Allah tidak Ridha Dipersekutukan dengan Apapun

Allah tidak Ridha Dipersekutukan dengan Apapun

Tulisan tentang Allah tidak Ridha Dipersekutukan dengan Apapun ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala.

Lihat sebelumnya: Larangan Mendurhakai Rasul dan Menyekutukan Allah

Kajian Tentang Allah tidak Ridha Dipersekutukan dengan Apapun

Menit ke-2:48 Bismillahirrahmanirrahim.. Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, juga kepada keluarganya dan seluruh sahabatnya.

Kaum muslimin dan muslimat pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pengarang kitab Ushul Ats-Tsalatsah ini, yaitu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah, ketika beliau menjelaskan bahwasanya ibadah adalah murni hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ridha untuk dipersekutukan denganNya sesuatu apapun. Kemudian pengarang kitab ini Rahimahullah menyebutkan dalil dari permasalahan ini, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّـهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّـهِ أَحَدًا ﴿١٨﴾

Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka janganlah engkau berdoa kepada siapapun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Jinn[72]: 18)

Kata أَحَدًا, apa yang dimaksud dengan kalimat ini? Kalimat ini adalah kalimat yang nakiroh dalam konteks larangan, maka di sini mencakup semua hal yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tentu malaikat tidak keluar dari larangan ini. Juga para Nabi, juga para wali, mereka semua tidak boleh disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّـهِ أَحَدًا (Janganlah engkau berdoa kepada sesuatu apapun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala), baik itu malaikat yang dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala ataupun Nabi yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, apalagi selain keduanya.

Jadi yang dimaksud dengan “Janganlah engkau berdoa kepada selain Allah,” siapapun ia, baik itu para malaikat, para Nabi apalagi selainnya, tentu semuanya tidak berhak untuk disembah, tidak berhak untuk seseorang berdoa kepada mereka. Karena ini adalah murni hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam masalah ini.

Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ, yang dimaksud dengan مساجد yaitu tempat-tempat bersujud, juga ada yang menafsifkan bahwa yang dimaksud dengan مساجد  di sini adalah anggota badan yang digunakan untuk bersujud, ini semua milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka apabila yang dimaksud dengan مساجد  di sini adalah tempat-tempat shalat, maka maknanya adalah “Janganlah engkau sujud di dalam tempat-tempat tersebut kepada siapapun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Dan apabila yang dimaksud dengan مساجد adalah anggota badan yang digunakan untuk bersujud, maka maknanya adalah “Janganlah engkau sujud dengan anggota badan tersebut kepada siapapun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Karena مساجد  (tempat-tempat sujud) tidak boleh digunakan di dalam tempat itu seseorang bersujud kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا

“Dan dijadikan untukku bumi sebagai tempat sujud dan untuk bersuci.” (HR. Bukhari)

Juga anggota-anggota badan yang digunakan bersujud adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak boleh seorang menggunakan anggota badan tersebut untuk bersujud kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّـهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّـهِ أَحَدًا (Dan sesungguhnya masjid-masjid milik Allah, maka janganlah engkau berdoa kepada siapapun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala), artinya janganlah engkau menjadikan sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal ibadah dan ini adalah permasalahan yang sangat penting, permasalahan besar dan permasalahan yang perlu untuk diperhatikan.

Menit 7:50 Dan sebagaimana beliau sampaikan bahwasanya ini adalah masalah yang penting, masalah yang besar, akan tetapi banyak dari manusia mereka lalai dari hari ini dan mereka dipalingkan dari sesuatu yang benar ini, dipalingkan dari tauhid yang lurus, padahal ini adalah masalah yang sangat penting yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mengetahuinya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ridha untuk di persekutukan denganNya sesuatu apapun dalam hal ibadah. Siapapun dia, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ridha untuk dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّـهِ أَحَدًا

Janganlah engkau berdoa kepada siapapun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Jinn[72]: 18)

Tidak boleh memberikan loyalitas kepada orang yang menentang Allah dan RasulNya

Menit ke-10:30 Para pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian masalah yang ketiga, yaitu barangsiapa yang menaati Rasul dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak boleh baginya untuk memberikan loyalitas kepada orang yang menentang Allah dan RasulNya walaupun orang tersebut adalah orang terdekat dengan dia. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ

Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir mereka mencintai orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya.”

وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

Walaupun mereka adalah bapak-bapak mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, atau keluarga mereka.”

أُولَـٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ

Mereka itulah orang-orang yang Allah tuliskan keimanan dalam hati-hati mereka.

وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ

Dan Allah perkuat mereka dengan pertolongan dariNya.”

وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

Dan Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.

خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

Mereka kekal di dalamnya dan Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

أُولَـٰئِكَ حِزْبُ اللَّـهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّـهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٢٢﴾

Mereka itu adalah kelompok Allah dan ketahuilah sesungguhnya kelompok Allah yang menang.

Ini adalah permasalahan ketiga yang dibangun diatas dua permasalahan. Masalah pertama telah kita ketahui, yaitu masalah ketaatan kepada Rasul. Dan perkara yang kedua yaitu mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu ketika pengarang kitab ini Rahimahullah sebelum beliau berbicara tentang masalah yang ketiga, beliau meringkas dua masalah yang pertama dengan mengatakan: “Bahwasanya barangsiapa yang menaati Rasul (ini adalah masalah pertama) kemudian dia mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala (ini masalah yang kedua)” kemudian datang masalah yang ketiga, yaitu bahwasanya orang yang menaati Rasul dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak boleh memberikan loyalitas kepada orang yang menentang Allah dan RasulNya walaupun orang tersebut adalah orang terdekat dari dia.

Ini adalah permasalahan loyalitas dan permusuhan kepada orang-orang kafir serta larangan untuk memberikan loyalitas dan cinta kita kepada kepada mereka.

Dan pengarang kitab ini menyebutkan dalil dari Al-Qur’an. Dan dalil tersebut adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ sampai akhir ayat. Ayat yang kita bacakan tadi adalah dalil tentang permasalahan yang ketiga ini.

Menit ke-14:32 Para pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita ketahui bahwasanya permasalahan ketiga yang disebutkan oleh pengarang kitab ini yaitu wajibnya kita berlepas diri dari orang-orang musyrik, dan wajibnya kita membenci mereka. Kemudian pengarang kitab ini Rahimahullah menyebutkan dalil dari permasalahan ini, yaitu ayat yang kita bacakan tadi.

Menit ke-16:31 Para pendengar, kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pengarang kitab ini ketika menyebutkan dalil dari wajibnya kita berlepas diri dan membenci orang-orang kafir, beliau membacakan ayat لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ (Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka mencintai orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya).

Kemudian dalam Al-Qur’anul Karim, ada tiga ayat dalam permasalahan ini yang menjelaskan bahwasanya wajibnya kita membenci orang kafir dan tidak memberikan loyalitas kita kepada mereka. Dan setiap ayat dari ayat-ayat ini dimulai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا (Wahai orang-orang yang beriman, janganlah engkau menjadikan...).

Ayat yang pertama dari tiga ayat ini yaitu larangan untuk menjadikan siapapun dari orang kafir sebagai wali, sebagai teman, sebagai pemimpin, sebagai orang-orang pilihan. Dan ayat kedua ada pengkhususan dari orang-orang kafir tersebut dari Yahudi dan Nashara. Ayat yang pertama umum, semua kafir, kita tidak boleh menjadikan mereka sebagai wali, sebagai teman dekat, sebagai pemimpin. Dan ayat yang kedua mengkhususkan larangan menjadikan orang-orang Nashara dan Yahudi sebagai wali-wali kita. Kemudian ayat yang ketiga mengkhususkan kerabat kita dari orang-orang kafir, baik itu bapak atau saudara atau selainnya.

Ayat yang pertama yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah engkau menjadikan musuhKu dan musuh-musuh kalian sebagai pemimpin-pemimpin.” (QS. Al-Mujadilah[60]:1)

Kemudian ayat yang kedua, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nashara sebagai wali, sebagai pemimpin, sebagai orang-orang dekat, karena sesungguhnya sebagian mereka dari sebagian yang lain adalah saling tolong-menolong. Dan barangsiapa yang memberikan loyalitas kepada mereka, sesungguhnya dia termasuk bagian dari mereka.” (QS. Al-Maidah[5]: 51)

Kemudian ayat yang ketiga yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah engkau menjadikan bapak-bapak kalian dan saudara-saudara kalian sebagai wali-wali, pemimpin,”

إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ

Jika mereka lebih mencintai kekufuran daripada keimanan.”

وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿٢٣

Dan barangsiapa di antara kalian yang mencintai dan menolong mereka, maka sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang dzalim.” (QS. At-Taubah[9]: 23)

Menit ke-20:41 Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ (Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir mereka mencintai orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya.) Arti kata مَنْ حَادَّ adalah مجانبة (menjauhi) dan مخالفة (meyelisihi).

Dan orang yang menentang Allah dan RasulNya, seakan-akan di sini -sebagaimana disebutkan oleh sebagian ulama- bahwasanya orang tersebut berada di garis yang tidak digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan digariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Oleh karena itu kita ketahui bahwasanya manusia itu terbagi menjadi dua kelompok. Orang-orang beriman berada di garis yang digariskan oleh Allah dan RasulNya, sebagaimana firman Allah:

تِلْكَ حُدُودُ اللَّـهِ

Itulah garis-garis yang ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. An-Nisa[4]: 13)

Maka seorang yang beriman senantiasa berada di dalam garis yang ditentukan oleh Allah dan RasulNya. Adapun orang kafir, maka dia berada di garis yang digariskan oleh setan dan tentara-tentaranya.

Maka orang yang menentang Allah dan RasulNya atau melawan Allah dan RasulNya dan meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari tauhid dan apa yang diwajibkan, maka berarti dia berada di kelompok yang digariskan oleh setan.

Beriman kepada Allah dan hari akhir

Menit ke-22:50 Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Engkau tidak akan mendapati (Wahai Nabi) suatu kaum (suatu kelompok/jama’ah)” Tentu yang dimaksud di sini bukan hanya kelompok, tapi setiap perorangan juga termasuk dalam ayat ini. يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ini adalah sifat mereka: “Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir” Kemudian dalam satu waktu mereka pun mencintai orang yang menentang Allah dan RasulNya. Ini adalah dua perkara yang tidak mungkin tergabung dalam hati seorang hamba. Karena di antara konsekuensi dari keimanan kepada Allah dan hari akhir adalah seorang tidak boleh memberikan loyalitas kepada orang kafir walaupun orang tersebut adalah keluarga terdekat dia.

Menit ke-24:45 Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ (Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir), dua kata ini sering digabung dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir. Banyak kita dapati digandengkan dua perkara ini dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hal ini dikarenakan iman kepada Allah adalah tujuan utama diciptakannya manusia, bahkan iman kepada Allah adalah pokok terpenting dalam agama ini. Dan disebabkan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lah manusia itu diciptakan.

Adapun hari akhir adalah hari yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan ganjaran kepada dua kelompok; kelompok yang beriman dan kelompok yang tidak beriman. Dan kita dapati banyak sekali dalam ayat dan hadits dua perkara ini digabungkan. Karena iman kepada Allah adalah tujuan utama diciptakannya makhluk dan merupakan pondasi utama dalam keimanan dan pondasi utama dalam agama. Adapun iman kepada hari akhir, yaitu hari pembalasan dan hari dihitungnya amalan-amalan makhluk, juga hari dimana orang akan diadzab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala jika mereka meninggalkan apa yang Allah perintahkan.

Sifat orang kafir

Menit ke-26:40 Firaman Allah Subhanahu wa Ta’ala مَنْ حَادَّ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ (Siapa yang menentang Allah dan RasulNya), ini adalah sifat bagi setiap orang kafir. Karena setiap orang kafir mesti dia menentang Allah dan RasulNya dan dia berada di garis yang digariskan oleh setan dan tentara-tentaranya. Dan dia tidak termasuk dari kelompok Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dia berada di kelompok-kelompok setan yang menentang Allah dan RasulNya. Dan mereka adalah musuh dari Allah dan musuh dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Faedah tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai wali

Menit ke-29:20 Para pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menutup ayat ini dengan firmanNya:

أُولَـٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ

Mereka itulah orang-orang yang Allah tuliskan iman dalam hati-hati mereka.

Ini adalah balasan yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai wali-wali mereka. Di antara balasan yang disebut Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pertama adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala menuliskan keimanan dalam hati-hati mereka.

Kemudian perkara yang kedua:

وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan mereka kekuatan dengan pertolongan dariNya.”

Yang dimaksud ruh di sini adalah bantuan atau wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian yang ketiga, yaitu:

وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا

Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memasukkan mereka ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai dan mereka akan kekal di dalamnya.

Ini adalah karunia yang sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian perkara keempat yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi mereka, yaitu:

رَضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمْ

Allah akan ridha kepada mereka.

Ini juga termasuk nikmat yang sangat besar dan karunia yang sangat mulia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Perkara kelima adalah:

وَرَضُوا عَنْهُ

“Mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Perkara keenam, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka dengan sifat bahwasanya mereka adalah kelompok Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena manusia terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu kelompok Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kelompok yang kedua yaitu kelompok yang bersama musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu kelompok setan.

Perkara ketuju, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwasanya sesungguhnya kelompok Allah mereka itulah orang yang beruntung.

Ini adalah janji-janji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah berikan kepada mereka dan ini adalah perkara-perkara yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tentu hal ini cukup membuat hati kita untuk tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai orang-orang yang kita cintai walaupun dia adalah keluarga terdekat dari kita.

Berakhlak baik dengan orang kafir

Menit ke-33:55 Para pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perlu kita ketahui bahwasannya membenci orang kafir itu tidak bertentangan dengan kita bergaul dengan baik dengan mereka, berakhlak baik dengan mereka, agar kita dapat menarik hati dia untuk masuk ke dalam agama kita.

Jadi walaupun dalam hati kita, kita benci dia, benci amalan dia, akan tetapi kita tetap diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka agar mereka tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَّا يَنْهَاكُمُ اللَّـهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾

“Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melarang kalian dari orang-orang yang tidak memerangi kalian dalam agama kalian dan tidak mengeluarkan kalian dari kampung kalian untuk berbuat baik kepada mereka dan berbuat adil kepada mereka. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai orang yang berbuat adil.” (QS. Al-Mumtahina[60]: 8)

Juga ketika ibunda Asma’ Radhiyallahu ‘Anha datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan meminta izin untuk menyambung silaturahmi kepadanya, maka Nabi mengatakan: “Sambunglah silaturahmi kepada ibumu,” dan ini tidak bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita bacakan tadi, yaitu: “Tidaklah engkau mendapati orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir kemudian dia mencintai orang kafir,” ini tidak bertentangan dengan kita berbuat baik dengan orang kafir. Sebagaimana juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

Sebagaimana kita juga diperintahkan untuk tetap berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Dan seandainya mereka menyuruh kita untuk berbuat kesyirikan, maka kita dilarang untuk menaati mereka dan kita tetap berbuat baik dan bergaul dengan baik kepada mereka.

Dalam ayat dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memerintahkan kita untuk mendurhakai kedua orang tua kita. Akan tetapi cukup dalam ayat ini Allah mengatakan “jangan engkau menaati keduanya”. Akan tetapi dalam muamalah duniawiyah, dalam masalah bergaul dalam perkara dunia, maka kita tetap diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua kita walaupun dia seorang yang kafir.

Bahkan seandainya kita punya tetangga yang kafir, kita tetap diperintahkan juga untuk berbuat baik kepadanya. Memberikan hadiah kepada tetangga kita tersebut, sebagaimana dalam riwayat sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma pernah menyembelih seekor kambing dan dia mengatakan: “Berilah tetangga-tetangga kita sebagian dari kambing tersebut.” Dan ketika ditanyakan kepada sahabat Ibnu ‘Umar: “Apakah tetangga kita yang Yahudi tersebut?” Beliau mengatakan: “Ia, tetangga kita yang Yahudi,” karena beliau pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa diwasiatkan oleh malaikat Jibril untuk berbuat baik kepada tetangga.

Dan juga kita dapati di dalam kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Ahlus Sunnah, mereka menyebutkan bab bolehnya kita memberikan hadiah kepada orang musyrik. Maka boleh bagi kita untuk memberikan hadiah, baik itu berupa makanan atau pakaian atau selainnya kepada tetangga kita atau orang musyrik atau orang kafir agar mereka bisa tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam.

Menit ke-38:40 Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan kita dapati bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah meminta hujan untuk sebagian kaum musyrikin. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diturunkan hujan kepada kaum musyrikin ketika mereka ditimpa kekeringan. Dan ini tidak bertentangan dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk membenci mereka. Karena hal ini adalah agar mereka tertarik untuk masuk Islam. Bahkan mereka boleh untuk diberikan sebagian dari zakat yang dikeluarkan oleh kaum muslimin agar mereka tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam.

Maka kita dapati agama Islam adalah agama yang sangat pertengahan dalam hal ini. Melarang untuk mencintai, menjadikan mereka teman, menjadikan mereka pemimpin, akan tetapi kita juga diperintahkan untuk bermuamalah dengan baik, bergaul dengan baik kepada mereka yang tidak memerangi kita.

Jadi orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin, mereka tetap diajak bergaul atau bermuamalah dengan muamalah yang baik, mereka diberikan hadiah, hal ini bertujuan agar mereka tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam. Dan kita dapati dalam sirah dan sejarah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kita dapati banyak sekali perkara-perkara yang mengherankan dan mengagumkan dalam masalah ini. Yaitu kita dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk memberikan loyalitas kepada orang kafir, dilarang untuk mencintai orang kafir, akan tetapi kita juga tetap diperintahkan untuk bermuamalah dengan baik kepada mereka. Tentu dengan tujuan agar mereka tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam dan agar mereka tidak membenci kita dan agar mereka tertarik untuk membantu kita dan menolong kaum muslimin. Jadi hal itu ditujukan agar mereka tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam.

Dilarang membunuh orang kafir muahad

Menit ke-42:0o Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ada juga perkara yang wajib kita perhatikan dan banyak orang tergelincir dalam masalah ini. Yaitu bukan berarti kita diperintahkan membenci orang kafir kemudian kita membunuh mereka dimanapun mereka kita dapati. Dan syariat datang merincikan hal ini. Kita dapati di dalam syariat kita dilarang dan diharamkan untuk membunuh orang kafir yang mempunyai perjanjian dengan kaum muslimin, juga orang kafir yang tinggal di negeri kaum muslimin atau orang kafir yang mendapatkan jaminan keamanan. Kita dapati bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengancam dengan ancaman yang sangat berat bagi orang yang membunuh mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ

“Barangsiapa yang membunuh kafir mu’ahad, maka dia tidak akan mencium bau surga.” (HR. Bukhari)

Dan kafir mu’ahad adalah orang kafir yang mempunyai perjanjian untuk tidak berperang dengan kaum muslimin (NOTE: Tanyakan ke Ustadz Iqbal Gunawan). Adapun kafir yang musta’man yaitu orang yang masuk ke dalam negeri kaum muslimin dengan jaminan keamanan dan dzimmi adalah orang yang tinggal di negeri kaum muslimin dan di bawah kekuasaan kaum muslimin dan mereka membayar jizyah. Mereka semua tidak boleh dibunuh.

Maka seorang wajib untuk mempelajari hal ini dengan baik agar dia tidak tersesat dalam masalah yang sangat penting ini.

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita selalu dibimbing oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diberi taufik di dunia dan di akhirat dan kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memperbaiki semua keadaan kita.

Selanjutnya: Urgensi Tauhid

Baca dari awal yuk: Mukadimah Kajian Al-Ushul Ats-Tsalatsah

Mp3 Kajian Tentang Allah tidak Ridha Dipersekutukan dengan Apapun

Sumber audio: radiorodja.com

Mari turut menyebarkan catatan kajian “Allah tidak Ridha Dipersekutukan dengan Apapun” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: