Perbandingan Waktu dengan Harta Dunia

Perbandingan Waktu dengan Harta Dunia

Tulisan tentang “Perbandingan Waktu dengan Harta Dunia” ini adalah catatan yang kami tulis dari ceramah singkat Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullahu ta’ala.

Perbandingan Waktu dengan Harta Dunia

Kaum muslimin rahimakumullah,

Kita dalam kondisi wabah seperti ini, pemerintah menganjurkan kita untuk di rumah saja. Perbanyak di rumah. Semua sekolah, kampus, dan tempat kerja diliburkan atau bekerja dari rumah. Dalam kondisi seperti ini, banyak waktu yang luang. Maka sebagai seorang muslim, dia harus gunakan waktunya dengan sebaik-baiknya. Karena waktu adalah modal dia. Waktu adalah kehidupan. Lebih berharga dan lebih baik dari pada emas dan perak.

Jadi gunakanlah waktu ini dengan sebaik-baiknya. Kondisi di rumah saja ini artinya untuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka jangan sampai waktu ini terbuang dengan sia-sia. Banyak manusia yang waktunya terbuang dengan sia-sia, dan ini adalah kerugian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr[103]: )

Waktu itu sangat berharga dalam kehidupan seorang mukmin. Dan waktu ini akan ditanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dari sahabat Abu Barzah Al Aslami bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417) [1]

Nikmat Sehat dan Waktu Luang

Kalau bicara soal umur, itu berarti tentang waktu. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bertanya tentang waktunya. Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad) [2]

Sekarang kita Alhamdulillah, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita kesehatan. Alhamdulillah juga karena waktu kita luang. Yang tadinya biasanya orang sibuk kerja dari mulai pagi hingga sore hari, bahkan kadang sebelum subuh berangkat kerja dan baru pulang pada malam hari. Dengan dirumahkan yang sekarang ini, banyak waktu luang. Dari mulai sebelum subuh, ba’da shubuh, pagi, siang, sore, itu luang waktunya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bertanya tentang apa yang kita lakukan dengan waktu yang luang itu. Harus ada yang kita lakukan, seperti membaca Al-Qur’an, membaca buku-buku yang bermanfaat, dzikir pagi dan sore, menghafal ayat Al-Qur’an, dan sebagainya. Jangan habiskan waktu kita dengan tidur. Kemudian juga ada yang main telepon genggam, maka habis waktunya. Ada yang nonton, main game, banyak ngobrol kesana kemari, habis waktunya dengan WhatsApp, Facebook, dan lain sebagainya.

Sayang sekali waktu yang terbuang itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menanyakannya di hari kiamat. Kesempatan kita sekarang ini, apa yang bisa kita lakukan dengan waktu yang luang ini dengan di rumah saja. Seorang istri mendapatkan pahala yang besar karena dia bekerja, memasak, mengurus rumah tangganya, itu ganjarannya besar. Seorang bapak di rumah, kesempatan bagi dia untuk mendidik anak-anaknya. Anak juga demikian.

Jangan habiskan waktu hanya dengan tidur, main handphone, nonton, dan lain-lain. Pergunakanlah waktu itu. Karena waktu ini adalah kehidupan.

Jangan Menunda Amal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ كَأَنَّكَ عَابِرُ سَبِيلٍ وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُورِ

“Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir dan hitunglah dirimu sebagai salah satu penghuni kubur.” (HR. Ibnu Majah dan At Tirmidzi) [3]

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari, namun kalimat وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُورِ ini tidak ada di lafadz Imam Bukhari.

Kemudian Ibnu Umar memahami karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sedang bersabda pada hadits ini, beliau sambil memegang pundaknya Ibnu Umar. Beliau menasehati Ibnu Umar. Lalu Ibnu Umar memahami sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengatakan,

إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك

“Jika engkau berada di sore hari, jangan menunggu datangnya pagi. Dan jika engkau berada pada waktu pagi hari, jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR. Bukhari) [4]

Ini adalah sebuah nasihat. Jadi pada waktu pagi, apa yang bisa kita kerjakan maka kerjakan. Contohnya membaca Al-Qur’an, muraja’ah hafalan, membaca hadits, dzikir pagi dan sore, selesai shalat subuh baca dikir paginya. Kemudian setelah itu kita membaca Al-Qur’an atau hadits. Manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya. Bukan untuk tidur. Malam sudah tidur, ba’da subuh tidur lagi? Istirahat sebentar boleh, misal satu jam. Setelah itu bangun. Lalu lihat apa lagi yang harus kita kerjakan. Seperti itu. Harus bisa mengatur waktu.

Ketika pagi, jangan tunggu waktu sore (untuk mengerjakannya). Dan ketika waktu sore, jangan menunggu waktu pagi. Pergunakan waktu sehat dengan baik. Selama Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita kesehatan, maka gunakan waktu itu sebelum datang sakit. Dan gunakan hidup sebelum mati.

Perbanyak Belajar

Saudaraku rahimakumullah,

Apa lagi kita para penuntut ilmu. Kata Al Imam An Nawawi rahimahullahu ta’ala di dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab. Kata beliau, “Hendaknya seorang penuntut ilmu berkemauan keras untuk belajar. Untuk menuntut ilmu syar’i, ia selalu dan senantiasa menggunakan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu. Baik malam maupun siang. Saat mukim (tidak bepergian) maupun ketika safar (bepergian) ia tidak mau sedikitpun waktunya hilang sia-sia tidak memperoleh ilmu. Kecuali sekedar keperluan dia makan, tidur, dan hal lain yang mesti ia lakukan. Dan juga untuk istirahat sebentar untuk kepentingan lainnya.”

Lalu kata beliau, “Dan tidak termasuk orang yang berakal, seorang penuntut ilmu yang sudah ditempatkan sederajat dengan pewaris para nabi, kemudian ia menyia-nyiakan waktu. Tidak menggunakan waktunya untuk menuntut ilmu.” Meskipun sedang tidak ada kajian (offline) sekarang dalam kondisi wabah ini, tapi bisa kita belajar di rumah. Tamatkan buku-buku dan Al-Qur’an, baca terjemahan dan tafsirnya. Kita targetkan itu.

Kondisi seperti ini sudah lebih dari sebulan. Apakah kita mau waktu kita sia-sia hanya untuk main handphone, WhatsApp, Facebook, nonton, main game, lalu tidur. Sayang sekali jika seperti itu. Rugi kita. Harus ada target apa yang bisa kita lakukan di waktu yang luang ini yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita.

Lima Perkara Sebelum Lima Perkara

Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara; masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa fakirmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Hakim dalam Al Mustadrak)

Imam Hasan Al-Bashri mengatakan,

يا ابن آدم إنما أنت أيام, فإذا ذهب يوم ذهب بعضك

“Wahai anak Adam, Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari demi hari. Tatkala berlalu satu hari maka berkuranglah umurmu.” (Imam Ahmad dalam Kitab Az Zuhd)

Maka wahai anak Adam, waktu itu kalau tidak kita gunakan akan hilang. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bertanya kepada kita, mengapa waktu kita hilang dengan sia-sia? Seorang mukmin dan mukminah, muslim dan muslimah, apalagi dia penuntut ilmu mau pun da’i. Waktu ini berharga. Pergunakan waktu itu untuk menamatkan satu kitab demi satu kitab. Kita pahami isinya. Dengan begitu akan banyak buku-buku yang kita tamatkan.

Jika belum paham dengan kitab berbahasa Arab, masih banyak buku-buku berbahasa Indonesia. Contohnya, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga, Prinsip Dasar Islam, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Mulia dengan Manhaj Salaf, Syarah Kitab Tauhid, Sifat Wudhu, Sifat Shalat, dan sebagainya. Baca juga doa wirid, hafalkan dzikir pagi petang. Dan kita seperti itu, maka anak-anak kita juga demikian.

Kita ingatkan kepada anak kita, jangan habiskan waktunya dengan hal yang sia-sia. Waktu ini berharga dan kesempatan ini adalah kesempatan emas yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Dengan di rumah saja ini adalah manfaat untuk kita agar terus thalabul ‘ilmi. Meskipun harta kita kurang dan dalam kondisi seperti ini, tapi tetap kita harus gunakan waktu sebaik-baiknya untuk mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberi ilmu yang bermanfaat, bertambah iman kita, bertambah ilmu kita, tidak terbuang waktu kita dengan sia-sia. Kita harus gunakan sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan yang saya sampaikan bermanfaat untuk saya dan saudara-saudara sekalian.

Video Perbandingan Waktu dengan Harta Dunia

Sumber video: MIAH Bogor

Demikian catatan “Perbandingan Waktu dengan Harta Dunia”. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Catatan:

[1] Baca: https://rumaysho.com/12200-waktu-muda-yang-sia-sia.html
[2] Baca: : https://www.ngaji.id/khutbah-jumat-ciri-ciri-orang-yang-beriman/
[3] Sumber: https://sunnah.com/ibnmajah:4114 & https://sunnah.com/tirmidhi:2333
[4] Sumber: https://muslim.or.id/298-menjadi-orang-asing-di-dunia.html

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: