Tulisan tentang “Musyrikin Itu Penakut” adalah transkrip dari khutbah jumat yang disampaikan Ustadz Ammi Nur Baits Hafizhahullahu Ta’ala.
Navigasi Catatan:
Khutbah Jumat Tentang Musyrikin Itu Penakut
Khutbah Pertama
Hadirin jama’ah Jumat rahimakumullah,
Salah satu di antara nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang beriman adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rasa aman dalam hatinya. Sehingga para ulama mengatakan;
من كان له ايمان فله امن.
“Barang siapa yang memiliki iman, maka dia akan mendapat jaminan keamanan.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am[6]: 82)
Dan yang dimaksud dengan kezaliman adalah perbuatan yang bisa menghilangkan iman, yaitu perbuatan kesyirikan. Sehingga amalan berupa iman dan berusaha untuk menjaga iman dari semua noda kesyirikan dibalas oleh Allah Ta’ala dengan dua hal. Yang pertama adalah keamanan. Dan yang kedua Allah Ta’ala akan memberikan hidayah.
Kita bisa saksikan praktek nyata yang dialami oleh orang-orang shalih yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan dalam Al-Qur’an. Dengan iman yang mereka miliki, mereka sanggup untuk menghadapi berbagai macam ujian hidup meskipun sampai pada titik harus menghilangkan nyawa. Allah Subhanahu wa Ta’ala bercerita pada waktu Fir’aun mengejar Bani Israil. Bani Israil bersama Nabi Musa ‘alaihissalam.
Kemudian sampai pada di hadapan mereka adalah laut dan di belakangnya adalah pasukan Fir’aun. Mereka pun saling melihat dan kebingungan. Bani Israil berpikir, “Pasti kita akan mati. Maju mati, mundur pun mati.” Sehingga mereka mengatakan;
فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَىٰ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ
“Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”.” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 61)
Keimanan Nabi Musa
Namun coba kita perhatikan. Bagaimana yang Nabi Musa ‘Alaihish Shalatu was Salam lakukan. Seorang Nabi yang tentu memiliki iman yang luar biasa. Beliau mengatakan;
قَالَ كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
“Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 62)
Dengan iman yang luar biasa yang dimiliki oleh Musa ‘Alaihish Shalatu was Salam, rasa takut itu hilang. Meskipun bisa jadi kematian ada di hadapannya. Namun karena iman yang luar biasa itulah yang menyebabkan beliau ketika menghadapi masalah tidak kemudian bingung, stress, atau pun takut. Karena beliau yakin beliau mempunyai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada Musa ‘alaihissalam;
فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ ۖ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 63)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Bani Israil. Ini salah satu di antara bukti seorang hamba yang mempunyai iman. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan rasa aman di dalam hatinya. Sehingga dia yakin kalau pun menghadapi musibah yang besar, maka dia akan mendapatkan keberuntungan karena dia mempunyai ketergantungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keimanan Para Sahabat
Hal yang sama pada waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus para sahabat untuk menghadapi pasukan Romawi. Pada peristiwa perang yang sangat bersejarah, perang yang dianggap sebagai perang untuk menunjukkan kehebatan kaum muslimin, yaitu perang Mu’tah. Saat itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutus tiga orang sahabat sebagai pemimpinnya. Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta agar mereka bergantian dalam menjadi pemimpin perang Mu’tah.
Di antaranya adalah Abdullah bin Rawahah dan Ja’far bin Abi Thalib. Pada waktu perang Mu’tah itu terjadi, pasukan kaum muslimin berjumlah tiga ribu. Sedangkan pasukan Romawi berjumlah 200 ribu. Anda bisa bayangkan, berarti 1:70. Tapi Maa syaa Allah, pada saat kedua pasukan itu bertemu, pasukan muslim merasa bahwasanya kita tidak akan mungkin bisa menghadapi manusia sebanyak ini karena jumlah kita jauh lebih sedikit. Akhirnya mereka mengirimkan utusan untuk bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apakah perang itu harus dilanjutkan atau bagaimana.
Berangkatlah utusan itu menggunakan kuda menuju Madinah. Tapi bisa anda bayangkan, perjalanan Syam menuju Madinah ketika itu membutuhkan waktu beberapa bulan sehingga mereka tidak mungkin jika harus menunggu sekian bulan. Akhirnya sahabat yang ia adalah panglimanya memotivasi mereka. “Kenapakah kalian akan takut sementara pilihan kita adalah ihdal husnayain; an nashr awisy syahadah (Salah satu di antara 2 pilihan yang terbaik, pertama adalah menang dan yang kedua adalah mati syahid). Keduanya adalah pilihan yang terbaik.” Kemudian mereka pun dengan semangat itu berani untuk maju disebabkan karena iman yang ada di dalam hatinya.
Jama’ah rahimakumullah,
Karena itulah, dengan memiliki tauhid dan dengan berusaha menanamkan diri untuk mengimani Allah Subhanahu wa Ta’ala secara maksimal, seorang hamba bisa menggantungkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada saat dia menghadapi sebuah ujian yang barangkali itu akan mengancam nyawanya. Orang mukmin tidak akan ketakutan, karena dia yakin dia mempunyai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khutbah Kedua
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Sebaliknya, tidak ada manusia yang lebih pengecut dan penakut dibandingkan dengan orang musyrik. Dan mereka juga menakut-nakuti kaum muslimin untuk takut kepada apa yang mereka sekutukan. Dahulu, umatnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menyembah berhala yang berhala itu diyakini sebagai sosok yang mewakili makhluk-makhluk yang ada di langit. Seperti bintang yang mereka yakini ada bintang A, bintang B, dan seterusnya. Dewa-dewa yang mereka sembah. Kemudian mereka wujudkan dalam bentuk berhala dan berhala itu mewakili bintang-bintang tadi. Ini adalah berhala dewa A, itu berhala dewa B, dan begitu seterusnya.
Pada waktu Nabi Ibrahim ‘Alaihish Shalatu was Salam mendakwahkan kepada mereka untuk meninggalkan sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memusuhi semua berhala itu, mereka mengancam Nabi ‘alaihissalam; “Wahai Ibrahim, apa kamu tidak takut kualat? Nanti dewa-dewa kami akan mengutukmu.” Mereka pun mengajak Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjawab;
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا ۚ
“Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya.” (QS. Al-An’am[6]: 81)
Ini adalah keadaan yang benar-benar ada di sekitar kita. Ada sebagian orang yang dia begitu gandrung dengan kuburan. Sehingga setiap ada hajatan, mempunyai kepentingan tertentu, dia lebih menggantungkan diri kepada kuburan. Sebelum tes CPNS, dia datang ke kuburan. Lalu sebelum ujian nasional, dia datang ke kuburan. Dia berdoa dan berharap semoga tujuan dunianya bisa terwujud karena dia telah menyampaikan itu kepada sang wali yang ada di dalam kuburan.
Keyakinan Kaum Musyrikin
Di saat yang sama ada sebagian orang yang menolak praktek seperti ini. Dan tidak boleh berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menggantungkan harapan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang orang-orang yang terlalu gandrung dengan kuburan ini nyatakan? “Hati-hati awakmu. Kualat kalau kamu tidak mengagungkan kuburan wali.”
Betapa persisnya perkataan mereka dengan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala singgung di dalam Al-Qur’an bahwasanya dahulu orang-orang musyrik menakut-nakuti Nabi Ibrahim ‘Alaihish Shalatu was Salam; “Kamu kalau nekat seperti ini, nanti tuhan-tuhan kami akan mengutukmu.” Maka Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengatakan, “Apakah aku harus takut kepada berhala itu sementara kalian tidak takut kepada Allah padahal kalian telah melakukan kedurhakaan yang paling besar kepada Allah (yaitu berbuat syirik)?”
Kita bisa jumpai pula, ada orang yang mempunyai keyakinan Sing wani nglakoni hajatan sak jerone wulan Suro alamat ciloko yang artinya: hati-hati kalau mengadakan acara di bulan Muharram karena bisa mendatangkan musibah. Semacam ini adalah ketakutan yang orang-orang musyrik miliki. Sehingga hidupnya penuh dengan ketakutan. Dia tidak berani mengadakan hajatan di tanggal ini karena ini adalah geblagnya Mbah (pantangan beraktivitas). Ini geblag keluarga. Ada yang disebut dengan hari geblag -hari sial– karena bertepatan dengan kematian nenek moyangnya.
Semua itu muncul karena dasar kesyirikan. Makanya ada seorang ulama yang datang ke Indonesia kemudian melihat suasana situs-situs budaya yang ada di Indonesia, lalu beliau menyampaikan; “Mengapa rata-rata suasana situs budaya di Indonesia yang dekat dengan kesyirikan Itu pasti disuasanakan dengan sesuatu yang serba menakutkan?”
Patung gupolo medeni. Semuanya mereka buat singup agar orang-orang itu takut. Karena memang itulah landasan kesyirikan. Syirik itu dibangun di atas landasan takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga orang-orang jadi bergantung kepada sesama makhluk karena dia sudah mengalami ketakutan.
Bergantung Pada Jimat
Tapi berbeda dengan Islam. Islam mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran tauhid. Membebaskan manusia dari perbudakan antar sesama makhluk dengan makhluk kepada penghambaan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita bersyukur ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang beriman dan mempunyai kesadaran bahwa satu-satunya Dzat yang berhak untuk ditakuti dan tempat hati kita bergantung hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan kita tidak memiliki ketergantungan kepada jimat, takut dengan hari tertentu, atau geblag tertentu. Karena semua itu adalah makhluk yang mana Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengaturnya. Sehingga ketakutan kita kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khawatirlah dengan kondisi ketika seorang hamba melakukan tathoyyur (berkeyakinan sial) dengan adanya bulan tertentu. Itu adalah perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bisa jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala justru akan menurunkan azab/ hukuman-Nya disebabkan karena perbuatan kesyirikan semacam ini.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menyatakan;
وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِّلَ إِلَيْهِ
“Orang kalau sudah bergantung kepada sesuatu, maka Allah Ta’ala akan biarkan dia semakin bergantung kepadanya.” (HR. An Nasa’i No. 4079)[1]
Sehingga orang kalau bergantung kepada jimat, dia semakin bergantung kepadanya, akhirnya susah untuk dia lepaskan. Dan sampai pada puncaknya kemudian dia mati dalam kondisi membawa dosa kesyirikan. Wal ‘iyadzubillah.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menguatkan iman kita dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang selalu menggantungkan diri kepada-Nya, bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Video Khutbah Jumat Tentang Musyrikin Itu Penakut
Sumber video khutbah jumat: ANB Channel
Mari turut menyebarkan “Khutbah Jumat: Musyrikin Itu Penakut” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Catatan:
[1] https://sunnah.com/nasai:4079
Komentar