Khutbah Jumat: Bukti Cinta Allah Padamu
Khutbah Pertama
Wahai hamba-hamba Allah,
Saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada semua yang hadir tempat ini untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla. Hanya mereka yang sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ﴿آل عمران : ۱۰۲﴾
“Wahai orang-orang yang beriman” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)
Ingat, panggilan Allah ini khusus untuk yang beriman. Yang tidak beriman, silakan tutup telinganya. “Ittaqullah” kata Alllah. Bertakwalah kalian kepada Allah Jalla Jalaluhu, mungkin kita akan berfikir, sering kita diwasiatkan untuk bertakwa. Ya, karena memang itulah jalan kesuksesan.
حَقَّ تُقٰىتِهٖ ﴿آل عمران : ۱۰۲﴾
“dengan sebenar-benarnya takwa.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)
Bukan hanya status di WhatsApp atau tulisan yang di-upload tapi mengingat Allah dan tidak melupakan. Syukur dan tidak kufur kepada-Nya, taat dan patuh kepada-Nya, serta tidak berbuat maksiat kepada-Nya
وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ﴿آل عمران : ۱۰۲﴾
“Jangan kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)
Ahibbatiy Fillah,
Pernah kita mendengar ungkapan seseorang, “Alhamdulillah, Allah itu masih cinta sama saya”. Tahukah kita tentang cintanya Allah?
Sebagian orang berfikir, tatkala jabatannya semakin meninggi, karirnya menanjak, hartanya bertambah, usahanya lancar, dia berpikir itu cinta Allah Azza wa Jalla. Laa! Tahu dari mana engkau? Engkau tidak melihat Qarun maupun Hamam? Engkau lupa dengan Fir’aun yang berkuasa pada waktu itu, Sungai Nil mengalir dari bawahnya? Itu tanda cintanya Allah?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗ ۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِ ۗ ﴿الفجر : ۱۵﴾
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. (QS. Al-Fajr[89]: 15)
وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ە ۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِ ۚ ﴿الفجر : ۱۶﴾
“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. (QS. Al-Fajr[89]: 16)
كَلَّا﴿الفجر : ۱۷﴾
“Sekali-kali tidak (demikian),!” (QS. Al-Fajr[89]: 17)
Ahibbatiy Fillah,
Dunia dan isinya ini tidak lebih dari sayap seekor nyamuk, bagaimana itu dijadikan tanda cinta Allah kepada hamba-Nya? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ
“Allah berbagi dunia ini kepada semua orang yang Allah cintai dan yang Allah tidak cintai.“ (Silsilah As Shahihah 2714)
Maka tatkala kita melihat ada orang-orang yang diluaskan rezekinya atau kita sendiri, maka hati-hati. Itu bukan tanda cinta.
وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ
“Tapi Allah tidak berbagi keimanan, kecuali buat orang yang Allah cintai.”(Silsilah As Shahihah 2714)
Tatkala engkau bisa shalat malam, tidak telat datang shalat Jumat, berada di shaf pertama, shalat qabliyah, ba’diyah, engkau bisa menjaga wirid, kemudian di malam hari tatkala orang-orang tidur engkau bangun shalat tahajud, mungkin itu tanda cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan dunia.
Bagaimana agar Allah mencintai kita? Ya, di masa Nabi Alaihisshalatu wa Sallam ada sekelompok manusia yang mengaku-ngaku cinta kepada Allah Azza wa Jalla. Allah turunkan firman-Nya di surat Ali ‘Imran sebagai ujian cinta. Betapa banyak cinta yang palsu dan gombal belaka. Mengaku cinta kepada Allah dan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, buktikan!
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 31)
Kita ini banyak yang terlahir sebagai Islam. Tapi kadang kala tidak mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bagaimana kita akan mengikuti Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kalau belajar kita tentang beliau dulu hanya ketika SD? Setelah itu kita berhenti belajar.
Maka kita perlu mengikuti Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau meninggalkan Al-Quranul Karim dan Sunnah yang kalau kita berpegang teguh dengannya, maka kita tidak akan pernah tersesat selama-lamanya. Di dalam sebuah hadits qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman,
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ , وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ
“Barang siapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan peperangan kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (amal shaleh) yang lebih Aku cintai dari pada amal-amal yang Aku wajibkan kepadanya (dalam Islam),” (HR. Bukhari 5/2384, no. 6137)
Kalau engkau muslim dan ingin menjadi waliyullah, penuhi syarat minimal mengerjakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Engkau jadi muslim yang minimalis, iya. Tapi ada yang naik derajatnya menuju cinta Allah Azza wa Jalla. Bagaimana caranya?
وَمَا يَزالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal tambahan (yang dianjurkan dalam Islam) sehingga Aku-pun mencintainya.” (HR. Bukhari 5/2384, no. 6137)
Hamba ini setelah melaksanakan yang wajib-wajib, dia berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan yang sunnah-sunnah/ anjuran. Dia terus shalat lima waktu, tapi dia bukan hanya 17 raka’at shalatnya. Selesai yang wajib, ia tambah 11 raka’at di malam hari tatkala orang-orang tidur. Dia tambah dengan rawatib, sehingga shalat dia 40 raka’at dalam sehari.
Puasa bukan hanya di bulan Ramadhan. Setiap bulan dia berusaha untuk puasa 3 hari dan puasa senin-kamis. Bicara sedekah, dia tidak hanya berpikir 2.5%. Itu harta dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia berusaha untuk terus mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sedekah-sedekah yang sunnah.
Engkau ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintaimu, maka jangan meremehkan yang sunnah. “Kan, cuma sunnah?” Jangan (bicara demikian). Di situlah terletak cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hambaNya.
فَإِذَا أحْبَبْتُهُ
Kata Allah : “Kalau aku sudah cinta kepada hambaKu,“(HR. Al-Bukhâri 6502 Fathul Bârî (11/348)).
Jama’ah, kalau Allah cinta kepada hambaNya, yang Allah panggil pertama itu Jibril. Lalu mengatakan kepada Jibril:
يَا جِبْرِيْلُ، إِنِّي أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ.فَأَحَبَّهُ جِبْرِيْلُ
“Wahai Jibril, aku cinta kepada fulan (Allah sebutkan nama hambanya).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan nama kita di langit sana? Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil Jibril dan mengatakan, “Wahai Jibril, Aku cinta kepada fulan, engkau cintai dia.” Maka Jibril pun mencintai orang ini.
ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ الْسَّمَاءِ
“Kemudian Jibril menyeru ke seluruh penduduk langit mengatakan kepada mereka,”
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوْهُ
“Sesungguhnya Allah cinta kepada fulan, kalian cintai fulan.” Semua penduduk langit itu cinta sama orang ini.
ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُ الْقَبُوْلُ فِي الْأَرْضِ
“Kemudian orang ini diterima di bumi Allah Azza wa Jalla.” Orang-orang shaleh cinta kepadanya.
Dan kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala cinta kepada kita, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala;
كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ
“Aku akan jadi pendengarannya yang dia tidak akan mendengar kecuali yang aku ridhai.” [HR. Bukhari, no. 6502]
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ
“maka Aku akan selalu membimbingnya dalam pendengarannya,”
Kalau Antum tidak mendengarkan kecuali yang Allah ridhai, semoga itu adalah tanda cinta. Dan kalau Antum tidak melihat kecuali yang Allah ridhai, semoga itu juga tanda cinta.
وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا
“Aku akan menjadi tangannya yang dengannya dia berbuat,”
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا
“Dan meluruskannya dalam langkah kakinya,” [HR. Bukhari, no. 6502]
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadi kakinya yang dia tidak akan melangkahkan kaki kecuali ke tempat-tempat yang Allah cintai.
Ahibbatiy Fillah,
Kita ingin dicintai oleh orang yang berkuasa dan kaya yang sekiranya orang itu dapat membantu kita, yang kalau kita punya permasalahan orang itu akan menolong kita. Mengapa kita tidak menjadi orang yang Allah Azza wa Jalla cintai?
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mempunyai bumi ini, yang memiliki malam, mempunyai Indonesia, Asia, dan yang mempunyai langit dan bumi.
وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ
“Jika dia memohon kepada-Ku maka Aku akan penuhi permohonannya,”
وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ
“dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan berikan perlindungan kepadanya.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6502]
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Jumat Kedua
Ahibbatiy Fillah,
Suatu saat ada orang yang datang kepada Nabi Alaihisshalatu wa sallam dan berkata, “Ajarkan kepadaku amalan, Ya Rasulullah, sehingga Allah mencintaiku dan manusia juga mencintaiku.” Maka kata Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam,
اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا ,يُحِبَّكَ اللهُ
“Zuhudlah di dunia, maka Allah akan mencintaimu.”
Jangan berambisi terhadap dunia. Bagaimana kita berambisi untuk sesuatu yang kita akan meninggalkannya? Kita lihat orang-orang kaya, yang berkuasa. Kemana kekuasaan mereka? Kemana kekayaan mereka? Mati semuanya.
Kenapa kita tidak berpikir cerdas untuk zuhud di dunia? Ambisi kita adalah akhirat. Engkau kerja, menjadi orang kaya ataupun orang sukses, silakan. Tapi yang engkau cari adalah akhirat. Jangan tamak dan serakah. Dan jangan lupa dengan halal dan haram. Jangan sampai menipu, bahkan memutuskan silaturahim gara-gara dunia.
وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ
“Zuhudlah dari apa yang ada di tangan manusia, maka manusia akan mencintaimu.” [HR. Ibnu Majah, no. 4102]
Jangan iri dan dengki terhadap manusia. Manusia akan cinta kepada engkau. Tapi kalau engkau merepotkan manusia, minta sama fulan dan fulan, berburu jabatan, berambisi untuk mendapatkan kedudukan yang menyikut kawannya, mendorong sohibnya, manusia akan membenci engkau walaupun seakan-akan dia menampakan cinta di hadapanmu.
Masih banyak amalan-amalan yang perlu kita kaji dan pelajari agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai kita. Hari ini hari Jum’at, hari yang paling mulia di sisi Allah Azza wa Jalla. Kita tahu orang yang paling Allah adalah Nabi kita Muhammad Alaihisshalatu Wassalam. Perbanyak sholawat hari ini.
Komentar