Kita Ngaji, Belajar, Menuntut Ilmu Untuk Apa???

Kita Ngaji, Belajar, Menuntut Ilmu Untuk Apa???

Kultum Tentang “Kita Ngaji, Belajar, Menuntut Ilmu Untuk Apa???” ini adalah catatan yang kami tulis dari ceramah singkat Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (semoga Allah menjaga beliau).

Kita Ngaji, Belajar, Menuntut Ilmu Untuk Apa???

Ikhwani fiddin a’azzakumullah..

Kita ini sebagai thalibul ‘ilmi (Arab: طالب العلم), sebagai penuntut ilmu, mestinya kita bertanya kepada diri kita, kita ngaji, kita belajar, kita menuntut ilmu, untuk apa? Tujuan kita belajar ini untuk apa?

Tujuan kita belajar adalah untuk menghilangkan kebodohan, agar mengetahui Al-Qur’an wa Sunnah ‘ala fahmi salaf (Arab: القرآن والسنة على فهم السلف), mengetahui dalil. Kita belajar Qur’an dan Sunnah agar kita menjadi orang yang takut kepada Allah, kita belajar agar kita bisa mengamalkan Qur’an dan Sunnah ‘ala fahmi salaf, kita belajar agar kita masuk ke dalam surga. Sebab Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya ke surga.” (HR. Muslim)

Jadi harus kita tahu tujuan kita belajar. Sehingga banyak orang yang menuntut ilmu bertahun-tahun tidak ada faedah ilmunya. Bahkan ada yang lebih dari 10 tahun menuntut ilmu. Ada juga yang kuliah sampai gelar S1, S2, sampai doktor. Tujuannya apa dia belajar? Harus tahu. Sehingga kalau kita tidak tahu, kita anggap belajar ini untuk dunia. Apa bedanya Antum dengan orang-orang yang menuntut ilmu umum itu yang memang tujuannya untuk dunia.

Kita belajar bukan untuk dunia, (tapi) untuk akhirat kita belajar. Ini yang harus kita ingat. Tujuan kita belajar untuk memahami Al-Qur’an wa Sunnah, untuk mengamalkan Qur’an dan Sunnah, agar kita menjadi orang yang takut kepada Allah. Makanya dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah sebagaimana yang dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitabnya Fadhlu Ilmi As-Salaf (Arab: فضل علم السلف):

أصل العلم خشية الله

“Pokok ilmu itu takut kepada Allah.”

Jadi kita ngaji, kita belajar, kita menuntut ilmu, bagaimana kita takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini penting. Sehingga dengan kita takut kepada Allah, kita berhati-hati dalam hidup ini, betul-betul kita berusaha untuk melaksanakan tauhid kepada Allah, menjauhkan syirik, berusaha untuk melaksanakan sunnah, menjauhkan bid’ah. Untuk bagaimana kita taat kepada Allah dan menjauhkan perbuatan dosa dan maksiat, takut kepada Allah.

Pokoknya ilmu takut kepada Allah, bukan sekedar ngaji, bukan bawa buku banyak, kitab banyak, catatannya penuh, bagaimana kita takut kepada Allah, itu paling penting dalam kita menuntut ilmu.

Sebuah kesalahan ketika ngaji ini hanya asal ngaji, rutinitas, kewajiban dan yang lainnya. Bukan itu (tujuan kita), tapi bagaimana kita takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Antum perhatikan bahwa para Nabi dan Rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam, ketika mereka mendakwahkan kaumnya, mereka selalu ingatkan untuk mentauhidkan Allah, menjauhkan syirik, untuk bertakwa kepada Allah, kemudian mereka mengatakan:

إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Sesungguhnya aku takut kepada kalian adzab pada hari yang besar.” (QS. Al-A’raf[7]: 59)

Artinya para Nabi dan Rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam ketika mendakwakan kaumnya, kaumnya dalam keadaan dia Islam atau kafir waktu itu? Tentu masih kafir mereka. Tapi mereka mengatakan: “Sesungguhnya aku takut kepada kalian adzab pada hari yang besar.” Jadi sudah diingatkan kepada mereka agar mereka beriman kepada Allah, mentauhidkan Allah, jangan berbuat syirik, jangan kufur. Kalau tidak, kalian akan mendapatkan adzab yang pedih nanti di hari kiamat.

Jadi awal dakwah itu mengingatkan orang tentang tauhid.

Antum lihat ayatnya dalam surah Al-A’raf, di ayat 59:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Sungguh Kami telah utus Nabi Nuh ‘Alaihish Shalatu was Salam kepada kaumnya. Kemudian Nabi Nuh mengatakan: ‘Wahai kaumku, beribadahlah kalian kepada Allah (artinya mentauhidkan Allah), tidak ada Tuhan yang lain melainkan hanya Allah, sesungguhnya aku takut kepada kalian adzab yang besar (yaitu adzab nanti dihari kiamat).” (QS. Al-A’raf[7]: 59)

Jadi diingatkan kaumnya untuk takut kepada Allah, bukan untuk berani. Takut kepada Allah sehingga mereka berhati-hati dalam hidup ini. Betul betul mereka mentauhidkan Allah menjauhkan syirik, melaksanakan ketaatan menjauhkan maksiat, melaksanakan sunnah menjauhkan bid’ah.

Jadi awal dakwah itu mengajak orang untuk mentauhidkan Allah. Dan awal dakwah itu mengajak orang bagaimana supaya mereka takut kepada Allah.

Antum lihat lagi di dalam surah An-Nazi’at, ketika Allah menyuruh Nabi Musa ‘Alaihish Shalatu was Salam mendatangi Firaun.

اذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ ﴿١٧﴾ فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَىٰ أَن تَزَكَّىٰ ﴿١٨﴾ وَأَهْدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخْشَىٰ ﴿١٩﴾

Hendaklah kamu mendatangi Firaun karena Firaun itu thaghut.” (QS. An-Nazi’at[79]: 17)

Firaun sudah melewati batas, sudah menganggap dirinya sebagai Tuhan. Dia mengatakan:

أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ

Aku Tuhan yang paling tinggi.” (QS. An-Nazi’at[79]: 24)

Ini kufur yang paling kufur, thaghut yang paling thaghut Firaun ini.

Kemudian Nabi Musa ‘Alaihish Shalatu was Salam disuruh oleh Allah untuk mengatakan/mendakwahkan kepada Firaun:

فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَىٰ أَن تَزَكَّىٰ ﴿١٨﴾

Maukah kamu agar kamu menjadi orang yang membersihkan diri.” (QS. An-Nazi’at[79]: 18)

Menghilangkan sifat-sifat keburukan yang ada dalam hati kita. Maka di antara dakwah kita tazkiyatun nufus (تزكية النفوس), membersihkan hati dari kesombongan, kecongkakan, keangkuhan, ketamakan kepada dunia, keinginan kepada jabatan dan segala macam. (Firaun) diajak untuk membersihkan diri.

وَأَهْدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخْشَىٰ ﴿١٩﴾

Dan aku tunjuki engkau kepada Allah yang dengan itu engkau takut.” (QS. An-Nazi’at[79]: 19)

Jadi dari awal dakwah ini sudah diajak orang untuk takut kepada Allah. Ini thaghut yang paling thaghut. Jadi diajak orang untuk takut kepada Allah. Kalau kepada orang kafir diajak untuk takut kepada Allah, apalagi kita sebagai thalibul ‘ilmi.

Antum ngaji, mestinya Antum lebih betul-betul menjaga batas-batas Allah daripada orang lain. Begitu datang Al-Qur’an, datang Sunnah/wahyu, sami’na wa atha’na. Begitu orang beriman.

Kalau ini tidak. Sekarang ini dalil dibantah. Ketika dibawakan dalil, dibawakan keterangan, dalil dibantah. Subhanallanh..

Kok berani? Kalau dia bilang thalibul ‘ilmi, akhlak dan adabnya tidak seperti itu mestinya. Dibawakan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang shahih mestinya orang beriman sami’na wa atha’na, takut dia. Kalau dia melanggar Sunnah Nabi takut.

Ini penting Antum tumbuhkan yang seperti ini. Kalau sudah datang dalil, Antum taat. Semoga bermanfaat.

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Video Tujuan Ngaji..

Sumber video: 1.Kita Ngaji, Belajar, Menuntut Ilmu Untuk Apa??? – Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Demikian catatan Kultum tengan Kita Ngaji, Belajar, Menuntut Ilmu Untuk Apa???. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: