Khutbah Istisqa – Kecurangan Pembawa Bencana – Ustadz Abdullah Zaen, M.A.

Khutbah Istisqa – Kecurangan Pembawa Bencana – Ustadz Abdullah Zaen, M.A.

Berikut ini transkrip Khutbah Istisqa tentang “Kecurangan Pembawa Bencana” yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Istisqa – Kecurangan Pembawa Bencana

السَّلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ الْكَرِيمِ الْوَهَّابِ، يَغْفِرُ الذُّنُوبَ وَيَسْتُرُّ الْعُيُوبَ وَيُجِيبُ الدُّعَاءَ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنَ السَّمَاءِ، نَحْمَدُهُ حَمْدَ الشَّاكِرِينَ وَنَسْتَغْفِرُهُ اسْتِغْفَارَ التَّائِبِينَ وَنَسْأَلُهُ مِنْ فَضْلِهِ الْعَظِيمِ، وَهُوَ الْجَوَّادُ الْكَرِيمُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، كَانَ يُكْثِرُ الْاِسْتِغْفَارِ وَالتَّوْبَةِ وَيُكَرِّرُهَا فِي الْيَوْمِ مِئَةَ مَرَّةٍ، وَقَدْ عَدَّ لَهُ أَصْحَابُهُ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَاتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ

فَاتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى وَأَطِيعُوهُ وَتُوبُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَأَنِيبُوا إِلَيْهِ وَاسْأَلُوهُ فَإِنَّهُ سُبْحَانَهُ وَاسِعُ الْعَطَاءِ مُجِيبُ الدُّعَاءِ

Jamaah shalat Istisqa, Rahimakumullah. Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenarnya. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Jamaah shalat Istisqa yang semoga dimuliakan Allah. Setiap peristiwa di alam semesta ini pasti terjadi dengan takdir dan kehendak Allah, entah itu kejadian yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al-Qamar[54]: 49)

Tidak ada suatu kejadian pun yang ditakdirkan Allah melainkan pasti ada hikmahnya, termasuk musibah yang datang bertubi-tubi, musim paceklik, kemarau panjang, kebakaran hutan di berbagai penjuru, huru-hara, ketidakstabilan keamanan di banyak wilayah, dan kondisi perekonomian yang tidak stabil, serta berbagai macam musibah lain yang menimpa negeri kita tercinta. Semua itu terjadi dengan takdir Allah, dan pasti ada hikmahnya.

Sikap orang yang beriman adalah berusaha menggali hikmah-hikmah tersebut, bukan justru mencari kambing hitam atau bahkan menyalahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Na’udzubillahimindzalik.

Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Apapun musibah yang menimpa kalian adalah akibat dari perbuatan dosa kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosa kalian.” (QS. Asy-Syura[42]: 30)

Jadi, musibah yang terjadi ini adalah akibat dari merebaknya dosa dan maksiat secara umum. Adapun paceklik dan kemarau panjang, salah satu pemicu terbesarnya adalah karena banyaknya praktik kecurangan dalam bisnis dan perdagangan, serta enggannya orang kaya untuk mengeluarkan zakatnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan:

وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ

“Ketika para pedagang gemar untuk mencurangi timbangan, pasti manusia akan ditimpa musim paceklik panjang, biaya hidup yang tinggi, dan kelaliman penguasa…”

وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ

“Manakala orang-orang kaya enggan untuk mengeluarkan zakat, pasti air hujan akan ditahan turun dari langit.”

وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا

“Andaikan bukan karena belas kasihan terhadap hewan-hewan, niscaya hujan tidak akan pernah turun lagi.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai Hasan oleh Al-Albani).”

Jamaah shalat Istisqa yang dirahmati Allah. Sikap curang bukan hanya bisa menjangkiti para pedagang saja, namun juga berpotensi menjangkiti seluruh manusia biasa, apapun profesinya. Pejabat, rakyat biasa, pegawai, guru, siswa, orang tua, anak-anak, dan lain selain sebagainya, semua berpotensi untuk terjangkiti sifat curang.

Pejabat yang mengorupsi harta negara, berarti dia telah berbuat curang terhadap rakyatnya, sebab dia menghianati amanah yang dipercayakan kepadanya.

Rakyat yang tidak menaati aturan, baik dari pemerintah atau menasehati pemerintah dengan cara anarkis, berarti rakyat telah berbuat curang kepada pemerintah, sebab dia melanggar rambu-rambu yang telah digariskan Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Pegawai: pegawai yang telat masuk kerja atau pulang sebelum waktunya tanpa alasan syar’i, dia telah berbuat curang terhadap instansi pekerjaannya, sebab dia tidak menunaikan kewajibannya secara sempurna. Namun, setiap awal bulan, dia mengambil hak gajinya secara sempurna.

Guru: guru yang tidak menjadi sosok yang bisa digugu dan ditiru, dia telah berbuat curang kepada para muridnya, sebab dia menghianati amanah sebagai pendidik yang seharusnya memberi suri teladan yang baik kepada siswa-siswi.

Murid: murid yang tidak menghormati gurunya, dia telah berbuat curang kepada Sang Guru, sebab tidak mengindahkan petuah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengajarkan agar menghormati orang yang lebih tua dan membalas jasa baik orang lain.

Orang tua: orang tua yang tidak pernah memperhatikan pendidikan agama anaknya dan membiarkan mereka berbuat maksiat sekehendaknya, dia telah berbuat curang, sebab dia mengkhianati amanah yang Allah bebankan kepadanya.

Anak: anak yang durhaka kepada orang tuanya, dia telah berbuat curang, sebab dia sudah mengabaikan wasiat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berpesan agar anak berbuat baik kepada orang tuanya.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Jika musibah itu dipicu dengan perbuatan dosa dan maksiat, maka agar musibah tersebut berakhir, satu-satu jalan adalah dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemarau panjang bisa diakhiri manakala kita semua mau kembali kepada Rabbul ‘Alamin dengan merintih, mengiba, memohon, dan merendahkan diri kita di hadapan Allah, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma menuturkan:

إنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ خرجَ متبذِّلًا متواضعًا متضرِّعًا

“Sungguh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berangkat menuju lapangan untuk shalat Istisqa dengan berpakaian sederhana, dalam keadaan rendah hati, dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Tirmidzi dan beliau menilai hadits ini Hasan Shahih).

Doa Memohon Hujan

Maka mari kita beristighfar, memohon ampun kepada Allah, bertaubat dengan serius, mengiba, dan merintih kepadaNya, agar Allah berkenan menurunkan hujan yang penuh berkah.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءَ

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia. Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkau Maha Kaya sementara kami semua fakir (sangat membutuhkanMu).

إِنزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ.

Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami, dan sebagai bekal di hari yang telah ditetapkan.

اللَّهُمَّ اسْقِنَا.. اللَّهُمَّ اسْقِنَا.. اللَّهُمَّ اسْقِنَا

Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami.

اللَّهُمَّ اغثنا.. اللَّهُمَّ اغثنا.. اللَّهُمَّ اغثنا

Ya Allah turunkanlah hujan yang lebat kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan yang lebat kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan yang lebat kepada kami.

‏ اللَّهُـمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا مَرِيعاً نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ عَاجِلاً غَيْرَ آجِلٍ

Ya Allah turunkanlah kepada kami hujan yang lebat, yang bermanfaat, serta tidak membahayakan. Hujan yang datang dengan segera dan tidak tertunda.

اللَّهمَّ اسقِ عبادَك وبَهيمتَك وانشُر رحمتَك وأحيِ بلدَك الميِّتَ

Ya Allah turunkanlah hujan kepada hambaMu, serta hewan-hewan ternak. Terbarkanlah rahmatMu, hidupkanlah wilayah-wilayah yang mati.

اللهم اسقنا غيثًا مريئًا مريعًا طبقًا عاجلاً غير رائث ، نافعًا غير ضار

Ya Allah turunkanlah kepada kami hujan yang lebat, yang memberikan kebaikan yang merata, yang datang dengan segera dan tidak tertunda, yang bermanfaat serta tidak membahayakan.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Jamaah yang kami hormati,

Setelah selesai khutbah ini dan doa bersama tadi, disunahkan bagi setiap individu untuk berdoa sendiri-sendiri menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi. Dianjurkan bagi kita sebelum berdoa untuk merubah letak sorban yang kita kenakan sebagai bentuk optimisme, agar Allah berkenan merubah kondisi kita dari musim paceklik menjadi musim panen yang berlimpah, dari kemarau yang panjang menjadi musim hujan yang penuh berkah.

Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menuturkan:

ثم رفَع يديه، فلم يزلْ في الرَّفْعِ حتى بدَا بياضُ إِبْطَيه، ثم حوَّل إلى الناسِ ظَهرَه، وقَلَبَ أو حَوَّل رداءَه

“Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangannya, terus mengangkat tinggi kedua tangannya sampai terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membelakangi jamaah lalu merubah posisi sorbannya (sebagaimana tindakan beliau yang mengisyaratkan perubahan). (HR. Abu Daud dan dinyatakan shahih oleh Imam Al-Hakim).

Semoga Allah berkenan mengabulkan permohonan kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

والسلام عليكم ورحمه الله وبركاته

Video Khutbah Istisqa

Download mp3 khutbahnya di sini: t.me/ngajiid/184

Video: Utsman

Mari turut menyebarkan link download kajian “Khutbah Istisqa – Kecurangan Pembawa Bencana” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: