Sikap Seorang Muslim Terhadap Kesalahan Saudaranya

Permisalan Jiwa (bag. 1)
Permisalan Jiwa (Bag. 2)
Ringkasan Dalam Memahami Aqidah Agama Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

Faedah muqaddimah

 

Oleh: Ust. Abu Zakaria Ardes hafizhahullahu ta’ala :

– Merupakan meni’matan yang sangat besar yang mana keni’matan ini tidak diberikan oleh Allah kepada semua manusia, keni’matan diberikan kesempatan dan kemudahan untuk duduk di dalam majelis ilmu ini adalah keni’matan yang Allah berikan hanya kepada hamba-hamba Allah kehendaki. Oleh karena itu bersyukurlah kita ketika kita di berikan kesehatan, kesempatan waktu yang luang, maka itu kita pergunakan untuk duduk di dalam majelis ilmu dalam rangka mempelajari serta memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shalallahu’alaihi wasallam.

“Para Jama’ah sekalian rahimanillahi waiyyakum, sebagaimana yang telah disampaikan bahwa kajian kita pada kesempatan malam hari ini, berbicara tentang “SIKAP SEORANG MUSLIM DI DALAM MENYIKAPI KESALAHAN SAUDARANYA” dan ini merupakan pembahasan yang sangat penting untuk kita ketahui agar kita semua bisa bersikap di dalam TUNTUNAN-TUNTUNAN SYARI’AT ISLAM yang sesuai dengan AL-QUR’AN dan petunjuk dari HADITS-HADITS NABI SHALALLAHU’ALAIHI WASALLAM untuk menyikapi dari setiap kesalahan yang dilakukan oleh saudara-saudara kita. Ada beberapa hal yang akan saya sampaikan berkaitan dengan sikap tersebut, namun alangkah baiknya pada pendahuluan atau muqaddimah dari pembahasan ini ada suatu hal yang ingin kita tekankan terlebih dahulu sebelum kita akan menyebutkan apa saja sikap-sikap yang harus kita ambil ketika kita mendapatkan adanya suatu kesalahan yang dilakukan oleh saudara kita. Pada pendahuluan ini kita kembali akan mengingatkan dan menegaskan bahwasanya kita Sebagai manusia merupakan makhluq yang tidak akan mungkin pernah lepas dari yang namanya perbuatan dosa dan kemaksiatan, entah itu perbuatan dosa yang kita lakukan adalah dosa yang besar atau dosa yang kecil, entah perbuatan dosa tersebut kita lakukan karena ada unsur kesengajaan atau pun tidak ada unsur kesengajaan, entah perbuatan dosa tersebut kita lakukan secara terbuka atau pun secara tertutup, yang jelas kita sebagai manusia maka kita semua adalah makhluq yang tidak akan mungkin terlepas dari yang namanya kesalahan dari yang namanya perbuatan dosa dan kemaksiatan. Dan itu yang telah ditegaskan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam didalam suatu hadits yang mana hadits ini sudah sering kita dengar, bahwasanya Nabi Shalallahu’alaihi wasallam bersabda

 

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

 

Kata Nabi Shalallahu’alaihi wasallam : “Setiap anak adam itu pasti melakukan kesalahan…. setiap anak adam itu tidak akan mungkin terlepas dari yang namanya perbuatan dosa dan maksiat,” akan tetapi kata Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam : “Sebaik-baik mereka yang jatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiyat mereka adalah orang-orang yang selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’ala.”

 

– Maka berdasarkan dari apa yang Rasul sampaikan ini, semakin jelaslah bahwasanya tidak ada satu pun manusia bahkan kita yang hadir di dalam majelis ini, tidak ada satu pun kita yang terluput dari perbuatan dosa dan maksiat.

 

– Ada suatu hal yang harus kita fahami, bahwa ketika seseorang dia melakukan suatu kesalahan atau disaat dia terjatuh ke dalam perbuatan dosa dan kemaksiatan, mungkin sebagian di antara kita langsung memberikan vonis yang tidak baik kepada orang tersebut.

 

– Namun disisi yang lain para ulama telah menjelaskan, bisa jadi… ada kalanya seseorang itu jatuh kedalam perbuatan dosa dan maksiat itu adalah wasilah itu adalah perantara atau pun sebab yang dengannya Allah Subhanahu wata’ala menginginkan orang tersebut untuk selalu kembali kepada Allah.

 

– Dan itu yang telah di tegaskan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam didalam suatu hadits yang shahih yang dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim didalam kitab shahihnya, kata Nabi Shalallahu’alaihi wasallam

 

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ

 

“Demi jiwa Muhammad yang ada ditangannya Allah Subhanahu wata’ala

 

لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ،

 

“Kalau seandainya kalian kata Rasulullah tidak pernah melakukan suatu kesalahan, maka Allah akan melenyapkan kalian.”

 

– Jadi kalau seandainya kalian wahai para manusia tidak pernah melakukan kesalahan, tidak pernah jatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiat, “ladzahaballahu bikum” Allah pasti akan melenyapkan kalian.

 

وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

 

“Sehingga Allah akan mendatangkan kaum yang lain yang mana mereka adalah orang-orang yang jatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiat, setelah itu mereka pun beristighfar, setelah itu mereka bertaubat kepada Allah akhirnya Allah mengampunkan dosa-dosa mereka.”

 

– jadi ada kalanya seseorang yang jatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiat ini adalah sebab yang dengannya dia akan selalu kembali kepada Allah subhanahu wata’ala,.

 

– Bahkan Rasulullah menegaskan didalam hadits ini, kalau seandainya tidak ada di antara manusia yang berbuat dosa Allah akan melenyapkan mereka.

 

– Sehingga Allah akan mendatangkan kaum-kaum yang sesudahnya yang mana mereka melakukan perbuatan dosa dan maksiat setelah itu mereka pun beristighfar dan bertaubat akhirnya Allah memberikan ampunan kepada mereka.

 

– Maka disini juga kata para ulama menunjukkan bahwa betapa besarnya (betapa luasnya) rahmat Allah Subhanahu wata’ala, yang mana Allah Subhanahu wata’ala itu adalah Dzat yang lebih menyukai untuk memberikan ampunan kepada hambanya dari pada Allah itu menurunkan adzab kepada para hambanya.

 

– Sampai dijelaskan dalam suatu hadits, Allah lebih berbahagia, Allah lebih bergembira ketika mendapatkan adanya seorang hamba yang bertaubat kepada Allah dibandingkan kegembiraan seseorang yang dia mendapatkan binatang tunggangannya beserta perbekalannya itu hilang dipadang pasir.

 

– Maka disini menunjukkan bahwa seseorang yang terjatuh dalam perbuatan dosa dan maksiat adakalanya itu menjadi sebab yang dengannya dia akan terus berusaha untuk kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala dan ini juga menunjukkan bahwasanya kasih sayangnya Allah itu lebih besar kepada hambanya sehingga Allah lebih menyukai untuk memberikan ampunan daripada menurunkan siksaan kepada hamba-hambanya.

 

Link audio: https://t.me/faidahstory/1989

 

 

 

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: