Khutbah Jumat: Dunia Kesenangan Menipu

Khutbah Jumat: Dunia Kesenangan Menipu

Berikut khutbah jumat tentang “Dunia Kesenangan Menipu yang disampaikan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafizhahullahu Ta’ala. di Masjid Soleh Hawa Jl. Raya Ceger no. 3 RT 05/01 Kelurahan Ceger, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Khutbah Pertama Tentang Dunia Kesenangan Menipu

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita dunia bukan agar kita tertipu dengan dunia, akan tetapi dunia adalah wasilah kita menuju kehidupan akhirat. Agar kita tidak tertipu dengan kehidupan dunia, kita membutuhkan keimanan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Karena sesungguhnya kita hidup di dunia, kemudian setelah itu kita akan meninggal, dan kita akan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ternyata kehidupan dunia dihiasi dengan hal-hal yang membuat kita tertipu, dihiasi dengan sesuatu yang menyebabkan kita lupa dan lalai. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan selalu dalam Al-Qur’an bahwa kehidupan dunia adalah مَتَاعُ الْغُرُورِ  (kesenangan yang menipu).

Seorang hamba, ketika ia berusaha menggunakan akal pikirannya untuk memikirkan hakikat kehidupan dunia dan tujuan hidupnya, untuk apa dia hidup di dunia, ia akan sadar bahwa dunia sesuatu yang fana. Dia tidak akan hidup selamanya di dalam kehidupan dunia. Allah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ…

“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 185)

Maka, saudaraku, hendaknya kita ambil dunia sebatas kebutuhan, bukan untuk menyebabkan kita akhirnya sibuk dengan dunia seluruh hidup kita dan waktu-waktu kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan itu di dalam Al-Qur’anul Karim. Allah berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا…

“Carilah oleh kalian apa yang Allah berikan kepada kalian dari kehidupan akhirat, dan jangan lupakan kehidupan dunia.” (QS. Al-Qasas[28]: 77)

Allah tidak mengatakan: “Cari dunia, jangan lupakan akhirat.” Ketika kita mencari akhirat dan tidak melupakan dunia, artinya kita jadikan dunia wasilah menuju akhirat. Kita befikir bagaimana dunia bisa menambah pahala kita di sisi Allah. Maka seorang mukmin berusaha agar makan, minum, tidur, dan semua aktivitas dunianya bernilai pahala di sisi Allah. Dia ingin agar semua waktu-waktunya adalah pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena bagi dia, pahala itu segala-galanya.

Sementara pecinta dunia, mereka menganggap bahwa dunia segala-galanya. Sehingga akhirnya tujuan hidupnya untuk dunia; cintanya karena dunia, bencinya karena dunia, ridhanya karena dunia. Akhirnya, ia termasuk anak-anak dunia.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu berkata:

إِنَّ الدُّنْيَا قَدِ ارْتَحَلَتْ مُدْبِرَةً، وَإِنَّ الْآخِرَةَ قَدِ ارْتَحَلَتْ مُقْبِلَةً، وَلِكُلٍّ مِنْهُمَا بِنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا

“Sesungguhnya dunia pasti pergi dan akhirat pasti datang, dan masing-masing punya anak-anak, maka jadilah kalian kalian anak-anak akhirat, dan jangan kalian menjadi anak dunia.”

Saudaraku seiman, para pencinta akhirat tetap diberikan oleh Allah dunia, tapi para pecinta dunia kebanyakan mereka berpaling dari akhirat. Al-Hasan Al-Bashri berkata:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ ، عَلَيْكُمْ بِالآخِرَةِ فَاطْلُبُوهَا ، فَكَثِيرًا رَأَيْنَا مَنْ طَلَبَ الآخِرَةَ فَأَدْرَكَهَا مَعَ الدُّنْيَا ، وَمَا رَأَيْنَا أَحَدًا طَلَبَ الدُّنْيَا فَأَدْرَكَ الآخِرَةَ مَعَ الدُّنْيَا

“Wahai para pemuda, hendaklah kalian mencari akhirat. Karena seringkali kita melihat para pencari akhirat tetap diberikan dunia. Dan kita tidak pernah melihat para pencari dunia mendapatkan akhirat bersamanya.”

Bahkan para pecinta dunia, tidak ada yang paling berat bagi mereka dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lihatlah, saudaraku, orang-orang yang hatinya dipenuhi cinta dunia, mereka benci kepada orang-orang yang menaati Allah. Mereka menganggap syariat itu berat karena larangan-larangan Allah seringkali sesuai dengan keinginan dan syahwat mereka. Sedangkan perintah-perintah Allah seringkali tidak sesuai dengan kepentingan dan keinginan mereka. Sehingga para pecinta dunia itu sulit untuk menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan dalam hidupnya.

Makanya Allah berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ…

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik…” Tapi bagi siapa? “Bagi orang yang menginginkan Allah dan kehidupan akhirat.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)

Adapun orang yang menginginkan dunia, sulit dia menjadikan Rasulah sebagai Uswatun Hasanah, sebagai suri tauladan dalam hidupnya. Karena perintah Rasul seringkali tidak sesuai dengan keinginannya, dan larangan Rasul seringkali sejalan dengan syahawat dan hawa nafsunya. Na’udzubillah..

Khutbah kedua – Dunia Kesenangan Menipu

Cinta yang berlebihan terhadap dunia seringkali menimbulkan penyakit-penyakit hati. Orang yang sangat cinta dunia sulit ikhlas mengharapkan wajah Allah, karena ia lebih mengharapkan pujian manusia, ia lebih mengharapkan ketenaran dunia.

Orang-orang yang mengharapkan kehidupan dunia, hatinya penuh dengan dengki dan hasad. Ia merasa panas ketika melihat ada yang menyaingi dalam kehidupan dunia, tapi ia tidak merasa panas ketika ada orang yang lebih baik dalam akhiratnya.

Orang-orang pecinta dunia, cintanya karena dunia. Dia mencintai seseorang karena dunia, dia benci kepada seseorang karena dunia. Padahal, pertemanan karena dunia pada hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan. Allah berfirman:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Orang-orang yang saling berkasih sayang karena dunia, pada hari kiamat nanti akan menjadi musuh satu sama lainnya, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 67)

Kata Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala: “Setiap pertemanan bukan karena Allah, tapi karena dunia. Maka akan berubah menjadi permusuhan pada hari kiamat.”

Video Khutbah Jumat Tentang Dunia Kesenangan Menipu

Video: Masjid Soleh Hawa

Demikian khutbah Jumat tentang “Dunia Kesenangan Menipu“. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: