Khutbah Jum’at: Manusia Penuh Manfaat

Khutbah Jum’at: Manusia Penuh Manfaat

Khutbah Jumat Singkat: Melawan Kemalasan
Khutbah Jumat: Tiga Pilar Utama dalam Menjalani Hidup
Macam-Macam Ibadah yang Diperintahkan Oleh Allah

Tulisan tentang “Manusia Penuh Manfaat” adalah transkrip dari khutbah jumat yang disampaikan Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., BA. Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat Tentang Manusia Penuh Manfaat

Khutbah Pertama

Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Para ulama menyebutkan bahwa dilihat dari jangkauan manfaatnya ibadah terbagi menjadi dua:

⑴ Ibadah Qashirah.
⑵ Ibadah Muta’adiyyah.

• Ibadah Qashirah adalah ibadah yang manfaatnya hanya bisa dirasakan oleh pelakunya, sementara orang lain tidak bisa mendapatkan manfaat itu secara langsung.

• Ibadah Muta’adiyyah adalah ibadah yang manfaatnya bisa dirasakan secara langsung oleh orang lain.

Dan secara umum ibadah Muta’adiyyah lebih afdhal dibandingkan ibadah Qashirah. Karena salah satu di antara orang yang terbaik adalah manusia yang banyak memberikan manfaat bagi yang lain.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ

“Sesungguhnya kalian adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan di tengah umat manusia, karena kalian mempunyai karakter melakukan amar ma’ruf nahi mungkar……”. (QS. Āli-Imrān [03] : 110)

Disebutkan dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu beliau mengatakan:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

Kata beliau:

خَيْرُ النَّاسِ لِلنَّاسِ يَأْتُونَ بِهِمْ في السَّلاسِل فِي أعْنَاقِهمْ حَتَّى يَدْخُلُوا فِي الإسْلامِ.

“Manusia terbaik bagi yang lain adalah orang yang menyerang satu kaum, lalu memaksa mereka dengan rantai sampai akhirnya mereka masuk Islam.”

Ditafsirkan oleh Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu dengan demikian, maksudnya adalah peran para sahabat yang melakukan berbagai macam penaklukan negeri-negeri di sekitar negeri kaum muslimin.

Mengajak kaum yang lain untuk bersama-sama beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan meninggalkan agama kekufuran sehingga mereka memaksa orang-orang di sekitarnya untuk mentauhidkan Allāh, maka mereka pun masuk surga bersama para sahabat Nabi ﷺ.

Ibnu Katsir mengatakan:

وهكذا قال ابن عباس ومجاهد وعطية العوفي وعكرمة وعطاء

Tafsir yang sama juga disampaikan oleh Ibnu Abbas, Mujāhid, ‘Athiyyah Al-‘Aufi dan beberapa ulama lainnya.

Karena itulah para sahabat Nabi ﷺ memberikan perhatian besar untuk memberikan manfaat terbesar bagi yang lain. Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebut umat ini sebagai umat terbaik disebabkan jasanya yang banyak memberikan kebaikan bagi yang lain.

Di antara dalil yang lain bahwasanya ibadah Muta’adiyyah (yang manfaatnya lebih luas) lebih afdhal dibandingkan ibadah Qashirah (ibadah yang menfaatnya terbatas), adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla di surat Fussillat.

Allāh berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًۭا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَـٰلِحًۭا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

“Siapakah manusia yang lebih baik ucapannya dibandingkan orang yang mengajak orang lain untuk kembali kepada Allāh.” (QS. Fussillat [41]: 33)

Dan tafsir دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ ada dua:

⑴ Mengajak manusia untuk masuk Islam atau mengenal ajaran syariat Islam.
⑵ Orang yang mengumandangkan adzan, yang mereka mengajak masyarakat untuk menuju masjid dalam rangka beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebut:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًۭا

“Siapakah yang lebih baik dari ucapan orang ini?”

Tentu jawabannya adalah, “Tidak ada yang lebih baik dibandingkan orang semacam ini”, ini menunjukkan keutamaan mereka yang memberikan jasa kepada orang lain dalam bentuk mengajarkan kebaikan kepada masyarakat.

Nabi ﷺ juga bersabda dalam hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim, beliau memberikan perumpamaan:

مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا

“Perumpamaan ilmu dan hidayah yang Allāh berikan kepadaku, sebagaimana hujan deras yang turun di muka bumi.

Kemudian Nabi ﷺ memisalkan tiga jenis manusia,

فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ

Di antara tanah yang ada di muka bumi ini ada yang bisa menyerap air, setelah dia menyerap air bisa menumbuhkan tanaman dan rerumputan.

وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ

Dan ada juga tanah yang bisa menampung air, lalu air itu bermanfaat bagi yang lain.

وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا،

Kemudian jenis tanah yang ketiga adalah tanah gundukan yang isinya adalah bebatuan, tidak bisa menyerap air dan tidak bisa menahan air, sehingga ketika hujan turun, tidak ada satu pun air yang memberikan manfaat baginya.

Kata Nabi ﷺ dua jenis tanah yang pertama, seperti orang yang dia menerima ilmu kemudian dia berusaha untuk memberikan manfaat bagi orang lain.

Sementara jenis tanah yang ketiga adalah مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا (orang yang sama sekali tidak mempunyai kepedulian terhadap ilmu agama). Sehingga saat dia mendengarkan ceramah atau mendengarkan (disampaikan) ilmu agama, sama sekali dia tidak bisa mengambil manfaatnya.

Hadits ini kata para ulama dijadikan sebagai dalil bahwasanya salah satu di antara amal yang utama adalah berusaha untuk menerima manfaat dari orang lain kemudian menularkan kepada yang lain, karena itu Nabi ﷺ memuji dua jenis manusia yang pertama orang yang bisa menampung ilmu dan menumbuhkan tanaman dan orang yang bisa menampung ilmu kemudian air itu tertampung untuk bisa diberikan airnya kepada yang lainnya.

Hadirin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Manusia di masa silam mereka begitu semangat untuk memberikan manfaat kepada orang lain terutama semangat untuk menyebarkan ilmu agama, karena mereka tahu siapa yang menunjukkan kebaikan bagi yang lain maka dia akan mendapatkan pahala dari amalnya dan pahala dari setiap orang yang mengamalkan ajakannya.

Kita memohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, semoga Allāh jadikan kita sebagai hambanya yang bisa memberikan manfaat bagi yang lainnya. Sehingga kita termasuk di antara orang yang mewujudkan harapan dan doa orang tua kita. Pada saat kita diaqiqahi orang tua kita mendoakan kita semoga menjadi anak yang berkah, bermanfaat bagi nusa bangsa, orang tua, dan agama.

Demikian sebagai khutbah yang pertama.

Khutbah kedua: Membantu Orang Lain Ketika Mereka Melakukan Ibadah

Jama’ah yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Salah satu bentuk kemanfaatan yang bisa kita perjuangkan adalah membantu orang lain ketika mereka melakukan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Pernah suatu ketika para sahabat sedang melakukan safar dalam cuaca yang cukup panas, sampai diceritakan ketika itu orang-orang yang puasa mereka berteduh di pinggiran dan tidak bisa melakukan apapun. Sementara sahabat yang tidak berpuasa ketika safar mereka membantu sahabat yang lain untuk membangun kemah dan tenda.

Ketika Nabi ﷺ melihat situasi semacam ini, yang puasa minggir sementara yang tidak berpuasa dia membangun kemah atau tenda dalam rangka untuk membantu yang lain.

Rasulullah ﷺ berkomentar:

ذَهَبَ الْمُفْطِرُونَ الْيَوْمَ بِالأَجْرِ

“Sahabat yang tidak berpuasa hari ini mereka memborong pahala”.

Disebabkan karena dia membantu yang lain untuk bisa membuat kemah atau tenda agar yang lain bisa berteduh.

Karena itu para sahabat di masa silam mereka berusaha untuk membantu yang lainnya terutama dalam safar atau kegiatan lain untuk mewujudkan ibadah yang sifatnya Qashirah.

Seperti yang diceritakan oleh Mujāhid bin Jabr bahwa beliau pernah mendampingi Ibnu Umar radhiyallāhu ‘anhumā untuk melakukan safar. Dan kita tahu Ibnu Umar jelas lebih senior dibandingkan Mujāhid.

Namun apa kata Mujāhid?

لأخدمه فكان يخدمني

“Saya berusaha untuk melayani Ibnu Umar tapi justru sebaliknya. Justru Ibnu Umar lebih banyak melayaniku.”

Dan diceritakan oleh Abu Muhammad Al-Ma’ruzi ketika beliau melakukan perjalanan haji beliau menjadi orang yang sangat sibuk mencuci baju temannya menyiapkan makanan dan seterusnya. Ketika akan dibantu oleh orang lain beliau menolak karena beliau ingin berusaha untuk melayani yang lainnya dalam melakukan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian pula diceritakan oleh Al-Hafidz Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif, beliau menyebutkan dalam sebuah perjalanan jihad ada salah satu anggota pasukan yang bergabung dan saat bergabung dia menyaratkan, “Saya mau bergabung bersama kalian dengan satu syarat, izinkan aku untuk melayani semua kebutuhan kalian” akhirnya sahabat ini menjadi orang yang paling sibuk dalam perjalanan jihad tersebut.

Dia mencuci baju mereka, menyiapkan makanan, menyiapkan kendaraan bahkan termasuk mencuci apapun yang mereka butuhkan (mencuci sepatu dan yang lainnya). Ketika dibantu oleh orang lain dia menolak dan mengatakan, “Saya telah menetapkan sebuah syarat bahwa saya tidak boleh dibantu siapa pun ketika melayani kalian”, akhirnya terjadilah jihad.

Dan sahabat yang paling sibuk ini meninggal di medan jihad, semuanya kehilangan. Orang yang begitu berjasa banyak membantu teman-temannya.

Di manakah dia? Akhirnya ditemukanlah jasadnya, pada saat ditemukan jasadnya, dilihat di tangannya tertulis sebuah kalimat من آهل الجنة, orang ini penduduk surga.

Akhirnya diperiksa. Ini tulisan pulpen ataukah bagaimana?

Ternyata tulisan itu dibalik kulit sehingga jelas ini bukan tulisan manusia tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla menunjukkan tanda, salah satu di antara tanda karamah orang ini, di mana karena jasadnya dalam banyak melayani orang lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan dia orang yang baik sehingga Allāh terima amalnya.

Sekali lagi jama’ah yang dimuliakan oleh Allāh.

Mari kita berusaha semaksimal mungkin memberikan manfaat yang bisa kita lakukan untuk orang lain. Kalau kita bisa memberikan manfaat dalam bentuk ilmu, kita sampaikan dalam bentuk ilmu. Kalau bisa memberikan manfaat dalam bentuk harta sesuai dengan potensi Allāh yang berikan, kita berikan dalam bentuk harta. Dan juga manfaat-manfaat yang lainnya.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita sebagai hambanya yang memberikan manfaat dan kita berharap bisa menjadi manusia terbaik dibandingkan yang lainnya.

Video Khutbah Jumat Tentang Manusia Penuh Manfaat

Sumber video khutbah jumat: ANB Channel

Mari turut menyebarkan “Khutbah Jum’at: Manusia Penuh Manfaat” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: