita mengatakan bahwa hadits ini adalah merupakan hadits yang paling shahih yang berbicara tentang kriteria para wali. Sehingga para ulama kita menjuluki hadits ini sebagai hadits wali. Yaitu sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (hadits Qudsi):

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ

“Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku mengumumkan perang kepada orang tersebut.”

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ

“Tidak ada suatu amalan yang dilakukan oleh seorang hamba untuk mendekatkan dirinya kepada Allah yang lebih Aku cintai dibandingkan amalan-amalan yang Aku wajibkan atas mereka.”

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Dan hambaKu seandainya dia terus-menerus melakukan amalan-amalan yang sunnah, maka aku akan mencintai hambaKu itu.”

فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ : كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا

“Seandainya Aku mencintai hambaKu, maka Aku akan bimbing pendengaran dia, Aku akan bimbing penglihatan dia, Aku akan bimbing setiap gerakan tangan dan kaki dia.”

وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

“Andaikan dia minta kepadaKu, niscaya Aku akan berikan, seandainya dia mohon perlindungan kepadaKu, maka Aku akan lindungi dia.” (HR. Bukhari)

Ini adalah merupakan hadits yang sangat agung. Hadits yang berbicara tentang kriteria wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika Allah berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka sungguh Aku mengumumkan perang kepada orang tersebut.” Setelah Allah menyampaikan kalimat ini, seakan-akan ada yang bertanya, siapakah waliMu yang tidak boleh kami benci Ya Allah?

Maka kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab: “Para waliKu adalah orang-orang yang senantiasa mendekatkan dirinya kepadaKu dengan amalan-amalan yang wajib kemudian mengiringinya dengan amalan-amalan yang sunnah.”

F. Level wali-wali Allah

Baca di sini: Level wali-wali Allah

Mp3 Kajian Pengertian dan Kriteria Wali Allah

Sumber video: Radio Rodja – Tabligh Akbar: Mencintai Wali-Wali Allah (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq Al-Badr)

Mari turut menyebarkan kajian “Pengertian dan Kriteria Wali Allah” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: