Khutbah Jumat Singkat: Bahaya Su’udzon

Khutbah Jumat Singkat: Bahaya Su’udzon

17# Kedzaliman Yang Menimpa adalah Sebab Diampuni Dosa
Dosa Lisan Yang Berkaitan Dengan Hak Allah
Ternyata Salaman Tak Membatalkan Wudhu!

Berikut khutbah jumat singkat tentang “Bahaya Su’udzon” yang disampaikan oleh Ustadz Ammi Baits Hafidzahullahu Ta’ala.

Khutbah Pertama Bahaya Su’udzon

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Islam mensyariatkan kepada kita untuk selalu menjaga hubungan baik antar sesama manusia, agar masyarakat bisa hidup dengan sangat nyaman. Bahkan sampai ada apapun peluang terkecil yang bisa merusak kenyamanan hubungan antar sesama manusia dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan kepada kita, salah satunya adalah hindari terlalu sering memberikan persangkaan kepada orang lain. Adz-Dzon yaitu memberikan persangkaan kepada orang lain. Sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

“Jauhilah persangkaan-persangkaan karena memiliki banyak persangkaan kepada orang lain adalah ucapan yang paling dusta.” (Muttafaqun ‘alaih)

Para ulama menjelaskan bahwa persangkaan disebut sebagai ucapan yang paling dusta. Karena ketika orang itu memberikan persangkaan kepada perbuatan orang lain, berarti dia memberi nilai dengan aneka macam nilai. Sehingga kalau Si A su’udzon kepada Si B, maka ada banyak kemungkinan. Jangan-jangan Si A itu seperti ini, jangan-jangan Si A seperti ini, jangan-jangan seperti ini. Ada banyak kemungkinan jangan-jangan. Jangan-jangan Si A itu 1, jangan-jangan Si A 2, dan seterusnya. Dan dari sekian banyak kemungkinan itu bisa jadi yang benar hanya satu, sementara yang lain adalah persangkaan yang salah.

Sehingga ketika ada orang yang dia menilai perbuatan orang lain, su’udzon kepada orang lain, dia memiliki banyak sekali penilaian. Mungkin bisa 5/6/7 penilaian. Dari 5/6/7 itu yang mungkin benar -dan itu masih memungkinkan- hanya satu. Sedangkan yang lain sisanya adalah sebuah kesalahan.

Makanya oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa dzon disebut sebagai أَكْذَبُ الْحَدِيثِ (ucapan yang paling dusta), karena ketika orang memiliki dzon maka ada banyak sekali persangkaan, ada banyak sekali kemungkinan-kemungkinan yang ada pada dirinya, dan itu semuanya adalah kemungkinan yang menurut penilaian dia, yang jelas itu salah, yang memungkinkan benar hanya satu.

Kemudian jama’ah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, para ulama menjelaskan bahwa munculnya su’udzon pada diri seorang hamba itu ada dua:

Yang pertama, dzon yang tidak dinilai dalam syariat kita, dan itu sifatnya hanya sebatas sesuatu yang ada dalam jiwa manusia (krentek batin) tapi tidak keterusan. Dan itu bisa saja terjadi pada siapapun. Sehingga kadang kita mbatin (berkata dalam hati) sesuatu tentang orang lain tapi kemudian langsung hilang. Maka mbatin seperti ini tidak diperhitungkan karena tidak keterusan.

Dan yang kedua adalah su’udzon yang menyebabkan pelakunya dihukum. Bentuknya adalah ketika su’udzon itu bertahan dalam hati manusia, keterusan, bahkan kadang sampai orangnya ingin mencari tahu lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi. Sampai dia tanya-tanya tetangganya, sampai dia tanya-tanya samping kanan kirinya, keluarganya, teman-temannya dan seterusnya. Mencari banyak indikator, mengejar terus ingin tahu rahasia orang lain, su’udzon semacam inilah yang ada sisi hukumannya, yang ada sisi perhitungannya secara syariat.

Kemudian para ulama menjelaskan su’udzon tentang hukumnya tergantung dari obyeknya. Yang pertama adalah su’udzon kepada Allah, dan ini termasuk di antara dosa besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan dalam Al-Qur’an, di antara sifat orang munafik adalah mereka su’udzon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ

Mereka punya persangkaan kepada Allah yang tidak benar, yang itu merupakan persangkaan jahiliyah (su’udzon).” (QS. Ali ‘Imran[3]: 154)

Ibnul Qayyim mengatakan:

أعظم الذنوب عند الله إساءة الظن به

“Termasuk di antara dosa besar kepada Allah Ta’ala adalah ketika seseorang su’udzon kepada Allah.”

Al-Mawardi, salah seorang ulama Syafiiyyah mengatakan:

سوء الظن هو عدم الثقة بمن هو لها أهل، فإن كان بالخالق كان شكًّا يؤول إلى ضلال

“Bentuk su’udzon adalah tidak yakin terhadap Dzat yang berhak untuk diyakini. Dan jika su’udzon ditujukan kepada Al-Khaliq, maka itu bentuknya adalah keraguan yang bisa menyebabkan orang menjadi tersesat.”

Intinya su’udzon kepada Allah adalah dosa besar. Dan bentuk su’udzon kepada Allah adalah ketika orang punya persangkaan bahwa Allah tidak akan menolong para kekasihNya, orang-orang shalih yang dekat denganNya.

Yang kedua adalah su’udzon kepada para Nabi. Imam An-Nawawi mengatakan: “Su’udzon kepada Nabi kafir dengan ijma’ ulama.” Kata Imam An-Nawawi:

ظن السوء بالأنبياء كفر بالإجماع

“Su’udzon kepada para Nabi adalah perbuatan kekufuran.”

Ada sebagian orang yang dia su’udzon kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hal itu disebabkan karena mereka tidak terima, kenapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahi ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha di usia sembilan tahun sudah melakukan hubungan badan.

Dan banyak itu terjadi, bahkan di kalangan sebagian kaum muslimin. Wal ‘Iyadzu Billah, semoga tidak terjadi pada diri kita. Karena bentuk su’udzon kepada Nabi statusnya adalah perbuatan kekufuran.

Yang ketiga adalah su’udzon kepada orang mukmin yang shalih. Orang yang su’udzon kepada orang mukmin yang shalih masuk dalam kategori Al-Kabair (perbuatan dosa besar) sebagaimana keterangan Al-Haitsami dalam kitab beliau kumpulan dosa besar Az-Zawajir, beliau mengatakan:

سوء الظنِّ بالمسلم الذي ظاهره العدالة من الكبائر

“Su’udzon kepada seorang muslim yang shalih termasuk di antara bentuk dosa besar.”

Kita berupaya untuk sebisa mungkin jangan sampai ini terjadi pada diri kita. Sehingga kadang ketika kita punya su’udzon kepada orang lain, mohon untuk tidak dibiarkan, berusaha untuk segera diperangi agar bisa segera hilang dalam hati kita.

Khutbah kedua Bahaya Su’udzon

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Ta’ala,

Hidup tanap memiliki kecurigaan kepada orang lain adalah kehidupan yang sangat nyaman. Sehingga Anda ketika mau berangkat ke arah kanan, kiri, ke arah timur, ke arah barat, tidak punya musuh, itu sesuatu yang sangat nyaman. Sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepada para sahabat: “Kalau kalian menjumpai ada sesuatu yang tidak nyaman tentang saudaranya, jangan dilaporkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, agar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika bertemu para sahabat dalam kondisi:

مُنْشَرِحُ الصَّدْرِ

“Dada yang lapang/tidak ada kecurigaan kepada yang lainnya.”

Dan seperti itulah yang layak untuk kita jaga. Makanya sampai pun kalau kita melihat ada orang lain yang dia melakukan pelanggaran, maka kita berusaha untuk menjaga diri jangan sampai menyebarkan kepada orang lain, agar orang yang ada di sekitar kita, tetangga-tetangga kita, tidak kemudian memiliki penilaian yang buruk kepada orang ini. Yang bisa kita lakukan adalah silahkan ingatkan orang ini secara baik-baik dalam rangka untuk menjaga ketentraman sesama muslim. Sehingga ketika mereka bertemu bisa selalu dalam keadaan dada yang lapang, tidak punya kecurigaan, tidak punya penilaian buruk kepada orang lain.

Yang namanya maksiat jelas ada di setiap masyarakat. Dan kita diingatkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ

“Kalau kalian melihat kemaksiatan, maka silahkan diubah semampunya.”

Namun bukan menyebarkannya kepada yang lain. Sehingga kita berusaha untuk kemudian mengingatkan semampu kita. Kalau bisa dengan tangan, kalau tidak bisa dengan lisan, kalau tidak bisa minimal dengan hati dalam bentuk mendoakan dan mengingkarinya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kehidupan kita adalah kehidupan yang baik, hubungan kita dengan sesama adalah hubungan yang baik. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keberkahan bagi lingkungan muslim ini untuk menjadi lingkungan yang baik.

Video Khutbah Jumat Tentang Bahaya Su’udzon

Sumber audio: anb channel

Mari turut menyebarkan link download kajian “Bahaya Su’udzon” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
  • comment-avatar
    Siti Aisyah 3 tahun ago

    afwan jiddan,Ust,bgm mensikapi kalo kita yg disu’udzonkan oleh org lain?
    jazakallah khoiron

  • DISQUS: