Khutbah Idul Adha : Tiga Kedudukan Manusia

Khutbah Idul Adha : Tiga Kedudukan Manusia

Berikut ini transkrip khutbah idul adha tentang “Tiga Kedudukan Manusia” yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Faiz Asifuddin, MA. Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Idul Adha : Tiga Kedudukan Manusia

Jama’ah ‘idul adha yang berbahagia,

Pada hari ini di tengah kondisi yang masih dinyatakan sebagai pandemi covid-19, di satu sisi kita bersabar terhadap musibah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan. Musibah yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk mengingatkan kepada kita bahwa kekuasaan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bahwa manusia tidak berdaya apa-apa tanpa pertolongan dan tanpa kekuasaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kita harus bersabar, meningkatkan ibadah kita, dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di sisi lain kita harus bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa meskipun kondisi masih dinyatakan pandemi covid-19, kita masih bisa bersama-sama melaksanakan berbagai macam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, antara lain sholat berjama’ah, sholat jum’at, dan pada hari ini kita merayakan ‘idul adha. Hari raya yang setelah ini kita akan melaksanakan penyembelihan qurban.

Maka marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an surah al Baqarah, menyebutkan pembagian manusia menjadi tiga bagian, seperti yang disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala dalam kitab madarijus salikin bahwa ;

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang kaum mukminin pada empat ayat, yaitu Al Qur’an surat Al Baqarah ayat ke-2 sampai dengan ayat ke-5

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِي .  الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ . وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ . أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ .

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Baqarah [2] : 2-5)

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang kafir dalam dua ayat, yaitu Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 6 dan 7

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ . خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ .

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaan mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.” (QS. Al Baqarah [2] : 6-7)

Lalu sebanyak 13 ayat, mulai di ayat ke-8 sampai dengan ayat ke-20, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang munafik.

Hal ini menunjukkan bahwa betapa banyak sesungguhnya orang-orang munafik dan betapa banyak orang-orang yang terinfeksi dengan pandemi nifaq. Ini perlu menjadi perhatian bagi kita semua. Dan sesungguhnya bahaya orang-orang munafik serta bencana orang-orang munafik terhadap Islam dan kaum mukminin itu sangat dahsyat. Maka diperingatkan sebanyak 13 ayat.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Ciri-ciri orang yang beriman adalah orang yang bertakwa, yang prinsipnya beriman kepada perkara ghaib, berita-berita tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala menyangkut perkara-perkara ghaib dan menegakkan ketaatan kepada perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan taat menjauhi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah prinsipnya orang-orang beriman dan bertakwa.

Kemudian orang-orang kafir telah jelas, baik kita ingatkan atau tidak kita ingatkan, mereka tetap dalam kekafirannya. Tertutup hatinya, matanya, dan telinganya untuk mendengar ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sedangkan orang-orang munafik adalah orang-orang yang secara zhahir menyatakan “kami beriman kepada Allah dan hari akhirat.” Padahal mereka tidak beriman.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيوَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ. يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

“Dan di antara manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,’ padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.” (QS. Al Baqarah [2] : 8-9)

Ciri munafik yang lainnya adalah:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi!’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.” (QS. Al Baqarah [2] : 11)

Apabila dikatakan kepada mereka jangan membuat kerusakan di muka bumi dengan kemusyrikan, kemaksiatan, kefasiqan, kekafiran, mereka mengatakan kami adalah orang-orang yang melakukan perbaikan bukan membuat kerusakan. Dengan maksiat mereka, dengan syubhat yang mereka lancarkan, dengan mereka mengikuti syahwat dan melancarkan syahwat ke tengah-tengah kaum muslimin. Mereka katakan ini adalah dalam rangka membuat kemashlahatan.

Ketahuilah, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi sedangkan mereka tidak merasa. Begitulah ciri dari orang-orang munafik.

Sekarang persoalannya adalah, kita memilih kedudukan yang mana? Kedudukan sebagai mukmin yang sesungguhnya, atau kedudukan sebagai orang kafir -wal ‘iyadzubillah-. Dan kedudukan sebagai orang-orang munafik. Na’udzubillahi min dzalik.

Karena orang munafik akhirnya berujung di dalam kerak yang paling dasar di dalam neraka. Akan tetapi yang paling kita takutkan adalah jika kita terpapar atau terinfeksi dengan pandemi nifaq ini. Kita khawatir akan termakan oleh fitnah nifaq.

Karena itulah kita harus membersihkan diri, kita harus menjadi mukmin sejati yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang intinya beriman kepada khabar-khabar yang datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya. Perkara-perkara ghaib, kemudian kita tegakkan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tinggalkan apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian kita harus terhindar dari sifat-sifat nifaq. Dan kita ingat bahwa pada ayat 21 Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُيَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”  (QS. Al Baqarah [2] : 21)

Intinya, beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah ikhlas. Ikhlas adalah asas dari segala macam ibadah kita disamping ibadah kita harus benar sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ikhlas adalah perkara yang amat berat. Kalau kita mengabaikan keikhlasan, merasa bahwa diri kita sudah ikhlas, ini kita khawatir akan terkena musibah besar yaitu ketidak-ikhlasan. Maka ikhlas adalah masalah yang sangat pokok disamping kita harus senantiasa berjalan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan itu semuanya harus kita pelajari.

Lembaga pendidikan kita adalah lembaga pendidikan untuk mengajarkan dan mendidik diri kita, santri-santri kita, rumah tangga kita, masyarakat dan lingkungan kita untuk bisa menjadi orang-orang yang bertakwa yang ikhlas dan yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjalani kehidupan.

Video Khutbah Idul Adha : Tiga Kedudukan Manusia

Mari turut menyebarkan link download kajian “Khutbah Idul Adha : Tiga Kedudukan Manusia” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 1
  • comment-avatar
    SAMAIN 2 tahun ago

    SANAGAT MEMEBANTU KAMI

  • DISQUS: