Kultum “Nasihat Singkat: Makna Rukun Iman” ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A. Hafizhahullahu Ta’ala.
Nasihat Singkat: Makna Rukun Iman
فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ
“Kemudian ia bertanya lagi: “Kabarkan kepadaku tentang iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” (HR. Muslim No. 8)
Setelah bertanya tentang Islam, orang tersebut bertanya tentang iman. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan arkanul iman (rukun-rukun iman), yang semuanya berjumlah enam.
Tidak sah iman seseorang kecuali dengan rukun iman yang enam ini. Kalau seseorang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kepada malaikat, kitab, rasul, dan kepada takdir tapi dia tidak beriman kepada hari akhir maka dia tidak dinamakan orang yang beriman.
Karena ini adalah arkanul iman. Ini adalah ushulul iman, pondasi keimanan. Kalau beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan tetapi dia tidak beriman kepada rasul, maka dia sama saja tidak beriman. Tidak dinamakan orang yang beriman sampai dia beriman dengan seluruh enam rukun yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di sini.
Dan pembahasan tentang rukun iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat, para rasul, dan seterusnya, secara terperinci mungkin di kesempatan yang lain. Dan insya Allah asatidzah di sini bisa menjelaskan tentang makna rukun iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat, dan seterusnya.
Yang jelas apabila kita mengenal lebih terperinci tentang rukun-rukun iman tersebut maka tentunya akan sangat banyak faedahnya. Dan ini adalah di antara hal yang menambah keimanan. Karena di antara faktor yang menambah keimanan seseorang adalah mengilmui secara terperinci sebuah permasalahan.
Baik, dia mengatakan صَدَقْتَ. Kembali membenarkan apa yang diucapkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Betul, katanya. Rukun iman adalah enam seperti yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan. Kemudian dia melanjutkan,
قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ,
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Pertanyaan pertama adalah tentang Islam, kemudian tentang iman, lalu yang ketiga tentang ihsan. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim No. 8)
Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang apabila dia beribadah seakan-akan melihat-Nya, maka tentunya orang tersebut akan khusyuk di dalam beribadah. Apabila seseorang beribadah seakan-akan dia melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka hati, pikiran, dan semua anggota badannya akan berada dalam keadaan khusyuk. Tidak menoleh ke sana ke sini, tidak memikirkan perkara yang lain, dan akan berusaha beribadah sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hal itu karena seakan-akan ia beribadah melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau tidak mampu mencapai derajat ini, maka minimal dia memiliki martabat yang kedua. Yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta’ala melihatnya. Yakinilah bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala melihatmu.
Orang yang beribadah dan merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat dirinya, maka dia akan memperbaiki hatinya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat hati kita. Dan dia akan memperbaiki amalan zahirnya. Yaitu bagaimana dia shalat sesuai dengan sunnah dan berwudhu sesuai dengan sunnah.
Dan di dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Inilah yang dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka orang yang shalat dan dia merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala melihatnya, dia akan berusaha untuk memperbaiki hatinya. shalat lillah (karena Allah).
وَأَعْمَالِكُمْ dan Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat pada amalan kalian. Sudahkah amalan kita sesuai dengan sunnah? Takbirnya, apakah sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Membaca al-fatihah-nya, apakah sesuai sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Maka orang yang sampai kepada derajat ihsan ini, dia mencapai derajat yang paling tinggi di dalam agama Islam. Karena dia merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala melihatnya dan dia melakukan amalan sebaik mungkin. Makanya Islam, iman, dan ihsan, yang paling tinggi derajatnya adalah ihsan. Yang paling rendah adalah Islam. Kemudian tingkatan yang lebih tinggi adalah iman.
Ada sebagian orang yang sampai kepada derajat Islam tetapi tidak sampai kepada derajat keimanan. Sebagaimana sebagian orang Arab. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam surat al-Hujurat,
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk (ber-Islam),” (QS. Al-Hujurat[49]: 14)
Mereka belum sampai kepada derajat keimanan. Menunjukkan bahwasanya iman adalah derajat yang lebih tinggi daripada derajat Islam.
Video Nasihat Singkat : Makna Rukun Iman
Sumber video: HSI TV – Nasihat Singkat: makna rukun iman – Ustadz Dr. Abdullah Roy
Mari turut menyebarkan catatan kajian “Nasihat Singkat: Makna Rukun Iman” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar